NAGA BERACUN JILID 24

close 

KERIPIK YANG PALING ENAK



 "Aih, Paman Na terlalu memuji. Mana bisa
sedikit kemampuanku dibandingkan dengan He k I
Sin-kai yang terkenal dengan ilmu tongkatnya?"
"Ha-ha-ha, Ouw Siocia. Kita adalah orang-orang
kang-ouw, kalau tidak membicarakan dan saling
memberi petunjuk dalam ilmu silat, mau bicara
te ntang apa lagi" Akan tetapi, kalau ayahmu
sendiri yang datang, te ntu aku sendiri pula yang
akan melayaninya. Sekarang, aku merasa tidak
enak kalau menemanimu berlatih silat. Menang
atau kalah, aku tetap akan ditertawakan orang.
Nah, aku akan mewakilkan saja kepada muridku
yang paling pandai agar aku dapat melihat sampai
dimana kehe batanmu, Ouw Siocia." Setelah berkata demikian, ketua pengemis itu bertepuk
tangan lagi.
Kepada penjaga yang masuk, dia berkata dengan
suara lantang. "Panggil ke sini Ji Kiat!"
Tak lama kemudian. Muncullah murid yangdipanggil itu. Seorang pria berusia tigapuluh
lima tahun, bertubuh te gap sedang, dengan muka
yang cukup tampan dan dari pandang mata dan
senyumnya, nam pak bayangan dari ketinggian hati
yang memandang rendah orang lain. Pakaiannya
juga serba hitam dan hanya ada tiga tambalan di
dada. Pakaian itu juga terbuat dari sutera hitam
yang halus. Dan agaknya diapun mengandalkan
senjata tongkat seperti gurunya, karena di pinggangnya te rselip sebatang tongkat hitam.
Begitu memasuk ruangan itu, tokoh Hek I Kai-pang
ini memberi hormat kepada gurunya, kemudian
kepada kedua orang tamu itu.
"Ouw Siocia, ini adalah Su Ji Kiat, pembantu
utamaku, juga muridku yang pertama. Nah,
biarlah dia yang melayanimu berlatih sebagai
wakilku dan engkau mewakili ayahmu. Bagaimana?" Bi Tok Siocia te rsenyum mengejek. Andaikata dia
tidak sudah le bih dulu menaksir Siong Ki,
mungkin saja ia akan te rtarik kepada murid
pertama He k I Sin-kai yang cukup gagah dan
tampan ini. Kini, ia tersenyum mengejek.
"Paman, aku datang memenuhi undangan,
bukan untuk memamerkan kepandaian. Akan
tetapi karena paman ingin melihat perkembangan
ilmu dari ayah melalui aku, baiklah. Siapa saja
yang akan paman tunjuk untuk mewakili paman,
te rserah." Setelah berkata demikian, sekali Keripik pisang pandeglang
menggerakkan tubuhnya, tubuh wanita itu dari
atas tempat duduknya te lah melayang ke tengah
ruangan yang luas itu dan ia sudah berdiri dengan
senyum yang manis, memiringkan tangan te rbuka
di depan dada dan mengangkat tangan kirinya ke
atas kepala. "Aku sudah siap!"
He k I Sin-kai memberi isyarat kepada muridnya.
Su Ji Kiat yang memiliki watak angkuh dan
memandang rendah lawan, kini menghampiri Ouw
Ling dan te ntu saja dia juga memandang ringan
kepada wanita cantik ini. Memang dia sudah
mendengar betapa wanita ini telah menghajar anak
buah He k I Kaipang, akan tetapi apa anehnya
kalau hanya menghajar anak buahnya" Dia sendiri
biar dikeroyok belasan orang anak buahnya, tidak
akan kalah. Dia, murid kepala dari Hek I Sin-kai,
kini harus menandingi seorang wanita, sungguh
merupakan hal yang memalukan baginya!
Setelah berhadapan, Su Ji Kiat berdiri santai
lalu berkata. "Nona, silakan menyerang, aku telah
siap melayanimu berlatih." Dia tersenyum dan
senyumnya membayangkan kecongkakannya. seperti seorang dewasa menertawakan lagak dan
gaya seorang bocah. "Begitukah" Nah, kalau sudah siap, sambutlah
seranganku ini!" Tiba-tiba Ouw Ling menggerakkan
kaki tangannya, gerakannya cepat bukan main dan
sekali terjang, dengan cepat dan kuat ia telah
mengirim serangkaian serangan dengan tamparan
kedua tangannya, bergantian dan bertubi-tubi.
Terkejutlah Ji Kiat. Dia cepat mengelak dan
menangkis , dan serangkaian serangan itu bagaikan
Keripik pisang pandeglang
badai datangnya, membuat dia kewalahan juga,




karena sama sekali tidak mampu balas menyerang
dan biarpun tidak ada pukulan yang mengenai
tubuhnya karena dia menggunakan kedua le ngan
melindungi tubuh, tetap saja dia terhuyung ke
belakang. "Ji Kiat, ia itu murid majikan Liong-san, berhatihatilah menghadapinya!" kata Hek I Sin-kai yang
merasa khawatir, juga tidak senang melihat
kecerobohan muridnya yang dia tahu memandang
ringan lawan sehingga dalam gebrakan pertama
saja sudah te rdesak. Agaknya Ji Kiat menyadari
kesalahannya, maka diapun meloncat ke belakang
agar te rbebas dari himpitan rangkaian serangan
itu, kemudian dia memasang kuda-kuda yang
kokoh dan ketika Ouw Ling menyerang lagi, dia
sudah siap menangkis dan balas menyerang.
Sekarang barulah te rjadi pertandingan, saling
serang dengan serunya. Akan te tapi, pertandingan itu berjalan seimbang
hanya untuk selama duapuluh jurus saja, selama
itupun Ouw Ling sengaja mengalah. Hal ini dapat
dilihat jelas oleh Siong Ki, membuat pemuda itu
menjadi kagum. Ternyata bahwa wanita itu
memang lihai bukan main, memiliki gerakan yang
aneh dan agak liar, terutama sekali lihai dalam
ilmu tendangannya. Dari pertandingan itu saja
Siong Ki sudah dapat menilai bahwa tingkat
kepandaian wanita itu jauh le bih tinggi daripada
lawannya. Agaknya setelah lewat tigapuluh jurus dan
mendesak lawan, Ouw Ling merasa jemu dan tibaKeripik pisang pandeglang
tiba ia mengeluarkan bentakan nyaring, kedua
kakinya bagaikan kitiran angin bergerak, berputar
dan serangkaian te ndangan menyambar-nyambar
ke arah tubuh Ji Kiat. Murid utama He k I Sin-kai
ini terkejut, berusaha untuk mengelak dan
menangkis ,akan tetapi gerakan te ndangan dari
Ouw Li memang hebat sekali. Tubuhnya bagaikan
melayang-layang dan te ndangannya susul- menyusul dan akhirnya, sebuah tendangan dapat
menyusup di antara kedua lengan yang menangkis,
mengenai dada Ji Kiat dan tubuh tokoh Hek I Kaipang itupun te rjengkang! Dia tentu akan te rbanting keras kalau saja dia tidak membuat
tubuhnya melingkar sehingga tubuh itu kini
menggelinding seperti bola sampai enam tujuh
meter jauhnya! Su Ji Kiat tidak te rluka, akan te tapi dadanya
te rasa sesak dan diapun bangkit berdiri dengan
muka berubah merah. Alangkah malunya dikalahkan seorang lawan wanita. Hek I Sin-kai
juga melihat kekalahan muridnya dan diam-diam
dia te rkejut. Untung dia tidak memandang rendah
kepada murid Ouw Kok Sian itu. Kiranya wanita
itu lihai bukan main! Akan tetapi, melihat
muridnya dikalahkan sedemikian mudahnya, dia
merasa penasaran juga. Dia berte puk tangan
memuji. "Ah, hebat bukan main kemajuan yang diperole h
Ouw Kok Sian sehingga pute rinya mewarisi ilmu
yang dahsyat.! Nah, Ji Kiat, jangan memandang
ringan kepada Nona Ouw, dan engkau mintalah
pelajaran tentang penggunaan senjata darinya.
Akan tetapi hati-hati, siang-to (sepasang golok) dari
Keripik pisang pandeglang
Nona Ouw hebatnya bukan main!" Ini adalah
anjuran bagi muridnya untuk mempergunakan
senjata, yaitu tongkat baja yang menjadi andalan
perkumpulan mereka. Mendengar ucapan suhunya, Su Ji Kiat seperti mendapat semangat
baru. Dia tadi merasa malu karena dengan tangan
kosong, dia telah kalah. Kini masih ada harapan
untuk menebus kekalahannya melalui tongkatnya
yang menjadi andalannya. Maka diapun cepat
mengambil tongkatnya yang hitam dan memberi
hormat kepada Ouw Ling. "Nona Ouw, mohon petunjukmu dalam ilmu
menggunakan senjata." Dia melintangkan tongkat
di depan dadanya. Ouw Ling te rsenyum. Tanpa
menggunakan siang-to sekalipun ia tidak gentar
menghadapi lawan bersenjata. Akan tetapi, pertama ia tidak ingin membikin malu tuan rumah,
dan kedua iapun tahu bahwa He k I Sin-kai
te rkenal karena ilmu tongkatnya. Kalau ia
memandang rendah menghadapi tongkat dengan
tangan kosong dan kalah, te ntu ia akan merasa
malu sekali. "Baik, akupun ingin melihat bagaimana hebatnya ilmu tongkat dari He k I Kai-pang yang
disohorkan orang itu." Hampir tidak nampak
tangannya bergerak, dan tiba-tiba nampak sinar
berkelebat dan sepasang tangannya telah memegang sepasang golok. Golok itu tidak te rlalu
besar, bentuknya melengkung indah dan gagangnya te rbuat dari emas berhiaskan permata!
Kedua golok itu tipis dan berkilauan saking
tajamnya, demikian indahnya sehingga le bih
Keripik pisang pandeglang
menyerupai golok hias daripada senjata yang
ampuh. Melihat wanita itu sudah memegang sepasang
goloknya. Ji Kiat yang bemafsu sekali untuk
menebus kekalahannya tadi, segera berseru. "Nona
Ouw, lihat serangan tongkatku!" Dan diapun sudah
nyerang dengan tongkatnya. Memang hebat sekali
ilmu tongkat itu. Gerakannya cepat, kuat dan
aneh. Begitu tongkat meluncur, terdengar suara
bersiutan tajam dan tongkat itu berubah menjadi
sinar hitam yang menyambar-nyambar.
Sinar pertama menyambar ke arah kepala Ouw
Ling. Ketika wanita itu mengelak sehingga tongkat
menyambar le wat atas kepalanya, tongkat itu
langsung saja membalik, kini menyambar ke arah
kedua kakinya. Ouw Ling meloncat dan tiba-tiba
saja tongkat membalik dan ujung yang lain
menusuk ke perut! Memang ilmu tongkat yang
dahsyat! "Tranggg ......!" Bunga api berpijar ketika golok di
tangan kiri Ouw Ling menangkis tongkat, sedangkan golok di tangan kanannya menyambar
ke arah leher lawan. Ji Kiat yang kini tidak berani memandang
rendah lawannya, memutar tongkatnya dan kembali bunga api berpijar ketika golok ditangkis
tongkat. Mulailah mereka saling serang dengan
dahsyat. Saking cepatnya gerakan mereka, tidak
nampak sepasang golok dan sebatang tongkat itu,
yang nampak hanyalah gulungan sinar hitam yang
berkejaran dan saling belit dengan dua gulung
sinar putih. Keripik pisang pandeglang
Namun, sejak beberapa gebrakan saja. Siong Ki
maklum bahwa memang murid ketua kaipang itu
sama sekali bukan lawan Ouw Siocia. Wanita ini
te rlalu tangguh, apalagi gerakan sepasang goloknya
benar-benar amat hebatnya. Kalau gadis itu
menghendakinya, agaknya dalam waktu belasan
jurus saja, ia akan mampu melukai dan merobohkan lawannya. Hal ini akhirnya dapat
dirasakan pula ole h Ji kiat. Akan tetapi, dia adalah
seorang yang memiliki watak tinggi hati dan
merasa dirinya paling hebat, maka sukarlah bagi
seorang de ngan watak seperti itu untuk dapat
menerima dan mengakui kekalahan. Setelah merasa bahwa dia akan kalah, timbullah kene katannya dan diapun kini mulai menyerang
secara membabi buta dan dengan seranganserangan maut. Dia sudah lupa bahwa pertandingan itu bukan suatu perkelahian, melainkan hanya menguji kepandaian, seperti
latihan belaka. Kini dia menyerang sungguhsungguh, kalau perlu merobohkan lawan dan
melukai atau membunuhnya!
Ouw Ling te rkejut dan iapun menjadi marah.
Kalau tidak ingat bahwa ia sebagai tamu, te ntu ia
sudah menggunakan tangan keji terhadap lawannya itu. Ia hanya mendengus dan gerakan
sepasang goloknya berubah, cepat dan kuat
sehingga ketika mendengar suara nyaring berte munya golok dan tongkat, tongkat itu te rlepas
dari tangan Ji Kiat dan sebuah te ndangan
menyusul, amat kerasnya mengenai pinggul kiri Ji
Kiat sehingga tubuh tokoh pengemis itu terlempar
Keripik pisang pandeglang
dan melayang ke arah meja di mana gurunya
duduk.! Kalau Ouw Ling ingin mencelakainya, tentu
te ndangan tadi tidak mengenai pinggul, melainkan
mengenai perut atau dada yang akibatnya akan
parah. Akan te tapi, tendangan yang membuat
lawannya te rlempar jauh itu cukup menunjukkan
kemarahannya. He k I Sin-kai bangkit dan menangkap tubuh
muridnya dengan tangan kiri, mencegahnya menimpa dirinya atau terbanting keras, lalu
melepaskannya ke samping di mana Ji Kiat jatuh
te rduduk. Wajah ketua Hek I Kaipang itu berubah
kemerahan walaupun mulutnya masih tertawa.


Keripik pisang pandeglang

"Ha-ha-ha, ilmu golok Ouw Siocia sungguh
hebat, dan ilmu te ndangannyapun mengagumkan
sekali. Aku ingin untuk merasakannya pula!"
katanya dan diapun menghampiri wanita itu
dengan membawa tongkatnya.
Siong Ki merasa tidak enak kalau diam saja.
Diapun tahu bahwa tadi Ouw Ling marah sehingga
menghajar lawannya agak keras dan hal ini
agaknya membuat tuan rumah merasa tidak
senang. Wanita itu memang lihai dan Su Ji Kiat
bukan lawannya yang seimbang, akan tetapi kalau
guru Ji Kiat yang maju, te ntu akan lain halnya.
Ketua yang marah itu mungkin akan dapat
mengalahkan Ouw Ling, dan karena dia sedang
marah, mungkin kini akan terjadi pertandingan
yang sifatnya mengandung kemarahan dan menjadi perkelahian yang akan membahayakan
kedua pihak. Pula, kalau hanya wanita itu saja
Keripik pisang pandeglang
yang selalu maju menghadapi lawan, lalu apa
gunanya ia ikut datang ke tempat itu"
"Ouw-cici, mundurlah, biar aku menggantikanmu," katanya dan diapun cepat
menghampiri Ouw Ling, kemudian memberi hormat kepada He k I Sin-kai. "Pangcu, tidak adil
kalau harus Ouw-cici lagi yang melayani pangcu,
setelah tadi ia dengan susah payah menandingi
muridmu. Juga aku ingin mengenal ilmu tongkatmu yang lihai. Marilah kita main-main
sebentar, pangcu, agar Ouw-cici dapat beristirahat." Ouw Ling tersenyum girang. Bukan karena ia
merasa lega tidak harus menandingi Hek I Sin-kai
yang tangguh, melainkan karena ia ingin sekali
melihat sampai dimana kehebatan pemuda yang
telah menarik hatinya itu. Ia mengangguk lalu
kembali duduk menghadapi meja. Adapun Ji Kiat
yang te lah dikalahkan, kini duduk di atas lantai di
sudut ruangan itu, nampak le mas dan lenyaplah
sikapnya yang congkak tadi.
Mendengar ucapan Siong Ki tadi, tentu s aja He k
I Sin-kai tidak dapat menolak atau membantah.
Tidak mungkin dia menolak ajakan Siong Ki untuk
bertanding dengan memaksakan keinginannya
untuk menantang Ouw Siocia. Dengan demikian,
te ntu perasaan tidak senang dan penasaran di
hatinya oleh kekalahan muridnya tadi akan
nampak. Sebagai seorang yang le bih tua dan
kedudukann ya le bih tinggi, tentu saja dia tidak
mungkin bersikap seperti itu. Bahkan diam-diam
dia merasa girang dengan majunya pemuda ini.
Keripik pisang pandeglang
Kalau dia mengalahkan Ouw Siocia, setidaknya
te ntu dia akan membuat hati sahabatnya, Ouw
Kok Sian, menjadi tidak senang. Sebaliknya,
pemuda ini hanya sahabat Ouw Siocia, maka dia
merasa lebih bebas untuk berbuat apa saja
te rhadap pemuda ini. "Baiklah, engkau yang menjadi sahabat baik
Nona Ouw, aku percaya engkau tentu memiliki
ilmu kepandaian yang lumayan. Akan te tapi,
bolehkah aku mengetahui siapa gurumu, dan dari
aliran mana?" Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa
gurunya tidak suka kalau namanya disebut-sebut,
apalagi urusan yang dia hadapi sekarang ini bukan
urusan membela kebenaran dan keadilan, hanya
sekedar perkenalan belaka. Kalau suhunya tahu
bahwa namanya diobral olehnya, tentu akan marah
sekali. "Maaf, pangcu. Aku mempelajari silat ke manamna sehingga tidak ingat lagi berapa banyak, guruguruku, dan aku tidak te rikat oleh aliran
manapun. Harap pangcu memberi petunjuk sehingga berarti pangcu juga menjadi seorang di
antara para guruku." Siong Ki memang pandai
membawa diri. Tentu saja ucapan itu merupakan
sanjungan sehingga He k I Sin-kai tersenyum dan
merasa kepalanya agak membesar.
"Ha-ha-ha, engkau te ntu akan dapat banyak
mendapatkan pelajaran yang berharga, sicu.
Silakan menyerang!" katanya dengan lagak yang
menggurui. Keripik pisang pandeglang
"Baik, pangcu, akan te tapi aku tidak ingin
menggunakan pedang. Bagaimana kalau kita
berlatih dengan tangan kosong saja?"
"He-he, The-sicu. Apa salahnya menggunakan
senjata" Kalau kita sudah menguasai benar,
senjata sama dengan tangan kita dan tidak akan
melukai lawan kalau tidak kita kehendaki. Justru
engkau akan dapat mengambil keuntungan dan
ajaran dari ilmu tongkatku! Cabutlah pedangmu
dan jangan takut, aku tidak akan melukaimu
dengan tongkat ini."
"Baiklah kalau engkau menghendaki demikian
pangcu," Siong Ki lalu mencabut pedangnya,
sengaja memperlihatkan sikap kaku sehingga
diam-diam Ouw Siocia sendiri mengerutkan alisnya
dan mulai meragukan kemampuan pemuda itu.
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa. Yang
te rtawa adalah Su Ji Kiat dari sudut ruangan itu.
"Ha-ha-ha-ha, engkau hendak menggunakan sebatang pedang butut itu untuk melawan tongkat
suhu" Ha-ha-ha, suhu, biarkan teecu (murid)
melawan badut ini!" Setelah berkata demikian dia
sudah meloncat ke dekat Siong Ki, tongkatnya yang
tadi terlepas ketika dia bertanding melawan Ouw
Ling telah dipegangnya kembali.
He k I Sin-kai adalah seorang kangouw yang
banyak pengalaman. Biar pun pemuda itu mengeluarkan sebatang pedang yang nampaknya
butut dan tumpul, namun dia tidak memandang
rendah. Bahkan diam-diam dia te rkejut. Dia tahu
bahwa semakin buruk dan nampak le mah senjata
seorang ahli silat, semakin tinggi pula tingkat
Keripik pisang pandeglang
orang itu. Orang yang memegang senjata yang
nampak bersahaja, berarti tidak lagi mengandalkan
senjata itu, melainkan dirinya sendiri.
Dia belum pernah berkenalan dengan pemuda
ini, tidak tahu dari aliran mana. Ole h karena itu,
majunya muridnya merupakan hal yang menguntungkan baginya. De ngan membiarkan
muridnya maju le bih dahulu, berarti dia mendapat
kesempatan untuk mengintai tingkat lawan!
"Baiklah, e ngkau boleh mengujinya lebih dahulu,
Ji Kiat," katanya sambil mengangguk. Ji Kiat
sudah menghadapi Siong Ki dan lagak sombongnya
timbul kembali. "The-sicu, majulah dan aku yakin dalam waktu
kurang dari duapuluh jurus aku akan dapat
mengalahkanmu!" kata Ji Kiat yang bersikap
sombong untuk menutup rasa malunya karena
kekalahannya dari Ouw Ling tadi.
Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia sudah dapat
menilai sampai dimana kepandaian orang ini dan
dia merasa muak melihat kesombongan orang itu
maka diapun ingin memberi hajaran kepadanya,
maka ia lalu berkata, "Engkau tadi sudah
bertanding melawan Ouw-cici, tidak adil kalau
sekarang melawanku, maka biarlah aku akan
mengaku kalah kalau dalam waktu lima jurus aku
belum mampu mengalahkanmu!"
Bukan saja Ji Kiat yang menjadi merah
telinganya mendengar ini, akan tetapi juga Hek I
Sin-kai, bahkan juga Ouw Ling. Wanita ini tentu
saja kaget karena ia sendiri tidak akan mungkin
mengalahkan Ji Kiat hanya dalam waktu lima
Keripik pisang pandeglang
jurus, apalagi sebelumnya telah memberi tahu,
sehingga te ntu saja Ji Kiat akan memperkuat
pertahanannya agar jangan kalah dalam waktu
sesingkat itu. Tentu saja Ji Kiat menjadi marah
bukan main. Dia tadi telah dikalahkan Ouw Ling
yang berarti dia telah terseret turun dari kedudukann ya yang dia banggakan sebagai murid
utama He k I Sin-kai, dan kini, ada pemuda tak
te rkenal yang berani mengatakan akan mengaku
kalah kalau tidak dapat mengalahkannya dalam
waktu lima jurus! Gurunya sendiripun tidak akan
mungkin dapat mengalahkannya dalam waktu lima
jurus. "Bagus, engkau sendiri yang mengeluarkan
ucapan itu, The-sicu. Nah, aku sudah siap,
mulailah engkau menyerangku!" kata Ji Kiat.
Diapun cukup cerdik untuk mengambil keuntungan dari tantangan lawan. Dia hanya
tinggal menjaga diri agar jangan sampai kalah
dalam waktu lima jurus dan itu berarti dia akan
menang! Jelas, sekarang akan tertebus kekalahannya yang tadi! Siong Ki tersenyum, maklum apa yang berada
dalam pikiran lawan. " Baik, kau bersiaplah. Nah,
lihat seranganku. Jurus pertama!" Tiba-tiba
pedang tumpul di tangannya bergerak dan
le nyaplah pedang itu, yang nampak hanya sinar
hijau menyambar dahsyat ke arah kepala Ji Kiat,
disusul dorongan tangan kirinya ke arah dada.
Inilan juru De wa-mempersembahkan-mustika,
sebuah jurus yang sekaligus atau beruntun cepat
sekali telah melakukan dua serangan, yaitu
sambaran pedang dari kiri ke kanan disusul
Keripik pisang pandeglang
dorongan tangan kiri dengan jari terbuka ke arah
dada lawan. Ji Kiat yang sudah siap siaga, cepat memutar
tongkatnya melindungi tubuhnya.
"Trakkk!" Tongkat bertemu pedang tumpul dan
melekat! Tentu s aja karena tongkatnya tertahan, Ji
Kiat tidak dapat melindungi dadanya yang disambar tangan kiri Siong Ki. Cepat dia miringkan
tubuhnya, nanun te rdengar suara "brett" dan
ujung bajunya robek dan hancur. Wajahnya
menjadi pucat. Kalau tangan itu tadi meremas
perut atau dadanya, bukan ujung baju, te ntu
bukan kain itu yang robek hancur! Dia meloncat ke
belakang dan siap menghadapi serangan selanjutnya. Bagaimanapun juga, dalam jurus
pertama itu, dia belum jatuh, berarti belum kalah!
Siong Ki tersenyum. Orang ini memang tak tahu
diri, pikirnya. Sebetulnya, jurus pertama itu saja
sudah cukup membuktikan bahwa Ji Kiat kalah,


Keripik pisang pandeglang

akan tetapi agaknya orang itu tidak mau mengakui
kekalahannya. "Awas serangan jurus ke dua!" bentak Siong Ki
dan diapun meloncat maju dan kini pedang butut
dan tumpul di tangannya digerakkannya cepat
membentuk lingkaran-lingkaran yang aneh dan
cepat, hanya nampak gulungan-gulungan sinar
hijau saja yang seolah ada beberapa ekor burung
hijau beterbangan mengelilingi tubuh Ji kiat.
Orang inipun cepat memutar tongkatnya melindungi diri, namun te tap saja gerakannya
kalah cepat. Keripik pisang pandeglang
"Pratt!" dan nampaklah potongan rambut berhamburan. Sebagian rambut Ji Kiat disambar
sinar pedang dan berhamburan. Kembali Ji Kiat
melompat ke belakang dan memasang kuda-kuda.
Dia tidak memperdulikan rambutnya yang bodol,
dan dia memandang dengan mata mendelik karena
merasa penasaran dan marah.
Melihat lawan masih belum mau mengaku
kalah, Siong Ki menerjang lagi sambil berseru,
"Jurus ke tiga!" Kini Ji Kiat menangkis datangnya
pedang yang membacok kepalanya itu dengan
mengerahkan seluruh te naganya.
Trangg........!!" Keras sekali kedua senjata itu
saling bertemu di udara dan akibatnya, ujung
tongkat di tangan Ji Kiat itu putus te rpotong!
"Hemn, aku masih belum roboh!" kata Ji Kit
dengan nekat walaupun tongkatnya yang amat
diandalkannya itu telah patah ujungnya.
"Baik, jagalah jurus ke empat!" Kini pedang itu
bergerak lagi, berkelebatan menyambar-nyambar
dan Ji Kiat menggunakan tongkatnya yang
buntung untuk melindungi dirinya.
"Trakk!" Kembali tongkat bertemu pedang dan
sekali ini Ji Kiat tidak mampu menarik le pas
tongkatnya dari pedang. Tongkatnya melekat dan
biarpun dia sudah mengerahkan tenaga untuk
melepaskan tongkatnya, sia-sia saja dan pada saat
itu, tangan kiri Siong Ki meluncur ke arah
pergelangan tangannya yang memegang tongkat.
"Tukk!" Lengan kanan Ji Kiat menjadi lumpuh
dan te rpaksa dia melepaskan tongkatnya yang
Keripik pisang pandeglang
tidak dapat dipertahankannya kembali. Kini
tongkati telah terampas lawan! Akan tetapi dia
belum roboh, dan hanya tinggal satu jurus lagi.
Biarpun dari jurus pertama sampai jurus ke empat
dia te lah dirugikan, akan te tapi kalau sejurus lagi
le wat dan dia belum roboh, berarti lawannya akan
dianggap kalah! "The-sicu, aku belum roboh, berarti belum
kalah!" katanya dan dia memasang kuda-kuda
dengan kedua kaki dite kuk rendah, siap melewatkan sejurus lagi dengan seluruh kekuatannya! Sementara itu, Hek I Sin-kai
memandang dengan mata te rbelalak, bahkan Ouw
Ling sendiri menjadi bengong. Ia dapat menduga
bahwa Siong Ki seorang yang lihai, akan tetapi
tidak disangkanya sehebat itu! Tentu saja wanita
itu menjadi semakin kagum dan tertarik. Sedangkan He k I Sin-kai agak pucat wajahnya.
Tahulah kakek ini bahwa dia sendiripun bukan
tandingan pemuda yang amat hebat itu! Ingin dia
meneriaki muridnya agar menyerah, akan tetapi
karena Ji Kiat sudah terlanjur bersikap tidak mau
kalah, diapun hanya memandang penuh perhatian
dan ingin tahu apa yang akan dilakukan pemuda
lihai itu terhadap muridnya.
Siong Ki te rsenyum dan menyarungkan Sengkong-kiam di sarung pedangnya, lalu berkata:
"Engkau ingin dirobohkan dalam jurus ke lima"
Baiklah kalau begitu, nah! robohlah kau!" Siong Ki
menerjang dengan tangan kosong dan disambut
oleh Ji Kiat dengan kedua tangannya. Dia berpikir
bahwa kalau kedua tangannya menangkis , maka
jurus itu akan lewat dan dia tidak akan roboh.
Keripik pisang pandeglang
"Plak, dess!!" Kedua pasang tangan berte mu
dengan kuatnya dan tubuh Ji Kiat terdorong ke
belakang, akan te tapi sapuan kaki Siong Ki
membuat dia terpelanting dan tanpa dapat dicegah
lagi Ji Kiat roboh terbanting. Dia terkejut dan juga
heran. Mau tidak mau dia harus mengakui
keunggulan pemuda itu yang te rnyata le bih lihai
dibandingkan Ouw Siocia! Ji Kiat bangkit duduk dan meringis karena
punggungnya te rasa nyeri ketika dia terbanting
tadi. Dia bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Siong Ki sambil berkata, "The sicu, aku
mengaku kalah. Engkau memang lihai sekali dan
maafkan kata-kataku tadi."
Terdengar te puk tangan dan He k I Sin-kai yang
berte puk tangan memuji. "Hebat, engkau hebat
sekali, orang muda!" katanya.
Ouw Ling yang merasa bangga melihat kelihaian
sahabat barunya itu lalu berkata kepada Hek I Sinkai, "Paman, sekarang tiba giliranmu untuk 
memberi petunjuk pada The-siauwte!"
"Aih, melihat betapa dengan mudahnya The-sicu
mengalahkan Ji Kiat, cukuplah. Aku sudah te rlalu
tua untuk dapat menandinginya. Hanya sayang
aku belum dapat mengenal dari aliran mana ilmu
silatmu, sicu. Aku harus memberi selamat kepadamu untuk membuktikan kekagumanku
kepadamu. Nah, te rimalah secawan arak sebagai
ucapan selamat dan kekagumanku, The-sicu!"
Ketua Hek I Kai-pang itu memegang sebuah cawan
kosong dengan tangan kanan, lalu tangan kirinya
menuangkan arak dari guci arak sampai penuh.
Keripik pisang pandeglang
Kemudian dengan kedua tangan dia memegang
secawan arak itu, diam-diam mengerahkan sinkangnya dan ketika dia menyerahkan secawan
arak itu kepada Siong Ki, arak di guci itu bergolak
seperti mendidih! Inilah pameran kekuatan sinkang yang hebat sehingga mengagumkan Ouw
Ling. Namun, Siong Ki menghadapi ketua itu dengan
senyum, lalu dia mengulurkan kedua tangan
untuk menerima secawan arak itu. "Terima kasih,
engkau baik sekali, pangcu," katanya dan dengan
kedua tangan, dia memegang cawan arak itu. Arak
yang tadinya mendidih itu tiba-tiba berhenti
bergolak dan ketika pemuda itu menuangkannya
ke mulut sambil berdongak, arak itu tidak menetes
turun dari cawan yang dia balikkan! Arak itu
seolah-olah telah membeku dan tidak tumpah
keluar! Inipun merupakan demons trasi kekuatan
sin-kang yang tidak kalah hebatnya, membuat
Ouw Ling berte puk tangan.
"Aih-aihhh......kalian berdua ini seperti kanakkanak yang bermain sulap saja, suka main-main
seperti itu!" katanya.
Siong Ki tersenyum, menurunkan cawan itu lalu
mengangkat cawan sambil mengajak tuan rumah
dan wanita itu minum arak masing-masing. "Mari
kita minum untuk persahabatan kita!" kata Siong
Ki. Hek I Sin-kai menyambut dengan gembira,
demikian pula Ouw Ling dan mereka bertiga
minum arak lalu mereka dipersilakan duduk
kembali. Keripik pisang pandeglang
He k I Sin-kai memberi is yarat kepada Ji Kiat
untuk meninggalkan ruangan itu dan mereka
bertiga duduk bercakap-cakap dengan gembira.
"Sungguh menggembira kan sekali hari ini aku
dapat berte mu dan berkenalan dengan kalian dua
orang muda yang hebat. N ah, sekarang kalau boleh
aku mengetahui, apakah kepentingan ji-wi (kalian
berdua) datang ke Lok-yang" Apakah barangkali
kami dapat membantu kalian?"
"Kami tidak mempunyai keperluan khusus,
paman," kata Ouw Ling sambil mengerling kepada
Siong Ki. "Kami hanya berpesiar saja, sambil
melihat-lihat barangkali ada pekerjaan yang cocok
bagi kami." Siong Ki teringat akan tugas yang diberikan
gurunya kepadanya. Ini kesempatan yang amat
baik, pikirnya. Sebagai ketua kai-pang yang
memiliki banyak anggota, juga te ntu mempunyai
hubungan yang amat luas, mungkin saja Hek I
Sin-kai dapat membantunya memberi kete rangan
te ntang penculik puteri gurunya!
"Barangkali pangcu dapat membantuku dengan
memberi kete rangan tentang seorang yang sedang
kucari." "Siapakah orang yang sedang kaucari itu Thesicu?" tanya Hek I Sin-kai sedangkan Ouw Ling
juga memandang penuh perhatian. Ia sendiri
belum pernah mendengar tentang itu karena
memang ia baru saja berkenalan dengan Siong Ki
dan belum mendengar banyak te ntang riwayat dan
keadaan pemuda yang dikaguminya itu.
Keripik pisang pandeglang
Siong Ki sudah mendengar tentang Kwa Bi Lan
dari gurunya, te ntang riwayat wanita itu mengapa
menculik pute ri gurunya. Diapun sengaja tidak
langsung menanyakan te ntang wanita itu, melainkan mendiang suaminya yang lebih terkenal
di dunia kangouw. "Aku mencari orang yang berjuluk Sin-tiauw
(Rajawali Sakti) bernama Liu Bhok Ki."
Bukan han ya He k I Sin kai yang te rkejut, juga
Ouw Ling te rcengang karena nama besar Si
Rajawali sakti pernah menggemparkan dunia
kangouw. "Aih, dia" Akan tetapi dia telah tidak ada
lagi, sicu! Dia telah mati belasan tahun yang lalu!"
Tentu saja Siong Ki sudah tahu akan hal ini.
"Kalau begitu, aku mencari keluarganya. Apakah
dia tidak mempunyai keluarga" Isteri atau anak?"
"Kami tidak mendengar bahwa dia mempunyai
anak, hanya mendengar bahwa dia di hari tuanya
mempunyai seorang isteri. Akan tetapi, kami tidak
tahu siapa isterinya itu dan di mana ia sekarang
berada." "Aku tahu!" tiba-tiba Ouw Ling
berkata. "Isterinya seorang wanita muda murid Siauw-limpai, namanya......namanya Kwa......Bi Lan. Ya, aku
pernah mendengar ayah bercerita tentang mendiang Sin-tiauw Liu Bhok Ki itu."
Tentu saja diam-diam Siong ki merasa girang.
Tak disangkanya bahwa yang mengenal wanita itu
bahkan sahabat barunya ini! "Aih, Ouw-cici,
engkau malah mengenalnya" Di mana sekarang
Kwa Bi Lan itu." Keripik pisang pandeglang
Akan te tapi Siong Ki menjadi kecewa melihat
wanita cantik itu menggeleng kepalanya. "Sin-tiauw
Liu Bhok Ki telah meninggal dunia belasan tahun
yang lalu dan sejak itu, tidak ada yang tahu ke
mana perginya is te rinya itu. Ia ketika itu masih
muda, dan ia hanya diketahui sebagai murid
Siauw-lim-pai, namanya tidak begitu dikenal. Yang
te rkenal adalah suaminya, maka setelah suaminya
meninggal dunia, Kwa Bi Lan juga tidak diperhatikan orang lagi. Aku tidak tahu di mana ia
berada." Melihat wajah sahabat barunya kelihatan
kecewa, ia cepat menyambung. "Jangan khawatir,
siauw-te, aku akan membantumu mencarikan
sampai dapat. Aku mempunyai banyak hubungan,
te ntu akan dapat mencari keterangan tentang Kwa
Bi Lan." Wajah Siong Ki menjadi cerah kembali mendengar kesanggupan wanita cantik itu. "Terima
kasih, enci Ouw, engkau baik sekali."
"Ji-wi mencari pekerjaan" Sungguh kebetulan
sekali! Saat ini tenaga dua orang seperti ji-wi amat
dibutuhkan. Dan bukan saja ji-wi akan menerima
balas jasa yang cukup besar, bahkan membuka
kesempatan bagi ji-wi untuk mendapatkan pekerjaan dan kedudukan di kota raja Tiang-an."
Dua orang muda itu tertarik sekali. Mereka
memandang tuan rumah dengan sinar mata penuh
selidik. Bagaimanapun juga, Siong Ki tidak akan
sudi menerima kalau ditugaskan melakukan suatu
kejahatan. Dia bukan penjahat! Dia seorang
pendekar! Juga Bi-tok Siocia Ouw Ling adalah
pute ri seorang datuk, te ntu saja merasa rendah
Keripik pisang pandeglang
kalau harus melakukan kejahatan remeh yang
hanya akan menjatuhkan nama besarnya dan
nama besar ayahnya. "Pekerjaan apakah yang kaumaksudkan itu,
paman?" tanya Ouw Ling.
"Begini, Ouw Siocia. Kalian tahu bahwa aku
mempunyai hubungan dekat sekali dengan para
pejabat di Lok-yang. Kebetulan sekali seorang
pangeran yang kini menjabat kedudukan hakim di
Lok-yang, kemarin minta kepadaku untuk menyediakan beberapa orang yang berkepandaian
tinggi untuk mengawal is teri pangeran dan tiga
orang pute ranya yang hendak melakukan perjalanan ke Tiang-an. Mereka memang berasal dari kota raja. Perjalanan sekarang tidak dapat dikata aman,
maka aku sedang bingung mencari siapa gerangan
yang dapat dipercaya untuk memikul tugas itu.
Dan melihat kalian berdua, aku yakin tidak ada
orang lain yang te pat dan dapat diandalkan untuk
mengawal keluarga pangeran itu dari sini ke kota
raja." "Pangcu, bagi seorang pembesar, apalagi kalau
dia pangeran, apa susahnya mencari pengawal.
Akan te rsedia pasukan besar untuk menjaga
keselamatan keluarganya! Kenapa harus mencari
orang lain?" tanya Siong Ki.
"Benar pertanyaan The-siauwte itu, paman.
Mengherankan sekali memang." kata Ouw Ling.
Ketua pengemis itu mengangguk-angguk. "Me mang tadinya akupun membantahnya Keripik pisang pandeglang
demikian, akan te tapi setelah dia menjelaskan,
baru aku mengerti. Pangeran itu seorang hakim,
kalau is terinya ke kota raja, pasti dia akan
menitipkan beberapa laporan penting. Dia tidak
ingin mengerahkan pasukan agar tidak menyolok
dan menarik perhatian, juga keluarganya tidak
suka kalau bepergian diiringkan pasukan yang
membuat suasana menjadi kaku, akan te tapi
diapun ingin keselamatan keluarganya te rjamin.
Oleh karena itu, dia minta aku mencarikan dua
tiga orang pengawal yang dapat diandalkan, dan
melihat kalian berdua, aku yakin kalian akan
mampu mengawal keluarga itu s ampai selamat tiba
di kota raja. Dan kalau kalian menghendaki
pekerjaan atau kedudukan di kota raja, kiranya
aku dapat menyampaikan kepada pangeran itu.
Dia pasti akan dapat memberi kalian surat
perkenalan dan kepercayaan untuk pembesar di
kotaraja." Dua orang itu saling pandang, kemudian Ouw
Ling bertanya, "Apakah sudah ditentukan kapan
keluarga itu berangkat?"
"Tiga hari lagi."
"Kalau begitu, biar penawaran ini kami

Keripik pisang pandeglang

pertimbangkan dulu sampai besok. Besok kami
memberi keputusan kepadamu, paman. Bukankah
begitu, siauwte?" Siong Ki mengangguk. Sebetulnya, dia senang
mendengar penawaran itu. Pekerjaan yang tidak
berat, dan selain imbalannya te ntu besar, juga
kemungkinan dia memperole h kedudukan di kota
raja. Pekerjaan apa yang le bih baik daripada
Keripik pisang pandeglang
menjadi seorang seorang pejabat di kota raja" Akan
tetapi karena dia membutuhkan bantuan Ouw Ling
untuk dapat menemukan Kwa Bi Lan, maka ketika
wanita itu mengajukan pendapatnya, diapun hanya
mengangguk se tuju. Ouw Ling dan Siong Ki lalu berpamit dan oleh
ketua Hek I Kaipang, mereka kembali diantar
dengan kereta memasuki Lok-yang dan sampai ke
depan rumah penginapan mereka.
-ooo0dw0ooo- Siong Ki sedang duduk te rmenung di dalam
kamarnya di rumah penginapan itu. Dia merenungkan pengalamannya sehari itu, pengalaman yang dianggapnya aneh sekali. Dalam
waktu sehari, dia bertemu dengan Bi Tok Siocia
Ouw Ling yang te rnyata kemudian dia ketahui
sebagai pute ri datuk sesat Ouw Kok Sian, majikan
Bukit Naga. Akan te tapi wanita itu amat baik
kepadanya, ramah dan manis sehingga dia harus
mengakui bahwa hatinya terpikat. Seorang wanita
yang sudah matang, berpengalaman,
cerdik, memiliki ilmu silat tinggi, dan le bih dari pada itu
semua, cantik wajahnya dan menggairahkan
tubuhnya. Belum pernah dia berte mu dengan
seorang wanita seperti itu! Dan wanita itu
demikian ramah kepadanya, bahkan kini hendak
membantunya menemukan Kwa Bi Lan. Setelah
pengalamannya berte mu dengan wanita itu,
dilanjutkan dengan perte muannya dengan ketua
He k I Kai-pang yang menawarkan pekerjaan yang
amat baik dan membuka kesempatan untuk
Keripik pisang pandeglang
memperoleh kemajuan di kota raja. Tadi, ketika
mereka kembali ke rumah penginapan, sampai
mereka mandi lalu makan malam, Ouw Ling belum
mengambil keputusan mengenai penawaran itu
dan ketika dia bertanya, wanita itu menjawab
bahwa ia akan memikirkannya dulu baik-baik
sebelum mengambil keputusan. Kini, wanita itu
memasuki kamarnya sendiri dan dia berada di
kamarnya, mereka berdua belum mengambil ke
putusan. "Tok tok-tok!" Daun pintu kamarnya diketuk
orang dari luar. "Siapa?" tanya Siong Ki sambil menghampiri
daun pintu akan te tapi belum membukanya.
Pengalamannya hari tadi membuat dia waspada
dan curiga. "Aku, siauw-te. Bukalah!"
Siong Ki bernapas lega. Ouw Ling yang datang.
Tentu akan membicarakan te ntang penawaran tadi
dan sekarang agaknya wanita itu akan mengambil
keputusan. Dia membuka daun pintu dan memandang kagum. Ouw Ling nampak segar,
dengan pakaian baru, dengan rambut yang disisir
rapi dan digelung tinggi, wajahnya nampak
kemerahan dan penuh senyum menggairahkan,
pandang matanya bersinar-sinar, dan tangannya
memegang dua buah cawan dan sebuah guci
anggur. "Aih, enci, engkau membawa minuman?" tanya
Siong Ki heran. Keripik pisang pandeglang
"Tutuplah daun pintunya siauwte. Kita bicarakan urusan siang tadi dan sambil minum
anggur. Aku membeli anggur yang enak sekali dan
hawa malam ini amat dingin." Melihat keraguan
Siong Ki yang agaknya merasa sungkan untuk
menutupkan daun pintu selagi ada seorang wanita
di kamarnya, Ouw Ling tertawa. "Hi-hik, mengapa
engkau ragu" Kita sudah menjadi sahabat baik,
seperti saudara sendiri, mengapa masih banyak
sungkan, siauwte?" "Aku.......aku......hanya menjaga nama baikmu,
enci...." kata Siong Ki ragu, akan te tapi dia
menutupkan juga daun pintu kamarnya setelah
melihat bahwa di luar sunyi, tidak nampak
seorangpun tamu yang semua agaknya sudah
masuk kamar. Ouw Ling memandang kepada pemuda yang kini
duduk di depannya terhalang meja kecil itu dengan
alis terangkat, dan pandang matanya seperti orang
yang tidak percaya. "Siauwte, berapa sih usiamu
tahun ini?" tanyanya tiba-tiba. Walau pun Siong Ki
merasa aneh dengan pertanyaan itu, dia menjawab
juga. "Usiaku duapuluh dua tahun, enci."
"Sudah duapuluh dua tahun dan engkau takut
duduk berdua dengan seorang wanita dalam
kamarmu?" kembali pandang matanya tidak percaya. Siong Ki merasa betapa mukanya te rasa
panas dan diapun tersipu.
"Aih, sejak kecil aku berada di bawah bimbingan
guru-guruku, dan baru sekarang aku hidup
Keripik pisang pandeglang
sendiri. Mengapa dan untuk apa aku harus duduk
berdua dengan seorang wanita dalam kamar?"
"Bukan main!" Kini pandang mata itu mengandung kehe ranan, juga kekaguman dan
kegembiraan. "Jadi selama ini engkau belum
pernah bergaul akrab dengan seorang wanita?"
Siong Ki menggeleng kepala dan mukanya
berubah kemerahan. "Jangankan akrab, bergaulpun belum sempat dan baru sekarang ini
aku bersahabat dengan seorang wanita, enci."
"I hh! Dan engkau senang bersahabat denganku,
siauwte?" Pandang mata itu penuh selidik.
Siong Ki mengangguk. "Senang sekali, engkau
seorang yang baik, enci."
Kini Ouw Ling nampak gembira bukan main.
"Sudahlah, jangan te rlalu memuji karena sesungguhnya engkaulah yang baik sekali, siauwte. Nah sekarang kita
bicara te ntang penawaran Hek I Sin-kai tadi. Bagaimana menurut
pendapatmu?" Siong Ki menarik napas panjang. "Aku hanya
menyerahkan keputusannya kepadamu saja, enci.
Engkau tahu bahwa aku menerima tugas dari
guruku untuk mencari seorang yang bernama Kwa
Bi Lan. Tugas itu yang harus kupentingkan dulu.
Setelah itu, baru aku akan memikirkan te ntang
pekerjaan apa yang dapat kupegang. Karena aku
mengharapkan bantuanmu untuk dapat menemukan Kwa Bi Lan, maka aku menurut saja
bagaimana keputusanmu."
Keripik pisang pandeglang
Ouw Ling menuangkan anggur merah itu ke
dalam dua buah cawan dan mengajak Siong Ki
minum, "Mari kita mlnun, coba rasakan bagaimana
enaknya anggur yang kubeli ini."
Siong Ki menurut dan memang anggur itu enak.
Anggur yang sudah te rsimpan lama, manis dan
halus walaupun amat kuat. "Sekarang katakan,
siauwte, karena aku ingin sekali mengetahui dan
kiranya sudah sepatutnya kalau aku mengetahui
keadaan dirimu, siapakah sebenarnya gurumu dan
mengapa pula dia mengutusmu mencari Kwa Bi
Lan atau......kalau engkau tidak percaya kepadaku,
sudah, jangan kauceritakan kepadaku." Ouw Ling
mengambil sikap demikian muram dan berduka
penuh kekecewaan, sehingga Siong Ki yang masih
hijau itu tentu saja merasa tidak enak sekali.
"Ah, enci Ouw, tentu saja aku percaya padamu.
Engkau begini baik, bahkan engkau akan membantuku menemukan Kwa Bi Lan. Baik, tadi
di depan Hek I Sin-kai aku memang tidak mau
berte rus terang, akan tetapi kita sudah bersahabat
baik, sesungguhnya, guruku bernama Si Han
Beng......" "Aih, sudah kuduga! Ketika melihat pedangmu
yang buruk itu, aku segera mengenal Seng-kongkiam! Bukankah pedang itu milik subomu"
Gurumu adalah Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) dan isterinya bernama Bu Giok Cu,
bukan?" Siong Ki te rcengang, kagum akan pengetahuan
Ouw Ling yang luas. "Ah, kiranya engkau sudah
mengenal suhu dan subo?"
Keripik pisang pandeglang
"Me ngenal sih tidak. Orang seperti aku ini
bagaimana ada harganya mengenal suami isteri
yang hebat itu" Akan tetapi aku sudah mendengar
nama besar mereka. Dan sekarang aku berte mu
dengan murid mereka! Wah, siauwte, maafkan
kalau aku bersikap kurang hormat kepada murid
seorang pendekar sakti!" Ouw Ling dengan gaya
yang manis lalu bangkit dan mengangkat kedua
tangan depan dada memberi hormat.
Siong Ki cepat bangkit dan membalas penghormatan itu. "Wah, enci, harap jangan
bersikap seperti itu. Engkau membikin aku
menjadi malu saja." "Engkau gagah perkasa, murid pendekar sakti,
dan engkau tetap rendah hati, siauwte. Betapa
mengagumkan. Selama hidupku, belum pernah
aku berte mu dengan seorang laki-laki sejati
sepertimu. Nah, coba ceritakan, apa sebabnya
gurumu menyuruh engkau mencari Kwa Bi Lan?"
"Karena Kwa Bi Lan te lah menculik pute ri suhu
enambelas tahun yang lalu ketika anak itu berusia
dua tahun." Ouw Ling mengangguk-angguk. Bagi seorang
kangouw sepertinya yang sudah biasa mendengar
te ntang hal-hal seperti itu, ia tidak merasa heran.
Hanya ingin tahu permusuhan apa yang te rdapat
antara Kwa Bi Lan dan keluarga N aga Sakti Sungai
Kuning itu. "Kenapa gurumu yang sakti itu membiarkan saja
sampai sekarang, tidak mencari dan merampas
kembali pute rinya" Kurasa Kwa Bi Lan tidak akan
Keripik pisang pandeglang
mampu menandingi kelihaian Naga Sakti Sungai
Kuning dan isterinya."
Siong Ki menggeleng kepalanya, tidak ingin


Keripik pisang pandeglang

menceritakan terlalu banyak tentang gurunya,
te ntang dendam yang te rkandung di hati Kwa Bi
Lan te rhadap gurunya, karena hal itu merupakan
rahasia pribadi gurunya. "Aku tidak tahu, enci, aku
hanya ingin melaksanakan perintah suhu."
Ouw Ling te rsenyum dan mengangkat cawan
anggurnya. "Jangan khawatir, aku akan membantu
dan kita pasti akan dapat menemukan penculik
pute ri gurumu itu. Sekarang, mari kita minum
sampai puas. Aku gembira sekali dapat bersahabat
denganmu dan ingin merayakan kegembiraan ini
berdua denganmu. N ah, minumlah, siauwte."
Siong Ki tentu saja tidak dapat menolak
keramahan wanita itu dan diapun menemani Ouw
Ling minum anggur sampai akhirnya guci anggur
itu habis dan mereka berdua merasa ringan di hati
dan kepala. Pengaruh anggur mulai bekerja dan
Siong Ki yang ketika berada di rumah suhunya,
jarang sekali minum anggur sampai sedemikian
banyaknya, mulai merasa aneh. Dia mulai te rpengaruh alkohol dan hampir mabok.
Sebetulnya Ouw Ling adalah seorang wanita
yang sudah kebal terhadap minuman keras.
Jangankan seguci anggur tadi dibagi dua dengan
Siong Ki, andaikata ia habiskan sendiripun, ia
tidak akan mabok. A kan tetapi, ia berlagak mabok,
te rtawa-tawa dan setelah anggur habis, ia bangkit
berdiri. Keripik pisang pandeglang
"Aku.....aku ingin tidur.....kembali ke kamarku....." Akan tetapi ia te rhuyung dan biarpun
Siong Ki juga merasa agak pening, dia khawatir
wanita itu mabok dan te rjatuh, maka cepat dia
memegang pundak Ouw Ling agar wanita itu tidak
te rguling jatuh. "Hi-hik, kau.... kau baik sekali, siauw-te......kau
tampan sekali......" Ouw Ling merangkul dan
menyandarkan kepalanya di dada yang bidang itu.
Tentu saja Siong Ki merasa canggung dan salah
tingkah, tidak tahu harus berbuat apa.
"Enci, engkau mabok, mari kuantar kembali ke
kamarmu. Engkau harus beris tirahat dan tidur.....
" katanya, mencoba untuk mendorong wanita itu
ke pintu. Akan tetapi karena dia sendiri juga
merasa seolah lantai bergoyang, mereka berdua
jatuh terduduk di atas pembaringan. Ouw Ling lalu
merebahkan diri. "Ouw-cici, pembaringanmu di sana, di kamarmu.
Mari kuantar engkau pindah ke kamarmu .sendiri......" kata Siong Ki.
Ouw Ling menggeliat seperti seekor kucing.
"Aihh, aku lelah, aku mengantuk.... apa sih
salahnya aku tidur di sini" Di sana tidak ada
te man, dingin dan kita-kita sudah menjadi sahabat
baik, bukan......?" Tangannya menangkap le ngan
Siong Ki dan dengan lembut dia menarik pemuda
itu yang te rpaksa duduk kembali ke tepi pembaringan karena memang dia agak pening.
Ras a aneh menguasainya, kepalanya terasa berat
di luar dan ringan di dalam, melayang-layang dan
le nyaplah semua ajaran gurunya te ntang tataKeripik pisang pandeglang
susila. Diapun seperti hanyut dan tidak berdaya,
te rseret oleh gelora nafsu berahi yang dikobarkan
oleh Ouw Ling yang berpengalaman dan cerdik.
Dalam keadaan setengah sadar, Siong Ki yang
masih hijau dalam pergaulan dengan wanita itu,
seolah menjadi lilin lunak yang menyerah saja
dibentuk dan dipermainkan oleh Ouw Ling. Wanita
itu memang berpengalaman dan ahli dalam
menjatuhkan hati pria. Usianya sudah empatpuluh
tahun, akan tetapi ia nampak tidak le bih dari
duapuluh lima tahun. Siong Ki, biarpun amat lihai
ilmu silatnya, kini menjadi korban dan mangsa
yang lunak bagi Ouw Ling.
Pada keesokan harinya, ketika terbangun dari
tidur dan mendapatkan dirinya berada dalam
dekapan Ouw Ling, Siong Ki tersadar dan terkejut,
bahkan timbul penyesalan besar dalam hatinya.
Namun, Ouw Ling segera dapat menghibur dan
merayunya. Sebentar saja buyarlah kesadarannya,
kalah semua pertimbangan akal sehat oleh nafsu
yang te lah menguasai dirinya dan Siong Ki
menyerah. Sejak malam hari itu, dia te lah
dicengkeram oleh Ouw Ling, telah menjadi hamba
dari nafsunya sendiri. Lenyaplah semua kesadaran,
bahkan dia tidak merasa bersalah, mengejar
kesenangan dan pemuasan nafsu. Dituntun oleh
Ouw Ling yang berpengalaman.
Seseorang bole h saja memiliki kepandaian tinggi,
dan dapat menandingi dan mengalahkan musuh
yang bagaimana kuatpun. Akan te tapi, musuh
yang paling berbahaya bukan lain adalah dirinya
sendiri, nafsu yang berada di dalam dirinya sendiri.
Betapapun kuatnya seseorang, belum te ntu dia
Keripik pisang pandeglang
akan mampu menandingi nafsunya sendiri. Betapa
banyaknya sudah contoh yang te rjadi di dalam
sejarah, betapa orang-orang yang kuat dan
te rkenal bijaksana, akhirnya jatuh oleh nafsunya
sendiri. Kalau nafsu sudah memperbudak manusia, maka manusia itu akan menjadi
permainan nafsu, akan melakukan apa saja demi
pemuasan nafsu sehingga segala pertimbangan
akal sehat tidak akan mampu menghalanginya.
Kita tidak mungkin mematikan nafsu. Tanpa
adanya nafsu, kita tidak akan menjadi manusia,
bahkan tidak mungkin dapat hidup. Nafsu sudah
diikutsertakan kita ketika kita lahir, dan nafsu
merupakan peserta yang teramat penting bagi
kehidupan manusia. Nafsu yang membuat kita
mengenal enak dan tidak enak, senang dan susah,
baik dan buruk, dan selanjutnya. Nafsu yang
membuat mata kita mengenal keindahan, telinga
kita mengenal kemerduan, hidung kita mengenal
keharuman, mulut mengenal kelezatan dan sebagainya. Nafsu yang merupakan pendorong
sehingga hati akal pikiran kita dapat membuat
segala macam kemajuan demi kenyamanan hidup.
Tanpa adanya nafsu, kita tidak dapat menikmati
makanan dan mungkin kita tidak mau makan
sehingga kelaparan. Tanpa adanya nafsu, kita
tidak akan melakukan perbaikan-perbaikan dan
mungkin kita masih akan tinggal di goa-goa dan
jaman kita masih tetap jaman batu. Bahkan tanpa
abanya nafsu berahi, pria dan wanita tidak akan
saling te rtarik, tidak akan saling berhubungan,
sehingga mahluk manusia tidak akan berkembang
Keripik pisang pandeglang
biak lagi.! Jelas, nafsu mutlak perlu bagi kehidupan kita! Akan te tapi, nafsu pula yang menyeret kita ke
le mbah kesengsaraan, nafsu pula yang mendorong
kita melakukan kejahatan, yaitu kalau nafsu yang
tadinya diciptakan dan diikutsertakan kita untuk
menjadi peserta dan menjadi pelayan, berbalik
menjadi majikan yang memperhamba kita! Kalau
nafsu sudah mencengkeram kita, memperbudak
kita maka keadaan menjadi berbalik sama sekali.
Nafsu mendorong kita menjadi budak yang selalu
haus akan kesenangan, dan demi mengejar
kesenangan itu kita menghalalkan segala cara.
Nafsu mengejar kesenangan melalui uang menghalalkan segala cara pencarian uang melalui
korupsi, penipuan, pencurian, perampokan dan
sebagainya. Nafsu mengejar kesenangan melalui
kedudukan menghalalkan segala cara pengejaran
kedudukan melalui perbuatan kekerasaan, pengkhianatan, permusuhan, pembunuhan, perang dan sebagainya. Nafsu mengejar kesenangan melalui berahi menghalalkan segala
cara pengejarannya melalui perjinahan, pelacuran,
perkosaan dan sebagainya.
Sejak dahulu kala, manusia berusaha untuk
menanggulangi perbudakan oleh nafsu ini melalui
pelajaran, pendidikan budi pekerti, agama, ilmu
pengetahuan. Manusia berusaha untuk menyadarkan diri betapa buruknya keadaan kita
kalau diperbudak oleh nafsu. Namun, melihat
kenyataan yang ada, daya upaya manusia itu tidak
banyak hasilnya. Manusia tetap menjadi budak
nafsu, sampai sekarang. Bahkan setelah manusia
Keripik pisang pandeglang
memperoleh kemajuan pesat sekali dalam ilmu
pengetahuan, tetap saja manusia tidak berdaya
mengatasi nafsunya sendiri. Ilmu pengetahuan
sama sekali tidak berdaya mengendalikan nafsu.
Hal ini memang tidak aneh. Ilmu pengetahuan
dapat maju karena adanya nafsu dalam hati akal
pikiran. Mengharapkan pengertian dan pengetahuan
untuk menalukkan nafsu, merupakan harapan
hampa. Pengetahuan tidak mungkin dapat menundukkan nafsu. Hal ini banyak buktinya
kalau kita membuka mata dengan waspada,
melihat kenyataan dalam kehidupan ini, dalam diri
sendiri maupun kehidupan manusia di sekeliling
kita. Baru cengkeraman nafsu yang amat kecil
saja, misalnya merokok, sudah sedemikian kuatnya sehingga tidak dapat ditaklukkan oleh
pengetahuan. Semua perokok tahu dan mengerti
bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan
dan sebagainya, namun mereka tetap tidak
berdaya, tidak mampu menghentikan kebiasaan
merokok! Bahkan hati akal pikiran yang sudah
dicengkeram nafsu muncul sebagai pembela untuk
membenarkan kebiasaan merokok itu dengan
bisikan-bisikan bahwa merokok itu baik. agar
nampak jantan, untuk menenangkan pikiran,
untuk mencari ilham, untuk pergaulan dan segala
macam pembelaan lagi. Coba kita bertanya kepada
semua pencuri di dunia ini. Adakah seorang
pencuri yang tidak tahu bahwa mencuri itu jahat"
Semua pencuri tahu dan mengerti! Akan tetapi,
mereka tetap saja mencuri! Karena pengetahuan
itu tidak dapat menundukkan nafsu yang Keripik pisang pandeglang
mendorongnya untuk mencuri demi memperoleh
kesenangan melalui uang! De mikian pula para


Keripik pisang pandeglang

koruptor. Adakah seorangpun di antara para
koruptor yang tidak tahu bahwa korupsi itu tidak
baik" Semua koruptor tahu dan mengerti! Akan
tetapi tetap saja mereka melanjutkan perbuatan
korupsi itu. Dan hati akal pikiran, gudang
pengetahuan dan pengertian itu, yang sudah
dikuasai nafsu, bahkan menjadi pokrol, membela
perbuatan korupsi itu sendiri dengan bisikan
bahwa mereka melakukan korupsi untuk menghidupi anak bini, bahwa semua orang juga
melakukannya, bahwa atasannya berkorupsi lebih
banyak lagi dan sebagainya! Dalam setiap perbuatan yang sebetulnya dimengerti bahwa itu
tidak baik, selalu saja pikiran muncul sebagai
pembelanya, untuk membenarkan perbuatan jahat
itu, atau setidaknya, mengurangi keburukann ya!
Sekarang kita dihadapkan kepada keadaan yang
amat sulit. Nafsu mutlak perlu bagi kehidupan
kita. Kita mutlak membutuhkan nafsu untuk
kelangsungan hidup di dunia ini. Akan tetapi nafsu
pula yang menyeret kita ke dalam le mbah
kejahatan, menyeret kita untuk melakukan penyelewengan! Lalu apa yang dapat kita lakukan"
Hati akal pikiran kita tidak berdaya, karena semua
pengetahuan tidak dapat menundukkan nafsu
yang merajale la Apa yang dapat kita lakukan agar
nafsu kembali kepada tugas dan kedudukannya
semula, yaitu menjadi peserta dan pelayan kita
dalam kehidupan ini" Apa yang dapat kita
lakukan" Pertanyaan ini sudah bergema sepanjang
jaman. Banyak orang pergi bertapa, menyiksa diri,
Keripik pisang pandeglang
melakukan segala macam tapabrata, semua ini
merupakan usaha untuk menanggulangi nafsu,
yaitu setan yang berada di dalam diri kita sendiri.
Namun, hampir tidak ada yang berhasil. Lalu apa
yang dapat kita lakukan"
Jawaban yang te pat kiranya hanyalah bahwa
kita seyogianya tidak melakukan apa-apa! Karena
apapun yang kita lakukan, kelakuan itu masih
dikemudikan oleh nafsu keinginan. Ingin bebas
dari nafsu! Siapa yang ingin itu" Itupun masih
pikiran yang bergelimang nafsu. Menginginkan
sesuatu, walaupun keinginan itu merupakan
keinginan bebas dari pada keinginan sekalipun!
Tuhan Maha Pencipta! Tuhan maha Kuasa!
Tuhan Maha Kasih! Kekuasaan Tuhan pula yang
menciptakan adanya nafsu yang diikut-sertakan
kita. Karena itu, tidak ada kekuasaan lain di dunia
ini yang akan mampu menundukkan nafsu,
kecuali kekuasaan Tuhan! Kita tidak perlu melakukan apapun. Kita hanya menyerah, kita
hanya pasrah kepada Tuhan, dengan penuh
kesabaran, keikhlasan, ketawakalan! Kita tidak
perlu berusaha apapun untuk menundukkan
nafsu, karena usaha apapun dari kita itu bahkan
memperkuat nafsu, karena usaha itu sendiripun
merupakan ulah nafsu. Kita menyerah mutlak
kepada Tuhan dengan penuh keimanan dan
kepasrahan. Penyerahan ini merupakan kuncinya,
agar kekuasaan Tuhan selalu membimbing kita.
Kekuasaan Tuhan bekerja membimbing kita setelah nafsu tidak lagi membimbing dan menguasai kita. Nafsu menjadi alat untuk hidup,
namun kekuasaan Tuhan yang akan menjadi
Keripik pisang pandeglang
kendali, menjadi penuntun, dalam segala yang kita
perbuat. Kalau nafsu sudah mencengkeram diri, maka
manusia menjadi lupa segala. Seperti halnya Siong
Ki. Dia menjadi permainan nafsu yang mengasyikkan. Apalagi nafsu itu digerakkan oleh
pandainya Bi Tok Siocia Ouw Ling yang merayunya. Dan Siong Ki jatuh, Diapun kini
menuruti apa saja yang dikehendaki wanita itu.
Ketika Ouw Ling menyatakan kesediaannya mengawal keluarga pangeran yang akan ke kota
raja, Siong Ki hanya setuju saja. Ouw Ling yang
mengatur dan memimpin, sedangkan dia hanya
ikut s aja. Pangeran yang menjadi hakim di Lok-yang itu
bernama Pangeran Li Yan, masih kakak mis an dari
Kaisar Tang Tai Cung yang dahulu bernama
Pangeran Li Si Bin. Tentu saja setelah pamannya,
yaitu ayah Li Si Bin yang bernama Li Gan menjadi
kaisar pertama dari Kerajaan Tang berjuluk Tang
Kao Cu, Li Yan sebagai keponakannya, juga ikut
te rangkat derajatnya, bahkan mendapat sebutan
pangeran dan kini menjabat sebagai hakim di Lokyang. Pada jaman itu, kedudukan hakim merupakan kedudukan yang te rhormat dan tinggi,
disegani dan ditakuti para pejabat tinggi lainnya.
Pangeran Li Yan berusia limapuluh tahun, isterinya yang akan melakukan perjalanan ke kota
raja adalah is teri pertamanya yang berusia
empatpuluh lima tahun, dan tiga orang anaknya
yang ikut dengan ibu mereka ke kota raja adalah
dua orang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan yang berusia dari sepuluh sampai
Keripik pisang pandeglang
limabelas tahun. Isteri Pangeran Li Yan ini masih
berdarah bangsawan dan berasal dari kota raja,
dan sekali ini kepergiannya ke kota raja, selain
menengok keluarga, juga untuk berpesiar bersama
pute ra-pute rinya dan juga te ntu saja membawa
surat laporan dari suaminya yang harus disampaikan kepada atasannya di kota raja.
De mikianlah, pada hari yang ditentukan. Isteri
pangeran itu bersama tiga orang anak-anaknya
menunggang sebuah kereta dengan dua ekor kuda
yang dikendalikan kusir keluarga pangeran itu.
The Siong Ki dan Ouw Ling menunggang dua ekor
kuda mengawal di belakang kereta. Ketika Hek I
Sin-kai mengajak mereka menghadap Pangeran Li
Yan, pangeran yang sudah percaya sepenuhnya
kepada ketua kaipang itu segera menerima mereka
dan menyetujui, bahkan senang sekali karena dua
orang yang mengawal keluarganya bukan orangorang berpakaian pengemis, melainkan seorang
wanita cantik dan seorang pemuda tampan.
Di atas kereta itu sendiri dipasangi sebuah
bendera hitam dengan tulisan Hek I Kaipang,
sebagai tanda bahwa rombongan ini di bawah
perlindungan perkumpulan pengemis itu. Hal ini
untuk menjamin agar di dalam perjalanan tidak
ada yang berani mengganggu. Juga mendengar
permintaan Hek I Sinkai, pangeran itu menitipkan
sebuah surat untuk pejabat di istana, dengan
pesan kepada is terinya bahwa kalau kedua
pengawal itu ternyata bekerja dengan baik, surat
untuk memintakan pekerjaan bagi mereka di
istana itu disampaikan kepada saudaranya yang
menjadi pejabat di istana.
Keripik pisang pandeglang
-ooo0dw0ooo- Kita tinggalkan dulu Siong Ki dan Ouw Ling yang
mengawal keluarga pangeran Li Yan dari Lok-yang
menuju ke Tiang-an, karena sudah terlalu lama
kita meninggalkan Thian Ki. Mari kita mengikuti
perjalanan pemuda perkasa ini.
Seperti kita ketahui, Thian Ki meninggalkan ibu
kandungnya dan ayah tirinya dengan membawa
dua macam tugas. Pertama, dia akan mengunjungi
Si Han Beng untuk bertanya kepada pendekar itu,
di mana dia bisa berte mu dengan Pek I Tojin atau
He k Bin Hwesio karena hanya kedua orang itulah
yang akan dapat menolongnya, yaitu membebaskannya dari pengaruh racun di tubuhnya. Ke dua dia harus mengambil kembali
pedang Liong-cu-kiam, yaitu pedang pusaka yang
dulu menjadi milik Cian Bu Ong dan kini berada di
istana kaisar. Dia diberi waktu dua tahun oleh
ibunya dan ayah tirinya. Pada pagi hari itu, pagi-pagi sekali, berangkatlah
Thian Ki meninggalkan dusun Ke-cung di tepi
Sungai Kuning dan di kaki bukit Kim-san. Dia
membawa buntalan pakaian di punggungnya, dan
tangannya memegang sebuah bungkusan kecil
yang beris i makanan yang diberikan ole h Kui Eng
kepadanya. Kui Eng! Gadis yang sejak kecil
dianggapnya sebagai adik sendiri, kini seketika
berubah baginya setelah ayah tirinya dan ibunya
menyatakan bahwa dia dan Kui Eng ditunangkan,
dijodohkan! Dan terutama sekali perubahan yang
besar terjadi dalam sikap Kui Eng. Dahulu, gadis
Keripik pisang pandeglang
itu sayang dan manja kepadanya, menganggap dia
sebagai kakak kandung. Setelah gadis itu tahu
bahwa Thian Ki bukan kakak kandungnya, bahkan
sama sekali tidak ada hubungan darah, berlainan
ibu dan berlainan ayah, dan mendengar bahwa
pemuda itu menjadi calon suaminya, Kui Eng telah
benar-benar jatuh cinta kepadanya. Bukan lagi
kasih sayang antara saudara, melainkan cinta
kasih seorang wanita te rhadap seorang pria! Dan
tadi gadis itu menghadangnya untuk menyerahkan
bungkusan makanan itu yang dimasak sendiri
olehnya tenggah malam tadi.
De ngan langkah le bar dan cepat Thian Ki
menuruni lereng terakhir. Bermacam perasaan
te raduk di dalam hatinya. Biarpun kini dia
menyadari sepenuhnya bahwa dia tidak bersalah,
namun tetap saja hatinya menjadi sedih dan
menyesal kalau dia te ringat kepada Kam Cin atau
Cin Cin, gadis yang telah dia buntungi tangan
kirinya itu. Terpaksa dia harus melakukan hal itu
secepatnya sebelum racun menjalar naik. Andaikata dia tidak melakukan hal itu, sekarang
Cin Cin pasti sudah tinggal nama saja, tentu telah


Keripik pisang pandeglang

te was. Biarpun membuntungi tangan gadis itu
merupakan perbuatan untuk menyelamatkan nyawa Cin Cin, namun bagaimanapun juga, hal itu
te rjadi karena dia, karena tubuhnya yang beracun
sehingga ketika mencengkeram pundaknya, otomatis gadis itu keracunan tangannya sehingga
te rpaksa dia membuntungi tangan itu dengan
pedang. Kalau tidak, maka racun dari tangan itu
akan menjalar naik dengan cepatnya dan kalau
sudah sampai ke jantung atau otak, nyawa gadis
Keripik pisang pandeglang
itu tidak dapat ditolong lagi. Racun dalam
tubuhnya yang dimasukkan oleh mendiang neneknya memang hebat bukan'main. Neneknya
tidak percuma berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis Betina
Selaksa Racun). Thian Ki menghela napas panjang. Masih
te ringat dia akan pandang mata Cin Cin kepadanya
ketika tangan gadis itu dibuntunginya. Pandang
mata yang penuh kekagetan, penuh penasaran,
penuh kedukaan dan penuh dendam! Terkenang
dia akan pertemuannya yang pertama dengan gadis
itu di te pi sungai Kiang, melihat gadis itu mandi
telanjang, kemudian betapa Cin Cin membalasnya
dan melihat dia mandi telanjang dan memakinya
seperti monyet! Kenangan ini membuat dia
semakin sedih. Tiba-tiba Thian Ki menahan langkah kakinya
dan berdiri termenung seperti orang terkejut.
Memang dia terkejut oleh kenyataan di dalam
hatinya. Dia mencinta Cin Cin! Kenyataan ini
disusul dua hal yang membuat dia merasa
te rpukul dan berduka, juga bingung. Dia mencinta
Cin Cin akan tetapi dia telah membuntungi tangan
gadis yang dicintanya, sehingga gadis itu tentu s aja
mendendam dan membencinya. Dan hal ke dua,
dia telah ditunangkan dengan Kui Eng yang
mencintanya dengan tulus, padahal dia menyayang
Kui Eng sebagai adik. Dia merasa bingung sekali.
Cin Cin tidak bersalah ketika hendak membunuh
ayah tirinya, yaitu Cian Bu Ong. Pertama, karena
Cin Cin melaksanakan tugas yang diperintahkan
subonya yang disakiti hatinya ole h bekas pangeran
itu, dan ke dua, dan ini lebih gawat lagi, akan
Keripik pisang pandeglang
tetapi agaknya belum diketahui Cin Cin, yaitu
bahwa kehancuran He k-houw-pang yang mengakibatkan te wasnya ayah kandung Cin Cin,
ketua Hek-houw-pang yang bernama Kam Seng
Hin, adalah akibat serbuan orang-orang Cian Bu
Onng! Tidak, Cin Cin tidak dapat disalahkan.
Setelah menuruni le reng bukit itu, Thian Ki
melanjutkan perjalanannya menyusuri Sungai
Huai. Dia hendak pergi ke Sin-yang yang berada di
le mbah sungai itu. Dari Sin-yang dia akan
meneruskan perjalanan menuju ke kota raja untuk
melaksanakan perintah ayah tirinya atau yang kini
ingin disebut guru, karena dia hendak dijodohkan
dengan pute ri gurunya itu. Perintah itu bukan
tugas yang ringan. Dia harus mencari dan
mengambil pedang pusaka Liong cu-kiam (Pedang
Mustika Naga) yang dahulunya milik Kerajaan Sui
dan yang kini menjadi pusaka Kerajaan Tang.
Berarti, dia harus dapat memasuki gedung te mpat
penyimpanan pusaka dan mencari pedang itu.
Pekerjaan ini amat sukar dan berbahaya, karena
gedung pusaka itu sudah pasti dijaga ketat, dan
dia mendengar bahwa Kaisar Tang Tai Cung yang
dahulu bernama Li Si Bin adalah seorang yang
lihai dalam ilmu silatnya, dan di istana te rdapat
banyak jagoan yang berilmu tinggi. Dia harus
berhati-hati sekali.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAGA SAKTI SUNGAI KUNING

NAGA BERACUN