NAGA BERACUN JILID 21

 Ketua He k-houw-pang seperti yang dilakukan para tamu lain, bahkan ia berdiri te gak
di depan Lai-pangcu (ketua Lai) sambil memandang
tajam, lalu ia menyingkap jubah luarnya sehing
nampak kedua le ngannya. Lai Kun dan para tokoh
He k-houw-pang te rtegun melihat lengan kiri yang
buntung sebatas pergelangan itu. Lai Kun yang
tadinya merasa pernah mengenal gadis ini, ketika
melihat tangan yang buntung itu, segera merasa
yakin bahwa dia tidak pernah mengenalnya. Belum
pernah dia mengenal seorang gadis yang bunting
tangan kirinya. Karena melihat gadis itu berdiri
diam saja, Lai Kun mengalah dan dia yang bangkit
Keripik pisang pandeglang
berdiri dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada. "Selamat datang di Hek-houw-pang, nona. Kalau
boleh kami mengetahui, siapakah nama nona dan
nona mewakili partai atau perkumpulan mana"
Harap memperkenalkan diri agar kami semua
mengenal nona." Akan tetapi Cin Cin sama sekali tidak membalas
penghormatan itu sehingga hal ini tentu saja
membuat para tokoh Hek-houw-pang mengerutkan
alis. Betapa sombongnya gadis ini. Pangcu mereka
sudah mengalah dan lebih dahulu memberi hormat
akan te tapi gadis itu tidak mau membalas
penghormatannya. Betapa tinggi hati!
"Aku datang dari jauh dan te lah lama mendengar
nama besar Hek-houw-pang, maka kebetulan
sekarang le wat di sini dan mendengar He k houwpang mengadakan pesta ulang tahun. Aku ingin
sekali berte mu dengan ketua Hek-houw-pang!"
Lai Kun memandang heran. "Akulah ketua He k
houw-pang, nona.Namaku Lai Kun. Mengapa nona
mencari ketua Hek-houw-pang?"
"Aku datang membawa hadiah yang amat
berharga untuk ketua He k-houw-pang. Akan tetapi
mengingat akan nama besar Hek-houw-pang, aku
ingin sekali berkenalan lebih dahulu dengan
kelihaian ketuanya, baru aku akan memperkenalkan diri dan menyerahkan hadiah
sumbanganku." Mendengar ini, Lai Kun yang sudah bersabar
sejak tadi itu terpaksa mengerutkan alisnya.
Keripik pisang pandeglang
"Nona, kami sudah mendengar akan kesalahan
sikap bekas murid kami sebanyak empat orang
te rhadap nona. Akan tetapi nona telah menghajar
mereka dan sute kami Thio Pa sudah pula
menghukum mereka dan mengusir mereka. Harap
nona suka memandang He k-houw-pang dan
menghabis kan urusan itu, mengingat bahwa yang
bersalah sudah menerima hukuman mereka."
'Tidak, pangcu. Walaupun tidak ada peris tiwa
itu, tetap saja aku ingin mengenal kelihaian ketua
He k-houw-pang. Aku hanya ingin menguji kepandaian, bukan hendak membunuhmu, apakah
engkau takut?" Ini merupakan tantangan sekaligus penghinaan
yang gawat.! Ketua He k-houw-pang dikatakan
takut melawan seorang gadis yang buntung tangan
kirinya! Apalagi tantangan itu hanya untuk
menguji kepandaian, bukan perkelahian matimatian! Untuk menutupi kemarahannya, Lai Kun te rtawa. "Ha-ha-ha, kalau nona bermaksud meramaikan pesta kami, kenapa tidak nona sendiri
saja memperlihatkan ilmu silatmu untuk menambah kegembiraan?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 21 "Pangcu, aku datang bukan untuk memamerkan
kepandaianku, melainkan untuk membuktikan
apakah benar He k-houw-pang dipimpin oleh orang
yang berilmu tinggi, sehingga menjadi sebuah
Keripik pisang pandeglang
perkumpulan yang kuat dan terkenal. Kalau s udah
membuktikan sendiri, barulah aku percaya dan
aku mau menyerahkan bingkis an kepada Hekhouw-pang untuk menghormatinya." Ia berhenti
sebentar, lalu memandang ke sekeliling, ke arah
semua tamu yang kini mulai memperhatikan
kemunculan gadis yang bicara keras te rhadap
ketua Hek-houw-pang itu. "Tentu saja
ada kecualinya, yaitu kalau pangcu takut melawanku,
te rpaksa aku pergi dan akan mengabarkan bahwa
He k-houw-pang dipimpin oleh seorang pengecut."
"Pangcu, biarkan aku yang menghadapinya!"
te riak beberapa orang tokoh He k-houw-pang
merasa penasaran dan marah mendengar ketua
mereka ditantang dan dianggap pengecut oleh
seorang gadis yang buntung tangan kirinya.
Akan tetapi Lai Kun mengangkat tangan
memberi isyarat kepada mereka untuk duduk
kembali. Pada waktu itu, Thio Pa bangkit dan
menghampiri Cin Cin, sambil mengangkat kedua
tangan memberi hormat dan berkata dengan suara
lantang. "Nona, kalau nona mendendam terhadap empat
orang anggota He k-houw-pang kemarin itu, maka
akulah yang bertanggung jawab karena mereka itu
adalah murid-muridku. Pangcu tidak tahu menahu
te ntang itu. Oleh karena itu, harap nona jangan
mengganggu pangcu yang se dang merayakan ulang
tahun perkumpulan kami. Kalau nona hendak
menguji biarlah aku Thio Pa yang maju melayani
nona! Pangcu kami adalah suhengku, maka kalau
Keripik pisang pandeglang
nona dapat mengalahkan aku, sama saja dengan
dapat mengalahkan suheng "
Cin Cin memandang kepada laki-laki setengah
tua itu dan tersenyum sambil menggelengkan
kepalanya. "Paman Thio Pa, aku sudah tahu bahwa
engkau seorang laki-laki sejati yang gagah perkasa
dan patut menjadi pimpinan Hek-houw-pang. Akan
tetapi aku belum tahu sampai di mana kehe batan
pangcu dari He k-houw-pang. Ketahuilah semua
yang mendengarkan ucapanku ini, aku sama sekali
bukan menantang pangcu He k-houw-pang karena
urusan empat orang yang kurang ajar itu. Tidak,
aku menantang pangcu untuk melihat sampai di
mana kepandaiannya, setelah itu baru aku akan
memperkenalkan diri."
Karena berkali-kali ditantang oleh gadis itu, di
depan banyak orang pula, apalagi gadis itu
mengatakan banwa kalau dia tidak berani berarti
dia seorang pengecut, bangkit juga kemarahan di
hati Lai Kun. "Nona, sungguh engkau te rlalu mendesak.
Karena engkau datang sebagai tamu, maka tidak
baik kalau tuan rumah menolak permintaan tamu.
Baiklah, mari kita bermain-main sebentar untuk
memeriahkan pesta perkumpulan kami."
Cin Cin sudah melompat ke atas panggung yang
sengaja didirikan di ruangan te mpat pesta itu.
Panggung ini sedianya untuk pertunjukan tarian
dan nyanyian, dan para pemusik sudah bersiapsiap dengan alat musik mereka, bahkan tadi sudah
sempat memperdengarkan lagu-lagu merdu namun
belum ada yang menari atau menyanyi karena
Keripik pisang pandeglang
saatnya belum tiba. Melihat betapa panggung itu
akan dijadikan tempat pi-bu (pertandingan silat)
maka para pemusik cepat-cepat turun melalui
tangga. Cin Cin berdiri di tengah panggung yang kosong
itu dan dengan suara lantang, te rdengar oleh
semua tamu yang kini memandang dengan hati
te gang, ia berkata, "Pangcu dari He k-houw-pang,
ingin sekali aku membuktikan sendiri kehebatan
pemimpin Hek-houw-pang yang terkenal!"
Lai Kun sudah menjadi marah. Anak perempuan
itu te rlalu sombong, sama sekali tidak memandang
kepada He k-houw-pang, bahkan lagaknya meremehkan dia. Kalau dia tidak melayani, tentu
namanya sebagai ketua Hek-houw-pang akan
menjadi buah tertawaan orang-orang dunia persilatan. "Nona, kami datang memenuhi tantanganmu!"serunya
lantang dan tubuhnya melayang ke atas panggung pula. Kini mereka
sudah saling berhadapan dan melihat senyum dan
pandang mata gadis cantik itu, kembali Lai Kun
mendapat perasaan seolah dia tidak asing dengan
gadis ini. Akan te tapi begitu melihat tangan kiri
yang buntung itu, diapun membantah
lagi perasaannya sendiri dan yakin bahwa dia tidak
pernah mengenal seorang gadis yang buntung
tangan kirinya. Diapun sudah siap siaga, berdiri di
depan gadis itu dengan sikap berwibawa seorang
ketua perkumpulan besar. Melihat gadis itu kini menaruh buntalan kain
hijau di sudut panggung, dan melihat betapa
Keripik pisang pandeglang
buntalan itu menonjol panjang, Lai Kun dapat
menduga bahwa gadis itu menyimpan sebatang
pedang dalam buntalannya. Maka, sebagai sikap
seorang yang tingkatnya jauh le bih tinggi, diapun
bertanya. "Nona, dalam pi-bu ini, apakah nona
hendak menggunakan senjata" Silakan keluarkan
pedangmu kalau nona menghendaki demikian,
akan kuhadapi dengan tangan kosong saja."
Ucapannya le mbut namun lantang dan te rdengar
oleh semua orang. Tentu saja
ucapan ini dimaksudkan untuk membalik pandangan rendah
dari gadis itu te rhadap dirinya.
"Pangcu, sudah kukatakan tadi bahwa aku
hanya ingin melihat sampai di mana kelihaianmu.
Aku tidak ingin membunuhmu, kenapa harus
menggunakan senjata" Sebaliknya, kalau pangcu
ingin membalaskan empat orang murid He k-houwpang yang kuhajar kemarin, silakan kalau hendak
menggunakan pedang. Aku tidak takut menghadapi senjatamu dengan tangan kosong!"
Betapa sombongnya! Bahkan tangannyapun hanya
tinggal sebuah, akan te tapi gadis itu menantang
untuk menghadapi senjata ketua Hek-houw-pang
dengan sebelah tangan saja!
Wajah Lai Kun berubah kemerahan. Gadis ini
te rnyata memiliki mulut yang tajam pula, pandai


Keripik pisang pandeglang

bicara sehingga dia merasa tersudut. Maklum
bahwa kalau saling serang dengan kata-kata dia
akan te rdesak dan kalah, Lai Kun lalu berseru
dengan nyaring dan berwibawa, "N ona, kita sudah
saling berhadapan di sini. Nah, kalau engkau
hendak menantang bertanding, maju dan mulailah!"
Cin Cin tersenyum gembira. Inilah saatnya yang
ia tunggu-tunggu, inilah saat pelaksanaan, inilah
dendam yang te lah menekan batinnya selama
bertahun-tahun. Tak disangkanya sama sekali
bahwa Lai Kun kini telah menjadi ketua Hek-houwpang, menggantikan ayahnya yang te lah tewas,
sungguh tidak berhak orang itu menjadi ketua
He k-houw-pang. Pertama, karena dia bukan
keturun keluarga Coa yang menjadi pendiri dan
pimpinan He k-houw-pang. Ayahnya adalah mantu
dari keluarga Coa. Dan kedua, orang seperti Lai
Kun ini tidak pantas memimpin Hek-houw-pang.
Dia seorang pengecut dan berwatak rendah, tega
menjual keponakan yang dipercayakan ke rumah
pelacuran! "Bagus, bersiaplah engkau, Lai Kun!" te riak
gadis ini mengejutkan semua orang karena tibatiba saja gadis itu tidak menyebut pangcu lagi,
melainkan nama ketua itu begitu saja. Tentu saja
Lai Kun marah bukan main, maka melihat gadis
itu menampar dengan tangan kanan, diapun
mengerahkan semua te naga sin-kangnya untuk
menangkis . Maksudnya sekali tangkis dia akan
membuat gadis terpelanting karena kalah tenaga.
"Dukkkl!" Dua buah lengan itu bertemu de ngan
kerasnya dan akibatnya bukan Cin Cin yang
te rpelanting, melainkan Lai Kun yang terpental dan
te rhuyung karena kuda-kudanya tidak
kuat menahan gempuran tenaga dahsyat dari lengan
kecil gadis itu! "Ahh............!" Tentu saja Lai Kun te rkejut bukan
main dan para pimpinan Hek-houw-pang juga para
Keripik pisang pandeglang
tamu mengira bahwa ketua itu mengalah dan tidak
mengerahkan seluruh tenaganya. Lai Kun benarbenar te rkejut karena maklum bahwa dia kalah
jauh dalam hal te naga sin-kang. Karena tahu
bahwa lawannya ternyata amat kuat, Lai Kun cepat
menggerakkan tubuhnya dan melakukan penyerangan dengan sungguh-sungguh. Tentu s aja
dia segera memainkan silat andalan perkumpulannya, yaitu He k-houw-kun (Silat Macan Hitam) yang menjadi ciri khas dan nama
dari perkumpulan itu. Gerakannya kuat dan ganas,
seperti seekor harimau hitam yang buas. Namun,
dibandingkan Cin Cin, tingkat kepandaian ketua
ini masih terlalu jauh di bawahnya. De ngan mudah
saja Cin Cin menghindarkan diri dari serangkaian
serangan bertubi itu, bahkan setiap kali ia
menangkis , tubuh Lai Kun terpental dan te rgetar.
Baru delapan jurus saja, tiba-tiba tubuh Lai Kun
te rjengkang oleh sebuah tendangan kaki kiri Cin
Cin yang secara aneh melayang dari samping
mengenai dadanya. "Dessss..........bukkk!" Pinggul ketua He k-ouwpang itu te rbanting keras ke atas panggung dan
te rdengar seruan-seruan kaget. Karena malu, Lai
Kun menahan rasa nyeri dan cepat meloncat
bangun dan menyerang lagi dengan nekat. Dia
telah dihina di depan orang banyak. Sebagai ketua
He k-houw-pang, dia roboh dalam waktu kurang
dari sepuluh jurus! Maka, dia menyerang matimatian. Baru tiga jurus dia menyerang, sebuah
tamparan tangan kanan Cin Cin kembali membuat
dia te rpelanting keras dan sejenak tidak mampu
bangkit karena kepalanya te rasa pening oleh
Keripik pisang pandeglang
tamparan yang mengenai le hernya tadi. Dia
menjadi semakin marah dan penasaran. Lebih baik
mati daripada dihina seperti ini, tekadnya dan
setelah nanarnya hilang, dia meloncat dan
menyerang lagi dengan nekat, hanya untuk roboh
te rjengkang kembali karena disambut te ndangan
Cin Cin. Tiga kali ketua itu roboh dan Cin Cin
berdiri tegak dengan tenang dan senyum simpul.
"Begini sajakah kepandaian ketua He k-houwpang" Kalau begini, engkau tidak pantas menjadi
ketua He k-houw-pang, Lai Kun!" terdengar gadis
itu berseru yang membuat marah para pimpinan
He k-houw-pang, juga membuat heran para tamu
yang hadir. Para sute dari ketua itu menjadi bingung.
Mereka maklum bahwa kalau ketua itu sendiri
dibuat permainan ole h gadis itu, apalagi mereka,
pasti bukan tandingan gadis buntung itu. Dan
untuk melakukan pengeroyokan, tentu s aja hal itu
akan membuat hancur nama besar Hek-houwpang, maka mereka hanya dapat memandang
dengan muka pucat. Lai Kun yang merasa terhina sekali, menjadi
nekat dan dia ingin melawan sampai mati! Maka
dia merangkak bangun dan biarpun tubuhnya
masih te rhuyung, dia berusaha keras untuk
menyerang lagi, walau pandang matanya berkunang. Dia menerjang membabi buta dan
sambil tersenyum mengejek Cin Cin sudah siap
menyambutnya dengan te ndangan. Akan te tapi
tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tubuh Lai
Kun yang tadinya te rhuyung dan siap menerima
Keripik pisang pandeglang
te ndangan itu te rtarik ke belakang sehingga
te ndangan Cin Cin luput.
"Ehh........?" Lai Kun memandang dan te rnyata
yang menarik le ngannya ke belakang sehingga
luput dari te ndangan lawan adalah pemuda yang
baru tiba, yaitu Siong Ki.! Merasa dirinya
dikeroyok, marahlah Cin Cin.
"Bagus, ketua Hek-houw pang curang dan hanya
berani mengeroyok, terpaksa kuberi hajaran!" Ia
menampar dengan gerakan kilat ke arah muka Lai
Kun, akan tetapi Siong Ki tidak membiarkan saja
gadis yang dianggapnya liar itu memukul paman
gurunya. Diapun menangkis dan karena tadi dia
melihat betapa lihainya gadis itu, ketika menangkis
diapun mengerahkan te naga sin-kangnya.
"Dukk! " Keduanya terkejut karena merasa
betapa kuatnya tenaga masing-masing dan mereka
merasa tangan mereka tergetar hebat. Mereka
saling pandang dengan mata mencorong.
"Hemm, orang orang He k-houw-pang hanya
pandai menggunakan pengeroyokan. Akan te tapi
aku tidak takut! Siapakah engkau dan mengapa
engkau mencampuri urusanku dengan ketua He khouw-pang yang hendak mengadu ilmu?" bentak
Cin Cin marah. Siong Ki mengerutkan alisnya. "Nona, semua
orang juga tahu bahwa ketua He k-houw-pang telah
mengalah kepadamu. Kenapa engkau sebagai tamu
begitu tidak tahu diri dan mendesaknya terus"
Begitukah kelakuan seorang gagah?" dia menghardik marah. Keripik pisang pandeglang
Lai Kun telah dapat menguasai dirinya. "Siong
Ki, mundurlah dan biarlah aku yang menghadapi
nona ini." Bagaimanapun juga, sebagai ketua Hekhouw-pang dia harus bertanggung jawab dan kalau
dia mengandalkan murid keponakannya ini, berarti
dia takut. Sementara itu ketika Cin Cin mendengar Lai Kun
menyebut nama pemuda tinggi tegap dan tampan
yang memiliki tenaga sin-kang yang jauh le bih
kuat daripada te naga Lai Kun, ia terbelalak. Siong
Ki! Sahabatnya bermain-main sejak mereka berdua
masih sama-sama kecil. Ia ingat betul. The Siong
Ki ini adalah pute ra supenya. The Ci Kok, seorang
di antara tokoh He k?houw-pang yang juga gugur
dalam penyerbuan musuh. The Ci Kok adalah
saudara seperguruan dan sahabat baik ayahnya,
dan ia sendiri adalah sahabat baik Siong Ki ketika
masih kecil. "Hem, kiranya engkau The Siong Ki" Bagus
sekali! Siong Ki, tidak malukah engkau te rhadap
arwah ayahmu, mendiang supek The Ci Kok"
Engkau kini membantu seorang pengecut besar
yang jahat, yang entah dengan cara bagaimana
telah dapat menjadi ketua Hek-houw-pang! Lai Kun
adalah seorang yang curang, kejam dan jahat!
Karena ucapan ini dikeluarkan dengan suara
lantang sekali, maka semua orang mendengarnya,
dan kini Siong Ki te rbelalak memandang wajah
yang cantik itu. Mata itu! Mulut itu!
"Kau.......kau......Cin Cin.......!" katanya gagap
saking terkejut dan herannya.
"Kam Cin.............!"
Keripik pisang pandeglang
"Cin Cin...........!" te rdengar seruan-seruan dari
mulut para tokoh lama He k-houw-pang yang kini
mengenal pute ri mendiang Kam Seng Hin yang
dahulu menjadi ketua Hek-houw-pang.
Sementara itu, wajah Lai Kun berubah pucat
bagaikan mayat ketika diapun kini mengenal Cin
Cin.! Cin Cin pantas saja kalau gadis itu amat
membencinya! Kedua kakinya menggigil dan
jantungnya berdebar penuh rasa malu dan takut.
"Cin Cin, kenapa engkau menuduh sekeji itu?"
Siong Ki berteriak membantah. "Akupun baru tiba,
baru sekarang sempat pulang ke sini dan aku
melihat betapa Hek-houw-pang memperoleh kemajuan pesat di bawah pimpinan paman guru
Lai Kun! Kenapa engkau datang-datang menghina
dan mencaci-maki susiok Lai Kun" Kenapa"
Engkau dahulu tidak seperti ini. Cin Cin!"
Gadis itu memandang wajah Siong Ki dan
te rsenyum mengejek. "Kenapa" He mm, kenapa
engkau tidak tanya saja kepada yang bersangkutan" Lai Kun memang nampak berhasil,
akan te tapi sebetulnya dia hanya menari-nari di
atas mayat para tokoh He k-houw-pang, te rmasuk
mayat ayahmu sendiri! Dia seorang pengecut, keji
dan jahat dan bahkan bukan saja tidak pantas
menjadi ketua Hek-houw-pang, bahkan menjadi
anggota Hek-houw-pang pun dia tidak pantas!"
"Cin Cin, apa alasanmu menuduh sekeji itu?"
Siong Ki berseru penasaran.
"Siong Ki, akupun sudah mendengar akan
kemajuan Hek-houw-pang. Akan te tapi, kenapa
pemerintah membantunya, dan banyak pihak
Keripik pisang pandeglang
mendukung dan mengagumi He k-houw-pang" Karena perjuangan para pimpinan He k-houw-pang
yang dahulu. Lai Kun sendiri, apa sih jasanya" Dia
hanya menemukan hadiah jas a mereka yang
gugur! Dia telah menipu kalian, dia orang jahat!"
"Nanti dulu, Cin Cin. Engkau masih

Keripik pisang pandeglang

mengenalku, bukan." Ketika engkau masih kecil,
aku sering menggodamu." Thio Pa juga berseru
sambil menghampiri gadis itu.
"Tentu saja aku mengenalmu, paman Thio Pa!"
kata Cln Cin. "Sejak malam tadi aku sudah
mengenalmu. Engkau seorang di antara sute
mendiang ayahku yang baik dan jujur, dan
engkaulah yang jauh lebih pantas menjadi ketua
He k-houw-pang daripada si jahat ini!" Cin Cin
menudingkan te lunjuknya kepada Lai Kun yang
sejak tadi menundukkan muka saja.
"Cin Cin, keponakanku yang baik. Engkau kini
telah menjadi seorang gadis dewasa yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi. Kami seluruh warga He khouw-pang merasa gembira dan bangga, anakku.
Akan te tapi, kenapa engkau bersikap begini
te rhadap suheng Lai Kun" Apa alas annya maka
engkau memaki dan mengatakan dia jahat?"
Kini Cin Cin memandang ke sekeliling, lalu
berkata dengan suara meninggi, "Semua orang
yang memiliki telinga, dengarkanlah keteranganku
ini. Lihat ini dia yang mengaku diri sebagai ketua
He k-houw-pang, yang te rpandang oleh seluruh
manusia sebagai orang yang berjas a dan gagah
berani dan budiman, lihat baik-baik. Dimana
kegagahannya" Lihat, dia hanya menunduk. He ii,
Keripik pisang pandeglang
Lai Kun, coba kau mengangkat mukamu dan
pandanglah dunia, lalu katakan te rus te rang apa
yang telah kau lakukan dahulu!"
Semua orang kini memandang kepada Lai Kun,
te rmasuk isteri dan kedua orang pute ranya yang
wajahnya sebentar pucat sebentar merah dan
semua orang te rheren-heran. Lai Kun tetap
menunduk, mukanya pucat sekali, nampak lunglai. "Cin Cin, demi Tuhan, apa yang telah dia
lakukan maka engkau menghinanya seperti ini?"
Siong Ki hampir tidak sabar lagi melihat betapa
gadis itu menyiksa Lai Kun dengan sikap dan katakatanya. Cin Cin tidak memperdulikan Siong Ki, lalu
berseru lagi. "Dia terlalu pengecut untuk mengakui
perbuatannya. Paman Thio Pa, coba katakan, apa
yang diceritakan oleh Lai Kun kepada kalian semua
te ntang diriku, ketika enambelas tahun yang lalu
dia mengantarku untuk menjadi murid Hung-ho
Sin-liong Si Han Beng?"
Biarpun bingung dan ragu, te rpaksa Thio Pa
menjawab, "Lai-suheng mengatakan bahwa ketika
dia mengantarmu ke sana, di Lok-yang kalian
diserbu perampok. Lai-suheng melawan para
perampok dan engkau melarikan diri. Setelah
berhari-hari dicari tidak dia temukan, maka dia
kembali ke sini dan engkau menghilang."
"Hemm, sudah kuduga. Sekarang dengarlah
kalian semua baik-baik. Lai Kun memang mengantarku menuju ke Hong-cun, akan tetapi
ketika tiba kota Ji-goan, dia bersekongkol dengan
Keripik pisang pandeglang
seorang pelacur dan dia telah menjual aku pada
seorang mucikari, menjual aku ke rumah pelacuran di Ji-goan!"
Terdengar seruan-seruan kaget, heran dan tidak
percaya. Siong Ki sendiri terbelalak memandang
kepada Lai Kun. demikian pula para tokoh Hekhouw-pang yang lain. Akan te tapi Lai Kun tetap
menunduk. "Dia telah menjual aku dan kalau saja aku tidak
menggunakan akalku sendiri, kemudian ditolong
oleh guruku yang sakti, tentu kini aku telah
menjadi seorang pelacur hina atau sudah membunuh diri! Nah, sekarang aku tidak membunuhnya, hanya menelanjangi perbuatan
kotor dan rendah itu dalam kesempatan ini,
apakah orang masih mengatakan bahwa aku
kejam?" Terdengar tangis isteri Lai Kun, dan semua
orang memandang kepada Lai Kun dengan alis
berkerut. Kam Cin atau Cin Cin adalah puteri
mendiang Coa Seng Hin, ketua Hek-houw-pang,
dan ia merupakan keturunan dari keluarga Coa,
walaupun sebagai cucu luar. Dan ia telah dijual
kepada rumah pelacuran oleh Lai Kun, orang yang
mereka anggap te rhormat dan pantas menjadi
pimpinan mereka itu. Pandang mata begitu banyak orang kepadanya,
dirasakan seperti ujung ratusan pedang yang
menodongnya dan membuatnya tersudut. Lai Kun
sudah lama menyesali perbuatannya itu, namun
dia tidak berani menceritakannya kepada siapapun, tidak berani mengakui perbuatannya.
Keripik pisang pandeglang
Kini, semua itu terbongkar dan dia tidak mungkin
dapat mengelak, tak mungkin dapat menyangkal
karena Cin Cin sendiri telah berdiri di situ sebagai
seorang gadis yang memiliki ilmu kepandaian amat
tinggi. Hukuman ini terlampau berat baginya, lebih
berat daripada hukuman mati sekalipun. N amanya
telah hancur. Kehormatannya telah lenyap dan dari
seorang ketua yang disegani, dihormati semua
orang, kini dia menjadi seorang pengkhianat dan
pengecut yang akan dipandang rendah selamanya.
"Aku telah berdosa...........!!"
Tiba-tiba ia berte riak, tangannya bergerak dan diapun roboh
dengan jari-jari tangan kanan menancap di
kepalanya sendiri. Isterinya dan dua orang
anaknya menje rit dan menubruk tubuh yang
sudah menjadi mayat itu karena Lai Kun te was
seketika. Tentu saja pesta itu menjadi bubar. Para tamu
merasa sungkan dan ikut prihatin, lalu mereka
membubarkan diri, bahkan tidak sempat berpamit
karena bingung siapa yang harus dipamiti dalam
keadaan seperti itu. Seluruh Hek-houw-pang
berkabung, bukan hanya karena kematian Lai
Kun, akan te tapi te rutama sekali karena te rbongkarnya perbuatan ketua He k-houw-pang itu
sungguh merupakan tamparan bagi He k-houwpang, mencemarkan nama baik perkumpulan itu.
Karena menjadi murid Tung-hai Mo-li yang
berwatak dingin dan keras, maka pada lahirnya
Cin Cin kadang bersikap dingin dan juga te gas,
bahkan dapat menjadi ganas. Namun di dasar
batinnya sebetulnya ia memiliki perasaan yang
Keripik pisang pandeglang
halus dan mudah merasa iba kepada orang lain.
Ketika ia disambut oleh para tokoh Hek-houw-pang
dengan baik dan hormat sebagai seorang anak
hilang yang kini pulang, apalagi mengingat ia
adalah keturunan te rakhir dari keluarga Coa dan
telah memiliki ilmu kepandaian tinggi, Cin Cin
menanggapi dengan tenang dan dingin saja. Akan
tetapi ia merasa iba kepada isteri Lai Kun dan
kedua orang puteranya yang belum dewasa.
Melihat wanita itu bersama kedua orang
pute ranya menangisi jenazah Lai Kun, ia menghampiri mereka. Semua orang memandang
cemas, khawatir kalau-kalau gadis itu akan
melampias kan dendamnya pada keluarga Lai Kun.
Juga is teri Lai Kun memandang dengan ketakutan
ketika melihat Cin Cin mendekatinya. Akan tetapi
Cin Cin menyentuh pundaknya dan berkata.
"Bibi, maafkanlah aku. Bukan maksudku menyusahkan hati bibi yang tidak kukenal, juga
kedua orang adik ini. Bukan pula maksudku
membuat paman Lai Kun membunuh diri, aku
hanya ingin membalas perlakuannya yang amat
keji terhadap diriku dahulu."
Wanita itu memandang dengan mata basah sinar
matanya memandang heran akan te tapi disusul
keharuan. "Aku.........aku.......tahu
memang suamiku yang bersalah. Tak kusangka dia sekeji
itu......aih, tak kusangka sama sekali.. Mudahmudahan kelak aku dapat mendidik kedua orang
pute raku agar tidak memiliki watak seperti ayah
mereka......." Keripik pisang pandeglang
Perkabungan atas kematian Lai
Kun itu merupakan pula penyambutan atas pulangnya Cin
Cin dan Siong Ki. Terutama Cin Cin yang boleh
dibilang menjadi nona rumah di Hek-houw-pang
mengingat ia adalah keturunan keluarga pimpinan
He k-houw-pang. Akan tetapi, karena ia sendiri
merasa rikuh telah menjadi sebab sehingga He khouw-pang berkabung, Cin Cin tidak mau lama
tinggal di situ. "Para paman, bibi dan saudara-saudara di He khouw-pang. Aku tidak dapat tinggal lama di sini."
"Akan tetapi, engkau belum lama tiba, belum
sempat kita bicara. Kami ingin sekali mendengar
pengalamanmu sejak pergi dari sini!" kata seorang
wanita tua yang dahulu sering mengasuh Cin Cin.
"Cin Cin, kami semua sudah sepakat untuk
mengangkat engkau menjadi ketua baru He khouw-pang," kata pula Thio Pa.
"Benar sekali kata-kata susiok Thio Pa. Cin Cin,"
kata pula Siong Ki. "Engkau yang paling te pat
menjadi ketua He k-houw-pang. Selain engkau
memang keturunan dari para pimpinan Hek-houwpang, juga engkau memiliki ilmu kepandaian
tinggi. Di bawah pimpinanmu, te ntu He k-houwpang akan menjadi semakin kuat."
Semua orang menyatakan setuju, akan tetapi
Cin Cin menggeleng kepala dan memandang
kepada Siong Ki. "Siong Ki , tidak perlu engkau
memujiku seolah engkau sendiri tidak memiliki
kemampuan. Padahal, melihat dari tangkis anmu
tadi saja, aku tahu bahwa engkau kini te lah
menjadi seorang yang amat lihai. Belum tentu aku
Keripik pisang pandeglang
akan mampu mengalahkanmu. Siapakah gurumu,
Siong Ki." "Guruku adalah beliau yang tadinya akan
menjadi gurumu, Cin Cin, yaitu Huang-ho Sinliong." "Aihhh .!" Mata yang indah itu te rbelalak.
"Sungguh beruntung engkau, dan betapa malangnya aku. Aku yang dikirim ke sana hampir
celaka dan gagal menjadi muridnya, sedangkan


Keripik pisang pandeglang

engkau malah menjadi muridnya. Pantas engkau
hebat. Paman Thio Pa, ada calon ketua Hek-houwpang yang hebat di sini. The Siong Ki inilah yang
paling te pat menjadi ketua. Aku sendiri akan pergi
sekarang juga." "Cin Cin, kenapa te rgesa-gesa" Engkau hendak
pergi ke manakah?" "Aku hendak mencari ibuku. Apakah ada yang
tahu di mana sekarang ibu berada?"
"Ah, Ibumu" Beliau telah menjadi guruku yang
pertama sekali.. ."kata Siong Ki.
Mendengar ini Cin Cin memandang heran.
"Gurumu?" "Benar Cin Cin. Bahkan aku te lah mengikuti
ibumu yang hendak mencarimu. Akan tetapi dalam
perjalanan, kami diserang penjahat dan berpisah.
Aku te rlunta-lunta dan teringat akan Huang-ho Sin
liong, maka aku melakukan perjalanan yang jauh
itu dan akhirnya berhasil sampai ke Hong-cun dan
dite rima sebagai murid."
Keripik pisang pandeglang
"Tahukah engkau di mana ibu sekarang?" Siong
Ki menggeleng kepala. "Cin Cin, ibumu telah menikah lagi kata Thio Pa
dengan suara lirih dan berhati-hati. Namun, tetap
saja Cin Cin terkejut bukan main, wajahnya
berubah kemerahan dan ia membalikkan tubuh
menghadapi Thio Pa dan memandang dengan sinar
mata penuh selidik. "Me nikah......" Di ... dimana ibu sekarang?"
tanyanya dengan suaranya terdengar lirih.
Thio Pa menggeleng kepalanya. "Ibumu dan
suaminya pernah datang ke sini dan mencarimu,
akan tetapi mereka tidak mengatakan dimana
mereka tinggal. Juga hanya sebentar saja mereka
datang menemui mendiang suheng Lai Kun," kata
Thio Pa singkat dan agaknya dia juga merasa tidak
enak hati untuk membicarakan ibu gadis itu yang
telah menikah lagi. Suasana menjadi hening, semua orang te rdiam
karena mereka semua maklum betapa berita itu
te ntu mendatangkan perasaan yang amat tidak
enak dalam hati gadis yang perkasa itu. Juga tidak
seorangpun berani bertanya mengapa tangan kiri
Cin Cin buntung. Mereka semua merasa jerih dan
takut te rhadap gadis yang ganas dan amat lihai
itu. Sejenak Cin Cin termenung, te nggelam dalam
lamunan. Ia membayangkan betapa ibunya yang
selama ini dirindukannya, kini telah bersanding
dengan seorang pria lain, bukan ayahnya yang
telah tewas. Pria lain! Dan mungkin telah
mempunyai anak-anak lain pula! Sukar baginya
Keripik pisang pandeglang
untuk dapat menerima kenyataan pahit ini.
Hatinya terasa panas, iapun memandang kepada
Thio Pa, sinar matanya mencorong tajam penuh
selidik sehingga menggetarkan hati orang yang
dipandangnya. "Paman Thio Pa, katakan, siapakah suami ibu
itu?" Biarpun hatinya merasa tidak enak, te rpaksa
Thio Pa mengaku. "Suaminya yang baru adalah
seorang pendekar Siauw-lim-pai bernama Lie Koan
Tek!" "Ahhh.......!" Seruan ini hampir berbareng keluar
dari mulut Siong Ki dan Cin Cin. Biarpun hampir
sama bunyinya, namun seruan itu dikeluarkan
oleh dua hati yang berlainan perasaannya. Siong Ki
te rkejut bukan main mendengar nama Lie Koan
Tek yang dianggap sebagai seorang pendekar yang
menyeleweng, karena telah membantu pemberontak menyerbu Hek-houw-pang, orang
yang te lah membunuh ayahnya, dan sekarang
malah menjadi suami Coa Liu Hwa, bekas isteri
ketua Hek-houw-pang yang te was! Adapun Cin Cin
te rkejut karena iapun sudah mendengar nama
pendekar ini. Bagaimana ibunya tiba-tiba dapat
menjadi isteri pendekar Siauw-lim pai itu" Kalau
sudah diketahui bahwa ibunya menjadi isteri
pendekar itu, agaknya tidak te rlalu sukar untuk
mencarinya karena nama besar pendekar itu
membuat dia mudah dicari dan ditemukan.
Karena iapun merasa tidak enak dan bahkan
canggung dan malu mendengar ibunya menikah
lagi, Cin Cin tidak mau banyak bicara lagi. Cin Cin
Keripik pisang pandeglang
lalu berkata singkat, "Selamat tinggal, aku mau
pergi sekarang!" Dan iapun melompat keluar dan
tubuhnya berkelebat lenyap dari situ, diiringi
pandang mata kagum dari semua orang.
"Paman dan bibi, akupun harus pergi sekarang,"
kata Siong Ki dan ucapan ini mengejutkan semua
orang. "Eh, nanti dulu, Siong Ki. Kenapa engkaupun
ikut-ikutan hendak pergi" Kami belum mendengar
semua pengalamanmu......" kata Thio Pa.
"Sebaiknya engkau tinggal di sini dan menjadi
ketua He k-houw-pang," kata pula seorang paman
lain. "Terima kasih, akan tetapi aku masih mempunyai tugas penting dari suhu. Kelak, kalau
semua urusanku telah beres, aku akan datang lagi.
Selamat tinggal!" Pemuda itupun berkelebat dan
le nyap dari situ. Orang-orang He k-houw-pang
menghela napas panjang. Dua orang muda yang
belasan tahun meninggalkan Hek-houw-pang, telah
kembali sebagai orang-orang yang amat lihai, yang
sedianya akan dapat memperkuat Hek-houw-pang
dengan menjadi ketua. Akan te tapi, mereka pergi
lagi dan tak dapat dicegah.
Akhirnya, setelah semua urusan perkabungan
penguburan je nazah Lai Kun selesai, mereka
mengadakan perundingan di antara mereka sendiri
dan karena Thio Pa merupakan saudara tertua,
maka Thio Pa dipilih menjadi ketua Hek-houwpang menggantikan Lai Kun yang telah tewas.
-ooo0dw0ooo- Keripik pisang pandeglang
"Bibi, harap jangan khawatir. Cin-taijin (pembesar Cin) yang kumaksudkan ini adalah
seorang pejabat tinggi dan penting di Lok-yang.
berkuasa dan kaya raya. Yang mengutusku adalah
Cin hu-jin (nyonya Cin), isterinya yang tertua.
Keluarga itu membutuhkan pembantu wanita yang
bersih dan rajin, dan aku melihat pute rimu Alian
dan Akim itu te pat untuk menjadi pembantu di
sana. Pembantu wanita di keluarga itu hampir
sama dengan dayang di is tana kaisar, akan hidup
mewah dan te rhormat," demikian antara lain
bujukan seorang wanita berusia tigapuluhan tahun
kepada seorang ibu di dusun itu. Ibu itu berusia
limapuluhan tahun, seorang janda yang mempunyai dua orang puteri yang sudah menjelang dewasa. Alian berusia tujuhbelas tahun,
sedangkan adi knya, A kim berusia limabelas tahun.
Sebagai gadis -gadis dusun, kakak beradik ini
sederhana dan polos. Namun, mereka memiliki
kulit yang bersih dan putih, dengan wajah yang
segar bagaikan bunga mawar te rsiram embun pagi
dan tubuh yang padat dan kuat karena te rbiasa
bekerja berat sejak kecil. Biarpun sederhana,
namun bentuk wajah mereka manis dan kalau saja
mereka mengenakan pakaian yang bersih dan
indah, wajah mereka dirias, tentu mereka akan
menjadi gadis-gadis yang menarik hati.
"Akan tetapi, toanio. Aku hidup menjanda,
miskin dan hanya mempunyai dua orang anak itu.
Kalau mereka semua pergi, lalu dengan siapa aku
hidup" Memang aku ingin melihat mereka senang
dan berkecukupan, akan te tapi seorang saja dari
Keripik pisang pandeglang
mereka, toanio. Yang seorang boleh kauajak
bekerja pada pembesar itu, dan yang kecil biar
tinggal di rumah menemaniku."
"Aku membutuhkan dua orang bibi. Bukankah
kalau mereka pergi berdua, berarti mereka tidak
akan kesepian dan ada temannya" Bibi jangan
khawatir, kalau mereka pergi, bibi dapat membayar
seorang pembantu.......... "
"Aihhh, toanio sungguh bicara yang bukanbukan. Untuk makan sendiri saja sulit, bagaimana
dapat membayar pembantu?"
"Kalau dua orang anak bibi bekerja di Lok-yang,
bibi tidak akan menjadi miskin lagi. Lihat, Cin
hujin telah menyuruh aku meninggalkan uang
untuk dua orang puterimu, dan dengan uang ini,
engkau dapat hidup dan membayar pembantu
selama satu tahun. Dan sebelum uang ini habis,
kedua orang anakmu te ntu sudah pulang, karena
setiap tahun baru mereka diperbolehkan pulang,
membawa pakaian dan uang untu k bibi. Dan
tahun baru tinggal tujuh bulan lagi." Wanita yang
berpakaian mewah itu mengeluarkan sebuah
kantung dan membuka kantung itu sehingga
nampak beberapa potong uang perak yang
berkilauan. Wanita berpakaian mewah dan pesolek itu
mengaku sebagai Lu-toanio (nyonya Lu) utusan
keluarga pembesar dari kota Lok-yang yang datang
ke dusun itu untuk mencari pembantu wanita. Ia
membutuhkan banyak gadis pembantu dan dengan
dua orang pute ri wanita tua itu, ia telah berhasil
mengumpulkan delapan orang gadis dusun yang
Keripik pisang pandeglang
berusia antara empatbelas sampai tujuhbelas
tahun. Akhirnya, setelah dibujuk dan diberi uang yang
cukup banyak bagi orang miskin seperti janda itu,
ibu Alian dan Akim menyetujui. Pada hari itu juga,
Alian dan Akim bersama enam orang gadis lain dari
dusun yang berdekatan di daerah itu, dibawa ke
Lok-yang dengan sebuah kereta besar yang ditarik
empat ekor kuda. Akan te tapi, di luar pengetahuan delapan orang
gadis dusun yang tidak pernah pergi jauh, bahkan
tidak pernah meninggalkan dusun mereka, kereta
itu tidak menuju ke Lok-yang, melainkan membelok ke kota Ji-goan, tak jauh dari Lok-yang.
Ketika kereta memasuki pintu gerbang kota Jigoan, kebetulan seorang gadis cantik berdiri di
situ. Ia memandang ke arah kereta yang memasuki
pintu gerbang dengan perlahan itu dengan sikap
acuh. Gadis ini adalah Kam Cin atau Cin Cin.
Setelah meninggalkan Hek-houw-pang, ia pergi
untuk mencari ibunya yang kabarnya kini telah
menjadi isteri dari Lie Koan Tek, seorang tokoh
besar dari Siauw-lim-pai. Ia masih bingung
menerima berita itu. Ia merasa sukar untuk dapat
menerima atau mengerti mengapa ibunya menikah
lagi, walaupun berita bahwa ibunya menikah
dengan pendekar Siauw-lim-pai
membuat ia merasa bangga juga. Ia harus dapat mencari
ibunya dan berte mu dengan ibunya agar ibunya
dapat memberi penjelasan akan pernikahannya lagi
yang membuat ia bingung itu.
Keripik pisang pandeglang
Cin Cin tadinya hanya merasa heran melihat
kereta itu te rsingkap tirainya dan ternyata
penumpangnya adalah banyak gadis dusun yang
manis-manis dan masih remaja. Akan tetapi ketika
ia mendengar percakapan yang didengarnya ketika


Keripik pisang pandeglang

kereta lewat perlahan, ia tertarik.
"Lu-toanio, apakah kita sudah tiba di kota Lokyang?" Ia mendengar seorang di antara gadis-gadis
itu bertanya. "Benar, manis. Ini kota Lok-yang, kalian semua
akan senang tinggal di kota ini." jawab seorang
wanita yang pesole k dan berpakaian mewah itu.
Delapan orang gadis itu nampak bergembira dan
mereka memuji-muji apa saja yang kelihatan di
te pi jalan kota Ji-goan itu, rumah-rumah yang
megah dan besar, toko-toko dan pakaian orangorang yang berlalu lalang.
Mendengar percakapan itu, te ntu saja hati Cin
Cin segera merasa tertarik sekali dan ia memandang ke arah kereta penuh perhatian,
bahkan ia lalu berjalan mengikuti kereta itu yang
bergerak perlahan memasuki kota. Jelas bahwa
delapan orang gadis itu adalah gadis -gadis dusun
yang sederhana dan bodoh, akan tetapi mereka itu
manis-manis dan amatlah aneh melihat gadis-gadis
dusun sederhana dan manis itu naik sebuah
kereta mewah, ditemani seorang wanita pesolek
dan cantik genit yang usianya sekitar tigapuluh
tahun. Jelas bahwa gadis -gadis itu belum pernah
melihat kota Ji-goan, akan tetapi kenapa mereka
mengira Ji-goan adalah Lok-yang dan yang
agaknya wanita pesolek itu menipu mereka"
Keripik pisang pandeglang
Teringatlah Cin Cin akan sepak-terjang para
penjahat yang memancing gadis -gadis dusun ke
kota untuk kemudian dipaksa menjadi pelacur.
Mengingat ini, Cin Cin te rkenang kembali kepada
pengalamannya ketika kecil, dan hatinya terasa
panas. Memang ia pergi ke Ji-goan untuk mencari
Cia Ma, mucikari gembrot yang dulu pernah
menahannya setelah membelinya dari mendiang
Lai Kun. Karena menduga bahwa para gadis dusun itu
te ntu te rtipu dan te rancam bahaya, maka Cin Cin
te rus membayangi kereta itu dan jantungnya
berdebar te gang, juga wajahnya menjadi merah
karena marah ketika ia melihat kereta itu berhenti
di pekarangan sebuah rumah bercat merah. Itulah
rumah pelesir Ang-hwa (Bunga Merah) di mana ia
dahulu disekap ketika ia dijual oleh paman guru
Lai Kun, kepada nenek gembrot Cia Ma.
De ngan hati-hati agar jangan ketahuan, Cin Cin
menyelinap masuk ke pekarangan itu dan bersembunyi di belakang pohon, mengintai. Ia
melihat betapa wanita pesolek itu turun dan
menyuruh delapan orang gadis itu turun pula.
"Apakah ini rumah Cin-taijin (Pembesar Cin)?"
te rdengar seorang gadis bertanya.
"Atau barangkali ini rumah, Kiu-wan-gwe (Hartawan Kiu di mana aku akan bekerja?"
Para gadis itu bertanya-tanya apakah mereka
tiba di rumah di mana mereka dijanjikan untuk
bekerja. Wanita pesolek itu tertawa. "Aih, kenapa
te rgesa-gesa" Ini adalah rumah penampungan.
Apakah pantas kalau aku menghadapkan kalian ke
Keripik pisang pandeglang
majikan-majikan kalian dalam keadaan begini"
Kalian harus belajar dulu bagaimana harus
bersikap dan bekerja di rumah majikan kalian
masing-masing, dan juga kalian harus mengenakan pakaian yang baru dan baik, harus
merias diri agar jangan kelihatan kotor dan
dusun." Para gadis itu kelihatan girang, lalu mereka
digiring masuk ke dalam rumah besar yang amat
dikenal oleh Cin Cin itu. Sambil menahan
kemarahannya, Cin Cin lalu muncul dari balik
batang pohon itu dan berjalan menuju ke ruangan
depan. Segera muncul empat orang laki-laki tinggi
besar yang bersikap galak, akan te tapi tersenyumsenyum ketika melihat bahwa yang datang adalah
seorang gadis cantik se kali, yang menyembunyikan
tangan kirinya ke dalam saku jubahnya yang lebar.
"Heii, nona manis, berhenti! Siapakah engkau
dan mau apa datang ke tempat ini?"
"Apakah engkau dipesan ole h Cia Ma untuk
melayani seorang hartawan?"
Cin Cin dapat menduga bahwa empat orang ini
te ntulah tukang-tukang pukul yang bekerja pada
Cia-ma. Dahulu ketika gurunya menolongnya,
gurunya telah membunuh dua orang tu kang pukul
berjuluk He k-gu (Kerbau Hitam) dan Pek-gu
(Kerbau Putih) juga kusir kereta. Empat orang yang
usianya sekitar tigapuluh tahun ini tentu tukangtukang pukul baru yang tidak pernah dikenalnya.
Cin Cin sudah dapat menekan kedukaannya
karena kehilangan tangan kiri, dan kini ia sudah
dapat lagi menguasai dirinya dan mendapatkan
Keripik pisang pandeglang
kembali sifatnya yang periang, je naka, pemberani
dan pandai bicara. Melihat sikap empat orang
jagoan tukang pukul itu, iapun tersenyum manis.
"Namaku Kam Cin dan aku ingin berte mu
dengan Cia Ma karena ada urusan penting sekali
hendak kubicarakan," kata Cin Cin.
Empat orang itu saling pandang. Nona ini tentu
seorang pelacur kelas tinggi, pikir mereka. Tidak
ada seorangpun di antara anak buah Cia Ma dapat
menandingi kecantikan gadis ini. Wajahnya yang
manis demikian segar, bagaikan setangkai bunga
yang baru mekar dan segar oleh air embun. Tidak
seperti para anak buah Cia Ma yang bagaikan
bunga-bunga sudah layu walaupun usia mereka
masih muda-muda, wajah mereka yang cantik itu
rata-rata agak pucat, pandang mata mereka
kosong sayu tanpa semangat, senyum mereka
palsu dibuat-buat. Mereka tidak berani te rlalu
kurang ajar karena seorang pelacur yang laris dan
mempunyai hubungan dengan para hartawan dan
bangsawan dapat menjadi musuh yang amat
berbahaya. Seorang di antara mereka lalu masuk
ke dalam untuk melapor kepada Cia Ma.
Mendapat laporan bahwa ada seorang gadis
cantik jelita mencarinya dengan keperluan penting,
Cia Ma tentu saja tertarik sekali. Sejak muda,
dagangannya adalah wanita cantik, maka mendengar ada seorang gadis cantik jelita datang
berkunjung, ia melihat seolah keuntungan besar
yang datang mengunjunginya.
Cin Cin hampir tidak mengenal nenek yang
keluar terbongkok-bongkok, didampingi wanita
Keripik pisang pandeglang
cantik pesolek yang tadi mengantar delapan orang
gadis dusun. Nenek itu memang wajahnya seperti
Cia Ma yang dahulu, akan tetapi kalau dulu Cia
Ma bertubuh gendut dan sehat, kini tubuhnya
nampak kurus dan kelihatan tua sekali. Memang
usianya kini sekitar enampuluh tiga tahun, akan
tetapi ia kelihatan jauh le bih tua, tubuhnya
bongkok dan wajahnya yang keriputan itu nampak
menyedihkan. Cin Cin mengerutkan alis nya dan
merasa kecewa. Orang yang pernah menyiksanya
dan yang dibencinya itu kini menjadi seorang
nenek.yang tak berdaya, le mah dan agaknya
menderita! "Engkaukah Cia Ma yang dahulu gendut itu!
Pemilik rumah pelesir Ang-hwa ini?" Cin Cin
bertanya dengan ragu. Cia Ma agaknya tidak kuat berdiri teralu lama. Ia
lalu duduk di atas kursi diikuti oleh wanita cantik
yang duduk di sebelahnya, dan wanita cantik itu
yang berkata kepada Cin Cin, "Nona, silakan
duduk." Cin Cin duduk dan masih menyembunyikan
tangan kiri ke dalam lipatan jubahnya, di mana
pedangnya juga tersembunyi.
"Aku datang mencari Cia Ma. Katakanlah, nek,
apakah benar engkau ini Cia Ma pemilik rumah
pelesir Ang-hwa?" Cin Cin mengulang kembali, "Cia
Ma yang kukenal dahulu bertubuh gendut."
Kini Cia Ma bicara dan begitu ia mengeluarkan
kata-kata. Cin Cin tidak ragu lagi bahwa ia
memang berhadapan dengan wanita yang dicarinya. "Nona, siapakah engkau" Ras anya aku
Keripik pisang pandeglang
belum pernah mengenalmu, dan aku memang
benar Cia Ma pemilik rumah pelesir ini. Memang
dahulu aku gemuk sekali, akan tetapi sekarang
aku sudah tua, lemah dan berpenyakitan. Tentang
rumah pelesir ini, sesungguhnya, sejak setahun
yang lalu aku hanya... "
"Jangan bicara te ntang itu!" tiba-tiba wanita
cantik yang duduk di sebelahnya berkata. Diamdiam Cin Cin merasa heran sekali karena wanita
cantik itu bicara dengan menghardik. Kalau ia
merupakan pembantu Cia Ma, tidak mungkin
berani menghardik seperti itu. Dan Cia Ma
kelihatan takut te rhadapnya, setelah dihardik,
menghentikan kata-katanya dan menundukkan
mukanya yang kelihatan takut dan sedih.
"Cia Ma, lupakah engkau kepadaku" Tigabelas
tahun yang lalu aku pernah tinggal di sini, ketika
itu aku suka ikut dalam pertunjukan menari dan
bernyanyi. Lupakah engkau kepada Cin Cin!"
Sepasang mata yang sayup itu terbelalak dan
mulutnya te rnganga, lalu nenek itu berkata sambil
mengamati wajah Cin Cin penuh perhatian.
"Cin Cin......." Ah. benar, engkau Cin Cin,
yang.......melarikan diri dulu itu......."
"Benar, Cia Ma, aku Cin Cin yang dulu itu!" kata
Cin Cin, tersenyum mengejek melihat nenek itu
kini memandang kepadanya dengan mata te rbelalak ketakutan. "Mau.......mau apa engkau datang ke sini.......?"
Nenek itu bertanya, suaranya gemetar karena ia
te ringat betapa anak ini tiga belas tahun yang lalu
Keripik pisang pandeglang
melarikan diri dan membunuh dua orang kepercayaannya, yaitu Pek-gu dan Hek-gu, bahkan
membunuh kusir kereta dan melarikan keretanya.
Dan karena gadis ini pula, ia harus berurusan
dengan pejabat tinggi yang telah membeli Cin Cin
dan hampir saja ia dijebloskan ke penjara kalau
saja ia tidak menguras hartanya untuk melakukan
penyogokan sehingga bebas dari hukuman.
"Engkau tahu bahwa aku mempunyai banyak
perhitungan denganmu, Cia Ma. Akan te tapi
sebelum kita bicara tentang itu, aku ingin bertanya
le bih dulu tentang delapan gadis dusun yang baru
saja dibawa masuk ke sini. Siapa mereka dan mau
diapakan mereka itu" Dipaksa menjadi pelacur
seperti yang biasa kau lakukan dahulu?"
Cia Ma mengerutkan alisnya. "Cin Cin, perlu apa
engkau bertanya tentang itu" Apakah engkau ingin
melanjutkan pekerjaanmu dahulu dan tinggal
disini?" Wajah Cin Cin berubah merah. "Cia Ma, engkau
kerbau betina tua busuk! Kalau tidak melihat
engkau kini telah menjadi lemah dan hampir mati,
te ntu sudah kutampar sampai hancur mulutmu
yang busuk itu!" "Heii, bocah sombong! Kau kira dirimu ini siapa,
berani bersikap seperti ini disini" Kalau kau ingin
menjadi pelacur di sini, bersikaplah yang baik.
Kalau tidak, lalu perduli apa engkau dengan


Keripik pisang pandeglang

rumah pelesir Bunga Merah ini?" bentak wanita
pesolek yang duduk di dekat Cia Ma dan kini iapun
bangkit berdiri dan sikapnya angkuh bukan main.
Keripik pisang pandeglang
Cin Cin te rsenyum. "Siapa pula engkau" Aku
bicara dengan Cia Ma, bukan dengan pelacur tua
macam engkau!" "Keparat, akulah pengurus te mpat ini!" wanita
itu membentak marah karena dimaki pelacur tua.
"Aha, begitukah kiranya" Cia Ma, engkau sudah
te rlalu tua dan menyerahkan kekuasaan ke orang
yang le bih muda" Apakah ini anakmu, muridmu,
adikmu" He ii, pelacur tua, apakah engkau yang
sudah tidak laku kemudian menggantikan Cia Ma
sebagai mucikari" Engkau tadi mencari dan
menipu gadis -gadis dusun untuk kaupaksa menjadi pelacur?" "Bukan urusanmu!" bentak wanita itu.
"Tentu saja urusanku. Aku akan mengobrakabrik te mpat maksiat, neraka bagi para gadis ini!"
Cin Cin membentak. "Berani kau!" Wanita pesolek itu membentak dan
iapun sudah bergerak ke depan dan melompati
meja menyerang Cin Cin dengan gerakan yang
cukup tangkas. Diam-diam Cin Cin merasa heran.
Kiranya perempuan pesolek yang kini menggantikan Cia Ma adalah seorang yang tidak
le mah, melainkan seorang yang memiliki silat
cukup baik. Akan te tapi tentu saja tidak ada
artinya bagi Cin Cin. Melihat perempuan itu
menerjang sambil meloncat, kedua tangan membentuk cakar untuk mencakar muka, ia
memutar tubuh dan begitu tubuh penyerangnya
meluncur le wat, tangan kanannya bergerak menjambak rambut wanita itu, lalu tubuh itu ia
Keripik pisang pandeglang
putar-putar sampai si pemilik rambut menje rit-jerit
kesakitan dan ketakutan. "Lepaskan aku.......aihh, lepaskan aku.....!" Perempuan itu menjerit-jerit karena tidak berdaya
dan merasa ngeri tubuhnya diputar-putar seperti
gasing itu. "Baik, kule paskan kau!" kata Cin-cin dan ia
melepaskan jambakan tangannya pada rambut itu
dan tubuh perempuan itupun melayang dan
membentur dinding ruangan depan itu.
"Brakkkk......!" Iapun te rkulai dan pingsan
Melihat ini, empat orang tukang pukul tadi
menjadi marah sekali dan tanpa diperintah lagi
sudah mencabut golok masing-masing dan mengepung Cin Cin. Sementara itu, Cia Ma hanya
memandang dengan wajah pucat, akan tetapi tidak
seperti dulu, kini ia tidak nampak galak, bahkan ia
bangkit dan mundur ketakutan sampai tubuhnya
merapat di sudut ruangan itu. Sikap nenek ini
membuat Cin Cin berkurang kemarahannya
te rhadap Cia Ma. Sebetulnya ia datang untuk
menghajar Cia Ma dan anak buahn ya, untuk
membasmi rumah pelesir yang merupakan neraka
bagi banyak gadis muda itu. Akan tetapi, kini sikap
Cia Ma seperti orang yang te rtekan, bahkan ia
takut menghadapi wanita cantik yang pingsan itu.
Kini banyak wanita cantik keluar dan terbelalak
melihat Cin Cin berdiri dikepung empat orang
tukang pukul yang nampak bengis. Ada pula
beberapa orang laki-laki yang menjadi tamu rumah
pelesir itu. Juga bermunculan empat orang tukang
pukul lagi yang merasa heran, mengapa empat
Keripik pisang pandeglang
orang rekan mereka, dengan golok di tangan
mengepung seorang wanita cantik...
"Apa yang te rjadi?" tanya seorang tukang pukul
bermuka hitam yang menjadi kepala dari semua
tukang pukul di situ. "I a telah memukul Kui-toanio (Nyonya Besar
Kui)," kata seorang di antara empat pengepung itu.
"Hehhh, kalian memalukan saja. Masa menghadapi seorang gadis saja kalian harus
menggunakan golok" Aku tidak ingin melihat
pembunuhan dan te rlibat perkara. Hayo simpan
golok kalian dan kujadikan perlombaan. Gadis ini
memang perlu di hajar. Siapa di antara kalian
semua yang dapat menangkapnya akan kumintakan hadiah kepada Siocia."
Mendengar ucapan ini, tujuh orang tukang
pukul anak buah si muka hitam tertawa-tawa dan
maju mengepung, bahkan tiga orang tamu yang
melihat betapa cantik jelitanya gadis yang hendak
ditangkap, ikut-ikutan pula maju untuk sekedar
mencoba untuk dapat menangkap dan merangkul
gadis cantik itu. Cin Cin berdiri dengan sikap tenang saja. Begitu
dua orang menerjang maju untuk menangkapnya,
kakinya bergerak dua kali menyambut dan tubuh
dua orang itu te rje ngkang!
Yang lain-lain menjadi te rkejut dan penasaran.
Serentak mereka maju berlomba untuk menangkap
gadis yang masih nampak te nang itu. Melihat
pandang mata dan sikap mereka yang kurang ajar,
Cin Cin menjadi marah. I a terpaksa mengeluarkan
Keripik pisang pandeglang
tangan kirinya dari balik lipatan jubahnya dan kini
ia menghadapi pengeroyokan banyak oran g dengan
gerakan kaki tangannya. Ia membagi-bagi pukulan
dan te ndangan, akan tetapi membatasi tenaganya
karena ia tidak ingin membunuh orang, apalagi
mengingat bahwa orang-orang ini hanyalah antekantek pemilik rumah pelesir itu.
Begitu cepat gerakan tubuh Cin Cin sehingga
para pengeroyoknya tidak melihat tubuhnya, hanya
melihat bayangan menyambar-nyambar dan merekapun roboh te rpelanting dan dalam waktu
beberapa detik saja, mereka semua sudah roboh
malang melintang dalam ruangan itu, membuat
meja kursi berserakan. Para pelacur menjerit-jerit,
para tamu juga te rbelalak heran melihat betapa
seorang gadis cantik dapat merobohkan demikian
banyaknya pengeroyok. Si muka hitam, kepala tukang pukul itu,
menjadi penasaran dan marah sekali. Kalau tadi
dia melarang anak buahnya mengeroyok Cin Cin
dengan golok, kini dia sendiri mencabut goloknya
dan matanya te rbelalak melihat bahwa gadis itu
te rnyata tidak mempunyai tangan kiri. Tangan
kirinya buntung sebatas pergelangan tangan dan
ujung le ngan yang buntung itu dibalut kain putih
bersih. "Gadis buntung, apa maksudmu membuat
kekacauan di sini!" bentaknya sambil mengamangkan goloknya. "Me mbasmi manusia-manusia iblis macam engkau!" Jawab Cin Cin. Mendengar ini, si muka
hitam marah dan diapun sudah menyerang dengan
Keripik pisang pandeglang
bacokan goloknya. Namun, dengan mudah Cin Cin
miringkan tubuh mengelak dan pada saat golok
menyambar le wat. Jari-jari tangan kanannya
menusuk ke arah iga lawan.
"Krekk!" Dua batang tulang iga patah-patah'dan
si muka hitam terpelanting roboh, mengaduh-aduh
mendekap iganya dan tak dapat bangkit kembali,
sedangkan goloknya yang te rpental sudah disambar oleh tangan kanan Cin Cin!
Tujuh orang tukang pukul yang tadi berpelantingan, kini sudah mengeroyok Cin Cin
dengan golok mereka. Cin Cin memutar goloknya,
nampak gulungan sinar dan para pengeroyoknya
mengaduh-aduh, golok mereka terpental dan
mereka terpaksa mundur karena le ngan kanan
mereka luka berdarah oleh sambaran sinar golok di
tangan Cin Cin. "Mundur semua!" tiba-tiba terdengar bentakan
nyaring dan Cin Cin mengangkat muka memandang. Ia terheran melihat seorang wanita
yang sukar ditaksir berapa usianya. Penampilannya amat berwibawa dan matang, akan
tetapi wajahnya yang cantik pesolek itu masih
nampak muda, seperti tak jauh bedanya dengan
usianya sendiri. Wanita itu kelihatannya baru
berusia paling banyak dua puluh lima tahun,
wajahnya lonjong dan manis sekali, dengan kulit
putih mulus dan sepasang mata jeli dan senyum
yang genit. Tubuhnya ramping padat yang sengaja
ditonjolkan di balik pakaian yang te rbuat dari
sutera tipis dan ketat. Ketika jubahnya yang
longgar dan le bar itu te rsingkap, bukan hanya
Keripik pisang pandeglang
nampak pinggangnya yang ramping dan tubuhnya
yang padat, juga nampak sebatang golok kecil
te rselip di pinggangnya, menunjukkan bahwa
wanita cantik ini jelas bukan seorang wanita
le mah. Wanita itupun kini berdiri berhadapan
dengan Cin Cin dan mengamati Cin Cin penuh
perhatian dari rambut sampai ke kaki dan agak
lama pandang matanya te rhenti di ujung le ngan
kiri Cin Cin yang buntung.
Kedua orang wanita itu s aling pandang bagaikan
dua ekor singa betina yang siap bertarung dan kini
saling mempelajari dan saling menilai dengan
pandang mata berkilat. Para tukang pukul, para
pelacur dan para tamu menjauhkan diri dan
menonton dengan hati te gang.
Kemudian, wanita cantik itu bertanya, suaranya
te rdengar nyaring dan merdu, namun mengandung
penuh ejekan dan memandang rendah. "Bocah
buntung, siapakah engkau" Wajahmu cukup
cantik, tubumu cukup indah, juga usiamu masih
muda. Kalau saja tangan kirimu tidak buntung,
te ntu kami menerima engkau bekerja di sini!"
Mendengar ini, Cin Cin yang merasa heran
bagaimana muncul seorang wanita seperti ini di


Keripik pisang pandeglang

rumah pelesir itu, teringat akan sikap Cia Ma yang
ketakutan, lalu ia menjawab, suaranya ringan dan
je naka seperti biasa yang memang menjadi
wataknya, disertai senyum manis .
"Namaku Kam Cin dan aku datang untuk
membebaskan para gadis dusun yang dijebak di
sini, juga untuk membasmi tempat maksiat yang
merupakan neraka bagi para gadis muda ini. Dan
Keripik pisang pandeglang
siapakah engkau" Apakah engkau seorang di
antara para pelacur di sini?"
Terdengar seruan-seruan kaget dari mereka yang
menonton dari te mpat aman, bahkan ada seorang
tukang pukul berkata, "Perempuan buntung itu
mencari mati!" Akan tetapi, Cin Cin bersikap
te nang dan memandang kepada wanita itu dengan
senyum dan pandang mata mengejek untuk
membalas sikap congkaknya tadi.
Dan ia kagum melihat betapa wanita itu sama
sekali tidak memperlihatkan perasaan apapun,
hanya matanya berkilat dan senyumnya semakin
genit. "Bocah buntung, sungguh engkau sombong,
seperti seekor burung yang baru belajar te rbang!
Ketahuilah bahwa aku yang dis ebut di dunia kangouw sebagai Bi Tok Siocia (Nona Racun Cantik)!" ia
berhenti sebentar untuk melihat tanggapan gadis
buntung itu dan ia memandang heran melihat
betapa gadis buntung itu sama sekali tidak kaget
mendengar nama julukannya yang dianggapnya
telah amat terkenal dan menggetarkan dunia
persilatan itu. Dengan penasaran ia cepat menambahkan, "Ayahku adalah majikan Liong-san
(Bukit Naga), datuk besar Ouw kok Sian!" Kini ia
bukan saja merasa heran, juga penasaran karena
gadis buntung inipun sama sekali tidak terkesan
oleh nama ayahnya. Sebetulnya Cin Cin pernah mendengar nama
datuk itu dari gurunya. Biarpun ia belum pernah
mendengar nama Bi Tok Siocia, namun dari
gurunya ia pernah mendengar tentang nama para
Keripik pisang pandeglang
datuk perslatan, juga te ntang Ouw Kok Sian, datuk
yang menguasai daerah pegunungan Liong-san.
Akan te tapi ia sengaja tidak memperlihatkan sikap
mengenalnya, sehingga membuat wanita cantik itu
semakin penasaran. Andaikata gadis buntung itu
tidak mengenalnya, hal itu masih pantas karena ia
belum lama merajalela di dunia persilatan. Akan
tetapi nama besar ayahnya! Kalau gadis buntung
ini tidak mengenal nama ayahnya, hal ini hanya
membuktikan bahwa si buntung ini bukan orang
kang-ouw dan tidak mempunyai pengalaman sama
sekali dalam dunia persilatan. Tentu saja disamping penas aran, iapun semakin memandang
rendah. "Kam Cin, engkau bocah lancang dan tak tahu
diri!" bentak Bi Tok Siocia. "Cepat engkau berlutut
minta ampun, dan aku hanya akan menghukum
dengan bekerja di sini selama satu bulan. Kalau
tidak, te rpaksa aku akan membuntungi tanganmu
yang satu lagi!" "Bi Tok Siocia, terus terang saja, aku datang
untuk berurusan dengan Cia Ma. Kenapa engkau
mencampuri, bahkan seolah-olah engkau yang
berkuasa di sini" Apakah sekarang Cia Ma sudah
pensiun dan yang menjadi mucikari baru adalah
engkau!" "Aku penguasa di sini dan engkau tidak perlu
tahu! Hayo cepat berlutut atau aku akan menyuruh orang-orangku untuk menangkapmu
dan membuntungi tangan kananmu!"
Cin Cin melirik. Kini delapan orang tukang
pukul yang tadi sudah siap dengan golok mereka,
Keripik pisang pandeglang
bahkan ditambah dua orang lagi yang nampak
bengis. Ia te rsenyum. "Mereka itukah orangorangmu" Kalau mereka berani maju hendak
membuntungi tangan kananku, jangan salahkan
aku kalau tangan mereka sendiri yang akan
buntung!" Bi Tok Siocia memberi isyarat kepada anak
buahnya. "Siapa yang dapat membuntungi tangan
kanannya, akan kuberi hadlah besar!"
Mendengar ini, serentak sepuluh orang laki-laki
yang sudah te rbiasa mempergunakan kekuatan
dan kekerasan untuk memaksakan kehendak
mereka itu, menyerang dengan golok mereka
te rhadap Cin Cin. De ngan sikap te nang, mulut masih tersenyum
Cin Cin memungut kembali golok rampasannya
yang tadi ia lepaskan ke atas lantai dan begitu ia
menggerakkan golok itu, nampak sekali lagi
gulungan sinar berkilauan yang membuat para
pengeroyoknya te rkejut dan bingung, karena
bayangan gadis itu lenyap terbungkus gulungan
sinar golok. Kemudian, te rdengar je rit mengaduh,
disusul golok-golok beterbangan, darah muncrat
dan potongan tangan-tangan jatuh ke lantai.
Dalam waktu berapa menit saja, sepuluh orang
pengeroyok itu telah mengaduh-aduh, tangan kiri
memegangi tangan kanan yang telah buntung
sebatas pergelangan, persis seperti tangan Cin Cin,
hanya mereka itu kehilangan tangan kanan.!
Cin Cin menghadap ke arah Bi Tok Siocia,
melempar golok rampasannya ke atas lantai dan
berkata dengan nada mengejek, "Sudah Keripik pisang pandeglang
kukatakan, siapa hendak membuntungi tanganku,
berarti akan kehilangan tangannya sendiri!"
Bukan main marahn ya hati Bi Tok Siocia, akan
tetapi diam-diam iapun terkejut. Dari gerakan
golok gadis buntung itu, ia dapat melihat bahwa
gadis itu memang lihai sekali dan memiliki gerakan
yang amat ganas dan dahsyat.
"Bocah sombong! Engkau dari partai mana dan
siapa gurumu"'' Cin Cin tersenyum mengejek. "Aku tidak
berpartai, dan siapa guruku tidak perlu kau kenal.
Guruku te rlalu mulia untuk dikenal oleh seorang
seperti engkau!" "Keparat busuk, engkau sombong dan sudah
bosan hidup!" Iapun mencabut sepasang goloknya
yang tipis dan kecil, namun berkilauan saking
tajamnya. "Hayo keluarkan senjatamu!" ia membentak sambil memutar sepasang goloknya
sehingga nampak dua gulungan sinar yang
berbelit-belit dan menyambar-nyambar.
Cin Cin maklum bahwa lawannya tidak boleh
disamakan dengan para pengeroyok tadi, maka
iapun menggerakkan tangan kanannya ke balik
jubahnya dan nampaklah sebatang pedang yang
berkilauan dan bentuknya seperti naga.
Melihat Cin Cin sudah mencabut sebatang
pedang, wanita cantik itu mengeluarkan seruan
nyaring dan iapun sudah menyerang dengan
ganasnya. Cin Cin menggerakkan pedangnya menyambut
dan segera di ruangan depan itu terjadi Keripik pisang pandeglang
pertandingan yang membuat semua orang tertegun
dengan hati penuh ketegangan. Bayangan dua
orang wanita itu tidak dapat te rlihat ole h mereka
karena saking cepatnya gerakan mereka. Bayangan
merah terbungkus gulungan sinar pedang dan
golok sehingga sukar dibedakan di antara mereka.
Para pengeroyok yang kehilangan tangan kanan itu
saling membalut di antara mereka dan masih
te rdengar mereka merintih dan mengeluh. Tentu
saja tak seorangpun di antara mereka berani maju
lagi. Kini, Bi Tok Siocia benar-benar te rkejut! Tak
disangkanya sama sekali bahwa gadis buntung
yang tidak mengenal namanya, dan agaknya tidak
pula mengenal nama ayahnya, yang nampaknya
belum berpengalaman di dunia kangouw, ternyata
memiliki ilmu kepandaian yang demikian hebatnya!
Bukan hanya ilmu pedangnya ganas dan
dahsyat, dan te naga sin-kang gadis buntung itu
bahkan te rlalu kuat baginya, juga pedang di
tangan gadis itu mengingatkan ia akan seorang
tokoh yang pernah ia dengar dari ayahnya.
"Tranggg.......! Cringgg......!" Sepasang golok itu
berte mu pedang dan tubuh Bi Tok Siocia meloncat
ke belakang. "Tahan!" serunya nyaring. "Apa hubunganmu
dengan Tung-hai Mo-li?"
"Hem, sudah kukatakan, engkau tidak berhak
untuk mengenal nama suboku!"
Keripik pisang pandeglang
Wajah Bi Tok Siocia berubah. "Aih, kalau engkau
murid Tung-hai Mo-li, berarti kita segolongan. Kita
tidak semestinya bermusuhan!"
Cin Cin tersenyum mengeje k. "Siapapun yang
menipu dan menje bak gadis -gadis dusun untuk
dijadikan pelacur, tentu akan kumusuhi!"
Bi Tok Siocia menggerakkan kedua pundaknya
dan menyimpan sepasang goloknya. "Terserah, aku
tidak ingin mencampuri lagi. Subomu kenal baik
ayah, kalau aku memusuhimu, tentu ayah akan
marah kepadaku," katanya dan sekali ia meloncat.
Bi Tok Siocia lenyap dari situ, entah ke mana.
Melihat betapa pemimpin mereka melarikan diri,
para tukang pukul yang kehilangan tangan kanan
itu serentak menjatuhkan diri berlutut dengan
muka pucat, takut kalau mereka akan dibunuh
gadis buntung yang amat lihai itu.
"Lihiap, ampunkan kami......" kata si muka
hitam mewakili teman-te mannya.
"Pergilah kalian, dan ingat. Kalau lain kali aku
melihat seorang yang buntung tangan kanannya
melakukan kejahatan, akan kubuntungi pula
le hernya!" Mendengar ucapan ini, sepuluh orang tukang
pukul itu lalu lari meninggalkan tempat itu,
meninggalkan golok dan tangan mereka yang
berserakan di lantai. Cia Ma yang tadi juga menyaksikan semua itu,
kini te rgopoh-gopoh menghampiri Cin Cin dan
menjatuhkan diri berlutut di depan Cin Cin sambil
Keripik pisang pandeglang
menangis. "Aih, tidak kusangka........engkau, Cin
Cin......engkau telah menolongku."
Cin Cin mengerutkan alisnya. "Cia Ma, aku
kesini bukan untuk menolongmu, melainkan
untuk menghajarmu! Engkau manusia jahat, siapa
yang ingin menolongmu?"
Nenek itu menangis, "Tapi..........tapi...engkau
telah mengusir iblis-iblis itu dari sini"
Cin Cin maklum bahwa te ntu telah terjadi
sesuatu di sini. "Suruh bersihkan ruangan ini,
baru kita bicara." Cia Ma cepat memanggil para pelayan dan
memerintahkan mereka membersihkan te mpat itu
dan ia sendiri mengajak Cin Cin untuk duduk dan
bicara di dalam. Setelah mereka duduk di dalam, Cin Cin
berkata, suaranya ketus karena ia masih tak
senang mengingat akan semua pengalamannya
dahulu dengan nenek ini. "Nah, sekarang ceritakan
apa yang te rjadi dan mengapa perempuan tadi
berada di sini menguasai te mpat ini."
"Terjadinya sudah setahun yang lalu. Pada suatu
hari, perempuan yang minta disebut Siocia itu
datang ke sini dan memaksa aku menyerahkan



rumah ini dan semua isinya kepadanya. Ia bahkan
membunuh para pembantuku, dan menyiksaku,
memperlakukan aku sebagai seorang tahanan,
bahkan kadang memukuliku......" dan nenek itu
menangis lagi. Cin Cin tersenyum di dalam hatinya. Kini ia
mengerti. Kiranya Bi Tok Siocia, iblis betina itu,
Keripik pisang pandeglang
telah mengambil alih kekuasaan di tempat ini demi
keuntungannya sendiri. Hal itu berarti bahwa Cia
Ma te rhukum dan te rsiksa. Sebelum ia turun
tangan, nenek ini sudah menderita siksaan dari
orang lain yang lebih jahat lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAGA SAKTI SUNGAI KUNING

NAGA BERACUN