NAGA BERACUN JILID 15

 Me mang indah dan cantik sekali, nona kecil.
Seperti engkau........"
Kui Eng menengok dan alisnya berkerut. Ia
masih belum tahu bahwa ucapan itu mengandung
kekurang-ajaran, akan te tapi ia tidak suka
le ngannya disentuh jari-jari tangan yang panjang
itu. Kalau dalam keadaan biasa, tentu ia sudah
mendamprat orang itu, akan te tapi ia teringat akan
pesan ayahnya dan iapun menarik lengannya yang
te rpegang. "Aku tidak bicara denganmu," katanya ketus dan
iapun menjauhkan diri beberapa langkah. Si muka
kuda menyeringai. "Aih, galaknya, akan te tapi bertambah manis.
Jangan marah, anak manis." Kini tangan itu
bergerak mengusap ke arah dagu dan pipi Kui Eng.
Tentu saja Kui Eng marah sekali, akan tetapi ia
masih menahan sabar. Ia miringkan kepalanya
Ketemulagi.com
sehingga hanya dagunya saja tersentuh dan ia
melangkah mundur lagi. "Jangan sentuh aku.!" katanya, masih menahan
sabar. Si muka kuda itu mengira bahwa Kui Eng
ketakutan, maka iapun menjulurkan

By:Saepul rohman pandeglang

kedua tangannya lagi. "Jangan takut, sayang, aku tidak
akan menyakitimu. Marilah ikut dengan kami."
Dan tiba-tiba saja si muka kuda itu sudah
menangkap le ngan kiri Kui Eng. Anak yang tidak
menyangka-nyangka ini, dan pula tidak ingin
menggunakan kekerasan, tiba-tiba sudah ditarik
dan berada dalam pondongan si muka kuda.! Kui
Eng memiliki dasar watak yang keras, galak dan
tak mengenal takut. Kalau sejak tadi ia hanya
bersabar saja hal itu adalah karena ia mengingat
pesan ayahnya. Akan tetapi, kesabarannya te rbatas sekali. Begitu merasa dirinya dipondong
dan pemondongnya menggerakkan kaki hendak
lari, ia menjadi marah bukan main!
"Heii, jangan larikan adikku!" Thian Ki berte riak,
akan te tapi diapun ragu untuk turun tangan,
mengingat pesan ayahnya. "Jahanam kau.! Anjing kau.!" Kui Eng memaki
dan tangan kirinya menjambak rambut si muka
kuda, tangan kanannya menampar.
"Plakk! Aduuuhh........!" Si muka kuda merasa
kepalanya seperti dihantam palu godam sehingga
pondongannya te rlepas. Kui Eng sudah meloncat
turun. Si Muka kuda marah bukan main. Pipi
kirinya bengkak oleh tamparan tadi dan dia kini
menghampiri Kui Eng dengan mata berapi. Juga
Ketemulagi.com
kawannya yang tinggi besar bermuka bopeng
menghampiri dari lain jurusan.
"Bocah setan binal!" si muka kuda menubruk.
Akan te tapi sekarang Kui Eng sudah naik pitam.
De ngan gesit ia mengelak, menggeser tubuh ke kiri
dan begitu si muka kuda menerkam luput, kakinya
menendang dua kali beruntun dengan cepat sekali
dan tubuh si muka kuda te rlempar ke dalam air
kolam! "Byuuuuuurr....!"
Si tinggi besar terbelalak, lalu menerkam dengan
marah. Kui Eng mengelak lagi. Akan tetapi si tinggi
besar ini rupanya menyadari bahwa anak perempuan remaja itu bukan anak biasa, melainkan memiliki gerakan silat yang cepat, iapun
membalik dan kakinya yang besar dan panjang itu
mencuat, melakukan te ndangan. Sungguh keji
sekali, seorang laki-laki tinggi besar seperti itu
menendang seorang anak perempuan berusia
sebelas tahun. Kalau tendangan itu mengenai
sasaran, tentu tubuh Kui Eng akan terlempar jauh
dan mungkin akan te was seketika. Namun, sejak
kecil Kui Eng te lah menerima gemblengan seorang
sakti seperti ayahnya sendiri, juga ia dilatih oleh
ibunya yang lihai pula. Tendangan yang amat kuat
dan cepat itu dengan mudah dapat ia elakkan,
kemudian ia membalik dan kakinya menendang
belakang lutut kanan lawan.
"Plakk?" dan tanpa dapat dicegah lagi, si tinggi
besar yang belakang lututnya dite ndang itu
te rpaksa jatuh berlutut dengan kaki kanannya.
Pada saat itu, kaki kanan Kui Eng menggantikan
Ketemulagi.com
kaki kiri, menyambar dan te pat mengenai pelipis
kiri si tinggi besar bermuka bopeng.
"Plaak........!" si tinggi besar mengeluh dan
tubuhnya te rpelanting. Kui Eng tidak berhenti
sampai di situ saja. Ia mengejar dan kembali
kakinya menendang, dua kali te ndangan dan
tubuh si tinggi besar juga terlempar ke dalam
kolam menyusul te mannya!
Pada saat itu, Cian Bu dan Sim Lan Ci sudah
tiba pula di situ, demikian pula mereka yang
sedang berada di dalam taman, datang berlarilarian ketika mendengar ada perkelahian di dekat
kolam ikan. Cian Bu sudah menangkap tangan pute rinya
dan ditariknya dari situ, diajak pergi diikuti oleh
Sim Lan Ci dan Thian Ki. Mereka berempat tidak
berkata sesuatu, dan semua orang yang tiba di tepi
kolam, memandang ke arah dua orang yang masih
berada di dalam kolam itu. Kemudian orang jadi
geger ketika dua orang itu tidak keluar dari dalam
kolam dan ketika diperiksa, te rnyata mereka telah
te was.! Ada luka sebesar kuku ibu jari tangan di
dahi mereka dan darah mengucur dari luka itu.
Agaknya mereka tewas seketika!
Tidak ada seorangpun di antara mereka tahu
apa yang te lah terjadi. Yang tadi berada di dekat
situ hanya melihat betapa dua orang yang tewas di
kolam itu tadi menyerang seorang anak perempuan
yang kini telah le nyap entah ke mana. Mereka yang
tadi kebetulan dekat melihat betapa anak perempuan itu hanya mengelak ke sana sini
kemudian menendang-nendang dan dua orang itu
Ketemulagi.com
te rlempar ke dalam kolam. Akan tetapi, mustahil
kalau te ndangan anak perempuan itu dapat
menimbulkan luka di dahi yang menewaskan
kedua orang yang nampaknya kuat dan jagoan itu.
Cian Bu dan keluarganya tiba kembali di rumah
penginapan dan mereka berempat berkumpul di
kamar yang dite mpati Sim Lan Ci dan Kui Eng.
Setelah tiba di dalam kamar itu, barulah mereka
saling pandang dan Thian Ki yang sejak tadi
menahan-nahan perasaannya, segera berkata kepada ayahnya sambil menatap tajam wajah
orang tua itu. "Ayah, kenapa ayah membunuh mereka?"
Mendengar ini, Kui Eng te rkejut dan anak
perempuan itupun memutar tubuh memandang
ayahnya. "Benarkah ayah te lah membunuh mereka" Bagus! Mereka memang layak dibunuh.
Mereka dua orang yang jahat sekali.!" Wajah anak
perempuan itu kelihatan girang bukan main.
"Kui Eng, jangan sekejam itu.! Thian Ki menegur
adiknya. "Mereka itu memang jahat karena hendak
mengganggumu, akan te tapi kalau kita bunuh
mereka bukankah itu lebih jahat lagi namanya?"
"Thian Ki, engkau melihatnya?"
Cian Bu bertanya dan pandang matanya kagum. Tak
disangkanya sama sekali bahwa anak itu akan
melihat perbuatannya tadi, padahal dia hampir
yakin bahwa yang tahu hanyalah dia dan isterinya
saja. Tempat itu gelap dan gerakannya amat cepat,
juga benda yang dipergunakan untuk membunuh
itu terlalu kecil untuk dapat dilihat orang ketika
meluncur cepat ke arah dua orang di kolam itu.
Ketemulagi.com
Akan te tapi Thian Ki mengetahuinya! Ini saja
membuktikan bahwa anaknya yang juga muridnya
ini memang berbakat sekali dan telah memiliki
ketajaman pandang mata yang melebihi ahli silat
biasa. Bahkan Kui Eng saja yang tingkat kepandaiannya tidak berbeda jauh dibandingkan
Thian Ki, tidak dapat melihatnya.
"Aku hanya melihat berkelebatnya dua sinar
hitam kecil ke arah mereka, dan melihat mereka
te was, akan tetapi aku tidak tahu siapa yang
membunuh mereka dengan sambitan itu, tidak
tahu pula benda apa yang membunuh mereka.
Akan tetapi setelah aku melihat baju ayah, tahulah
aku bahwa ayah yang te lah membunuh mereka.
Ada dua buah kancing baju ayah yang hilang."
Cian Bu menunduk dan melihat kancing
bajunya, demikian pula isterinya dan Kui Eng.
"Aih, kiranya ayah membunuh mereka dengan dua
buah kancing baju ayah" He mm, sayang kancingnya, ayah. Penjahat seperti mereka lebih
pantas dibunuh memakai batu saja!" kata Kui Eng.
"Akan tetapi, demikian besarkah dosa mereka
sehingga mereka itu harus dibunuh?" Thian Ki
bertanya lagi, penuh rasa penasaran. Selama tujuh
tahun ini, dia tahu benar bahwa ayahnya adalah
seorang gagah perkasa dan tidak pernah membunuh orang lain. Akan te tapi kenapa
sekarang begitu ringan tangan membunuh dua
orang yang walaupun bersalah, namun kesalahannya belum cukup hebat untuk dihukum
mati" Ketemulagi.com
"Thian Ki, masihkah engkau belum mengerti.
Ayahmu te rpaksa membunuh mereka agar mereka
tidak akan menyiarkan berita te ntang keluarga
kita," kata Sim Lan Ci.
"Tapi......tapi mengapa....."
"Thian Ki, engkau tadi melihat sendiri betapa
adikmu te lah mengalahkan dua orang itu melempar mereka ke kolam. Hal ini merupakan
peristiwa luar biasa bagi mereka dan mereka tentu
akan menyiarkan berita tentang Kui Eng kepada
mum dan hal ini tentu akan menarik perhatian
orang. Orang-orang akan te rtarik dan ingin tahu
siapa anak perempuan yang mampu mengalahkan
dua orang jagoan itu dan siapa pula orang tuanya,
gurunya. Dan kalau sudah begitu, perjalanan kita
tidak akan menyenangkan lagi, bahkan penuh
bahaya dan kehidupan kita tidak dapat tenang
lagi." "Ah, lagi-lagi akulah yang bersalah!" Kui Eng
berkata dengan alis berkerut. "Kalau saja aku tidak
melempar mereka ke dalam kolam! Ayah sudah
memesan agar aku bersabar dan mengalah, akan
tetapi bagaimana aku dapat mengalah kalau
mereka hendak menculikku?"
Sim Lan Ci merangkul pute rinya "Engkau tidak
bersalah, Kui Eng. Perlawananmu tadi memang
sudah tepat. Kesabaran te ntu ada batasnya.
Memang agaknya sudah seharusnya begini. Thian
Ki, ayahmu membunuh mereka bukan karena
perbuatan mereka tadi, melainkan untuk menyelamatkan keluarga kita
dari ancaman bahaya. Kuharap engkau dapat mengerti."
Ketemulagi.com
Thian Ki menundukkan mukanya. "Aku

By:Saepul rohman pandeglang

mengerti, ibu. Ayah, maafkan aku." Akan te tapi di
dalam hatinya, te tap saja anak ini merasa
penas aran dan tidak senang karena dianggapnya
perbuatan ayahnya itu te rlalu kejam, mudah saja
membunuh orang walaupun dengan dalih demi
keselamatan keluarga mereka. Bahaya itu kan
belum datang mengancam" Ayahnya amat tidak
menghargai nyawa ocang lain!
Betapapun juga, te pat seperti dikatakan Cian
Bu. Setelah dua orang itu tewas tanpa ada orang
lain mengetahui sebabnya, perjalanan mereka
tidak mendapat gangguan lagi. Pada keesokan
harinya, pagi-pagi sekali Cian Bu dan keluarganya
sudah meninggalkan kota Wuhan, melanjutkan
perjalanan menuju ke dusun Mo-kim-cung yang
merupakan sebuah dusun kecil di kaki Bukit Ular.
Sim Lan Ci segera mengajak keluarganya menuju
ke rumahnya yang tujuh tahun yang lalu ia
tinggalkan dalam pengawasan seorang pembantu
wanita yang sudah lama bekerja pada mereka.
Tentu saja ia juga memesan kepada ibunya, yaitu
Lo Nikouw di kuil Thian-ho-tang di luar dusun agar
mengamat-amati rumahnya selama ia dan suaminya pergi. Ketika pada senja hari itu mereka tiba depan
rumah Lan Ci, mereka melihat sebuah rumah yang
kotor tidak te rawat, jendela dan daun pintunya
te rtutup rapat-rapat, bahkan gelangan daun pintu
dirantai dari luar, tanda bahwa rumah itu kosong.
Lan Ci te rmangu-mangu melihat betapa pekarangan yang dahulu dirawatnya baik-baik dan
penuh bunga itu kini menjadi kotor dan buruk.
Ketemulagi.com
Juga rumah itu kotor dan banyak genteng yang
pecah dan te mboknya sudah penuh
jamur kehijauan. Seperti rumah hantu!.
Thian Ki juga berdiri te rmangu di depan rumah
itu. Terbayanglah dalam ingatannya ketika tujuh
tahun yang lalu dia hidup di tempat ini. Masih
te ringat semua keadaan di luar dan di dalam
rumah. Betapa senangnya dia dahulu memanjat
pohon di samping rumah itu atau berlari-larian
dan bermain dengan teman-teman sedusun. Dia
pernah jatuh di sebelah kanan rumah itu, di
selokan kecil yang dibuat ayahnya untuk mengalirkan air ke taman bunga. Dan sekarang,
keadaan di pekarangan dan taman itu amat
menyedihkan. Juga rumah itu nampak demikian
tua dan kotor. Semua ini membuat dia teringat
kepada ayahnya. Ayahnya demikian le mbut dan
baik dan tak te rasa ke dua mata Thian Ki menjadi
basah. Sim Lan Ci sudah menghampiri rumah tetangga
te rdekat. Suami isteri petani tua itu menyambutnya di depan pintu dan mereka segera
mengenal Sim Lan Ci yang bersama suaminya
memang amat dikenal di dusun itu sebagai orangorang yang suka menolong.
Dari tetangganya ini Lan Ci mendengar betapa
pembantu yang diserahi tugas menjaga rumah
telah pulang ke dusunnya sendiri karena te rlalu
lama majikannya tidak pulang. Rumah beserta
isinya oleh pelayan itu diserahkan kepada Lo
Nikouw yang menutup rumah itu.
Ketemulagi.com
"Apakah Lo Nikouw masih tinggal di kuil Thianho-tang?" tanya Lan Ci dengan hati terharu. Suami
isteri itu mengangguk. Sim Lan Ci lalu mengucapkan te rima kasih dan bersama keluarganya ia lalu pergi ke luar dusun, ke kuil
Thian-ho-tang itu. Senja telah lewat dan cuaca sudah remang
ketika mereka tiba di luar kuil Thian-ho-tang. Kuil
ini kecil saja, berdiri terpencil di te mpat yang
sunyi. Akan tetapi dari luar nampak bahwa kuil itu
sudah dipasangi lampu-lampu dan bahkan meja
sembahyang di ruangan depan juga dipasangi lilin.
Namun suasana di kuil itu nampak sunyi sekali
seolah tidak ada penghuninya. Agaknya ibu masih
juga tinggal menyendiri di kuil ini, pikir Sim Lan Ci
dan iapun berjalan paling depan ketika mereka
memasuki kuil. "Berhenti!" Tiba-tiba terdengar suara lembut dari
dalam kuil. Suara itu le mbut namun berwibawa
dan Lan Ci menahan langkahnya, diikuti oleh
suaminya dan dua orang anak mereka. Mereka
berhenti di ruangan depan, di depan meja
sembahyang. "Siapakah tamu yang memasuki kuil
ini" Beritahukan dulu nama kalian dan apa
perlunya datang berkunjung." Suara itu kembali
te rdengar lembut berwibawa dan biarpun singkat,
tidak terdengar galak. "I bu, aku Lan Ci, anakmu datang berkunjung,"
kata Sim Lan Ci dan betapapun keras hati wanita
ini, tetap saja ia terharu dan suaranya agak
gemetar. Hening sejenak di dalam kuil. Kemudian
suara itu terdengar lagi, masih lembut berwibawa.
Ketemulagi.com
"Omitohud......semoga
hamba dibebaskan daripada keterikatan! Pin-ni (aku) tidak mempunyai anak. Anak tunggal pin-ni sudah
bertahun-tahun meninggalkan pin-ni tanpa kabar,
pin-ni menganggap ia sudah mati......."
"Nenek...........!" Thian Ki berseru.
"Omitohud......kau......kau........Thian
Ki cucuku!?" Dari dalam muncullah seorang nenek. Ia sudah
tua, sedikitnya tujuhpuluh lima tahun usianya,
dan mukanya sudah te rhias keriput, terutama di
kanan kiri kedua matanya dan di s ekitar mulutnya.
Akan te tapi tubuhnya masih te gak dan gesit, sinar
matanya masih tajam, pakaiannya bersih dan
tangan kanannya memegang sebuah kebutan,
tangan kiri memegang seuntai tas beh. Sepasang
mata itu ditujukan ke arah Thian Ki, lalu ia
menyelipkan kebutan di pinggang, mengantungi
tas behnya dan mengembangkan kedua lengannya.
"Thian Ki cucuku............!"
"Nenek..........!" Thian Ki lari menghampiri dan
nenek itu merangkulnya. Biarpun usianya baru
duabelas tahun, tubuh Thian Ki sudah hampir
sama dengan neneknya. Dan Nikouw yang kepalanya gundul licin itu
menangis, lalu berulang-ulang menyebut nama
Sang Buddha. "Cucuku.......ah. Thian Ki, betapa
rinduku kepadamu. Omitohud....... semoga diampuni kelemahanku ini....." Kemudian ia
te ringat dan mengangkat muka, memandang
kepada Sim Lan Ci yang berdiri tak jauh di
Ketemulagi.com
depannya. Sejenak pandang mata nenek itu
mengamati Lan Ci, kemudian te rdengar suaranya
yang lembut namun kering dan tegas.
"Betapa kejamnya engkau! Engkau memisahkan
Thian Ki dari pin-ni., pergi tanpa memberi kabar
lama sekali sampai bertahun-tahun. Engkau
menyiksa hati pin-ni. Begitukah cara seorang anak
membalas budi orang tua.!"
"I bu, ibu tidak tahu apa yang te lah terjadi
menimpa diri kami. Ibu sendiri amat te ga,
membuat Thian Ki menjadi seorang tok-tong. Ibu
telah merusak hidupnya, dan ibu masih dapat
mencela aku kejam.?"
"Omitohud.....siapa bilang aku kejam" Pin-ni
menggemble ngnya menjadi tok-tong agar kelak
tidak ada orang yang berani mengganggunya, agar
dia dapat menjadi orang gagah yang tak te rkalahkan kelak, agar dia merajai di dunia
persilatan dan mengangkat nama besar orangorang yang menurunkannya. Neneknya pernah
menjadi Ban-tok Mo-li, sudah sepantasnya kalau
dia menjadi tok-tong."
"Tapi, ibu. Biar pun tidak disengaja, dalam
usianya yang baru lima enam tahun dia sudah
membunuh banyak orang dengan racun yang
berada di tubuhnya!" te riak Lan Ci yang kini
menjadi marah karena teringat akan keadaan
pute ranya. "Lihat, dia sampai tidak berani sembarangan menyentuh orang lain, takut kalau
sampai membunuhnya. Bukankah ini berarti ibu
menyiksanya!?" Ketemulagi.com
"Omitohud, semua itu salahmu sendiri, Lan Ci.
Kenapa engkau memisahkannya dari pin-ni. Pin-ni
belum selesai dengan cucuku ini. Akan pin-ni
bimbing dia dan latih dia sehingga racun di
tubuhnya hanya akan menjadi senjata kalau
diperlukan." "Bagus sekali kalau begitu. Sudah kukatakan
bahwa hanya yang membuat dia menjadi tok-tong
sajalah yang akan mampu membimbing dia
menguasai dirinya." kata Cian Bu dengan girang
mendengar ucapan nenek itu.
Lo Nikouw mengangkat muka memandang
kepada Cian Bu. Sepasang matanya mencorong
ketika ia mengamati pria itu penuh selidik, lalu ia
bertanya. "Siapa orang ini?"
Thian Ki yang menjawab cepat. "Nenek, dia
adalah guruku, juga a yahku!."
Kini pandang mata nenek itu terbelalak dan
ketika ia menoleh ke arah puterinya yang tadi
merasa canggung untuk menjawab. "Ayahmu......"
Apa artinya ini?" Kini Lan Ci sudah dapat menenangkan hatinya
dan iapun menghampiri ibunya dan berkata
dengan suara tenang. "Ibu, dengarlah baik-baik.
Ketika kami pergi ke Ta-bun-cung tujuh tahun
yang lalu dan berada di markas Hek-houw-pang, di
sana terjadi penyerbuan.........musuh-musuh Hekhouw-pang. Tentu saja kami membela dan dalam
perte mpuran itu, Coa Siang Lee tewas, di samping
ketua He k houw-pang dan banyak tokohnya. Pihak
musuh amat kuatnya. Aku sendiri bersama Thian
Ki te rtawan musuh dan tentu kami berdua akan
Ketemulagi.com
celaka atau setidaknya akan menderita kesengsaraan kalau saja kami tidak ditolong
oleh...........dia yang kemudian menjadi suamiku!
Dia sendiri......seluruh keluarganya, is terinya,
semua juga tewas di tangan pasukan pemerintah,


By:Saepul rohman pandeglang

dia sendirian, dan aku........kemudian kami menikah." Lo Nikouw mengerutkan alisnya. Yang membuat
ia tidak suka bukan karena pute rinya menikah
dengan laki-laki tinggi besar bermuka merah ini.
Baginya, tidak perduli ia siapa yang menjadi suami
Lan Ci. Akan tetapi ia tidak senang mendengar
bahwa Thian Ki menjadi murid pria ini!
"Tidak perduli dia menjadi suamimu, akan tetapi
bagaimana dia berani lancang menjadi guru Thian
Ki" Harus pin-ni lihat dulu apakah pantas dia
menjadi guru cucuku!" Berkata demikian nenek itu
melepaskan Thian Ki dan sekali kakinya bergerak,
seperti memakai sepatu roda saja dengan ringan ia
telah bergeser ke depan Cian Bu dan tangannya
sudah mencabut kebutannya. "Sambutlah ini.!"
Tangannya bergerak, te rdengar suaara angin
menyambar bersiut dan nampak sinar putih
bergulung-gulung ketika kebutan berbulu putih itu
menyambar ke arah tubuh Cian Bu dan ujungnya
telah mematuk-matuk, merupakan totokan totokan
yang amat cepat dan kuat sehingga berbahaya
sekali bagi yang diserang.
Sim Lan Ci te rkejut bukan main, akan te tapi ia
percaya sepenuhnya kepada suaminya. Dia tahu
bahwa tingkat kepandaian suaminya tidak kalah
dibandingkan ibunya, dan ia sudah menceritakan
Ketemulagi.com
kepada suaminya tentang keadaan ibunya, tentang
ilmu-ilmu yang mengandung racun berbahaya
sehingga suaminya tentu akan berhati-hati dan
mampu menjaga diri. Dan ia percaya pula bahwa
suaminya te ntu tidak akan mencelakai ibunya.
Sementara itu, Thian Ki dan Kui Eng hanya
menonton. Akan tetapi, kalau Thian Ki hanya
bingung melihat ayahnya dan neneknya bertanding, Kui Eng berdiri dengan muka berubah
pucat dan bukan dua orang yang bertanding itu
yang dipandang, melainkan pandang matanya
bergantian menatap wajah Sim Lan Ci dan Thian
Ki. Ketika ibu kandungnya te was di tangan
pasukan yang mengeroyok, ia masih te rlalu kecil
untuk mengingatnya. Yang diingatnya adalah
bahwa ibunya adalah Sim Lan Ci, ayahnya adalah
Cian Bu dan Thian Ki adalah kakaknya. Itu saja.
Akan te tapi percakapan tadi membuat ia pusing
tujuh keliling! Agaknya ayahnya berte mu dengan
ibunya setelah ibunya menjadi janda dan telah
mempunyai anak, yaitu Thian Ki. Dan se perti yang
didengarnya tadi, ayahnya juga kematian isterinya.
Lalu ia sendiri siapa" Anak siapa" Ia anak bawaan
ibunya ataukah bawaan ayahnya" Membayangkan
bahwa ia hanya anak tiri dari satu di antara kedua
orang itu, ingin ia menjerit-jerit dan wajahnya
menjadi pucat. Sambaran kebutan ke arah jalan darah di tubuh
Cian Bu dapat dielakkan dengan loncatan
belakang. Akan te tapi agaknya nenek itu masih
belum puas, ia meloncat ke depan, menyerang lagi
dan kini le bih hebat serangannya. Suara kebutannya sampai mencicit mengerikan ketika
Ketemulagi.com
bulu-bulu kebutan itu meluncur dengan cepat
sekali. Cian Bu maklum bahwa nenek itu hanya
menguji. Akan tetapi ujian yang dilakukan seorang
bekas datuk sesat seperti Ban-tok Mo-li ini bukan
sembarangan ujian. Kalau dia tidak hati-hati, bisa
saja ujian itu berakhir dengan kematiannya. Dia
dapat menduga pula bahwa ujung bulu-bulu
kebutan itu tentulah mengandung racun. Maka,
untuk mengakhiri ujian itu, dia harus memperlihatkan kepandaiannya. Diam diam dia
mengerahkan sin-kang dan membuat te lapak
tangannya panas seperti api membara dan ketika
kebutan menyambar le wat karena dia mengelak,
dia cepat menangkap ujung kebutan itu dengan
tangan. "Plakk!" Ujung kebutan dapat ditangkap. Lo
Nikouw menarik kebutannya dan Cian Bu
mempertahankan. Sejenak tarik-menarik. Lo Nikouw te rsenyum karena mengira bahwa lawannya te ntu akan keracunan ketika telapak
tangannya mencengkeram dan menggenggam bulubulu kebutannya. Akan te tapi ia te rbelalak karena
ujung kebutan itu mengeluarkan asap dan iapun
hampir te rjengkang karena bulu kebutannya tibatiba putus dan ujungnya hangus seperti terbakar
dalam genggaman tangan lawan. Cian bu membersihkan telapak tangannya yang penuh abu
hitam, lalu mengangkat kedua tangan di depan
dada. "Ilmu kepandaian lo-cian-pwe Ban-tok Mo-li
memang hebat sekali. Saya mengaku kalah." Kalau
Ketemulagi.com
Cian Bu bersikap hormat dan mengalah, hal ini
semata-mata karena cintanya kepada Lan Ci,
karena dia berhadapan dengan ibu kandung
isterinya te rcinta itu. Andaikata tidak demikian,
te ntu dia akan bersikap bahkan bertindak lain.
Dahulu dia merupakan seorang pangeran yang
angkuh dan tinggi hati! Wajah Lo Nikouw berubah kemerahan, akan tapi
hatinya mulai suka melihat pria yang lihai itu
merendahkan diri dan bersikap hormat kepadanya.
Ini merupakan seorang mantu yang hebat, pikirnya, dan sungguh tidak mengecewakan
mempunyai seorang mantu yang tingkat kepandaiannya tidak kalah olehnya.! Jauh lebih
hebat dari pada Coa Siang Lee yang dipandangnya
rendah. "Omitohud.......siapakah engkau sebenarnya?"
Sim Lan Ci yang merasa girang melihat
suaminya mampu membuat ibunya tunduk,
mendahului suaminya dengan suara bangga, "I bu,
namanya Cian Bu, dahulu dia bernama Pangeran
Cian Bu Ong!" Nenek itu membelalakkan matanya. "Omitohud,.........kiranya Pangeran Cian Bu Ong
yang te rkenal itu! Ah, pin-ni sudah sejak dahulu
mendengar nama besar pangeran!"
Cian Bu membungkuk. "Harap ibu jangan terlalu
memuji. Sekarang saya bukan pangeran lagi,
melainkan orang biasa yang bernama Cian Bu."
Mendengar bekas pangeran itu menyebutnya ibu
tanpa ragu-ragu lagi, hati nenek ini menjadi
Ketemulagi.com
semakin senang dan bangga. Seorang pangeran,
biarpun hanya bekas, menyebutnya ibu!
"Hemm, kiranya suamimu se orang yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi, Lan Ci," katanya dan
suaranya te rhadap pute rinya kini lembut ramah.
"Baik sekali kalau Thian Ki menjadi muridnya.
Akan tetapi sudah ada dia sebagai gurunya kenapa
kalian bawa lagi Thian Ki kepada pin-ni?"
"I bu, kami amat khawatir terhadap keadaan
Thian Ki. Kalau dia mengerahkan sedikit saja
te naga, maka tubuhnya mengandung racun yang
mematikan. Kalau hal ini dibiarkan, bisa suatu
saat tanpa disengaja dia akan membunuh aku,
adiknya atau siapa saja," kata Lan Ci.
"Kami tidak tahu bagaimana harus mengajarnya
agar dia dapat menguasai dan mengendalikan
hawa beracun itu, apa lagi melenyapkannya. Saya
sendiri tidak berani coba-coba, takut kalau-kalau
keliru bahkan membahayakan nyawanya sendiri.!
Oleh karena itu, tidak ada lain jalan bagi kami
kecuali membawanya ke sini," kata Cian Bu.
Nenek itu tersenyum le bar."Omitohud, akhirnya
cucuku dikembalikan juga kepada pin-ni. Baik,
pin-ni akan membimbingnya agar dia dapat
menguasai dirinya, dapat mengendalikan hawa
beracun itu, dengan syarat bahwa dia harus
ditinggalkan sendiri di sini bersama pin-ni untuk
waktu satu sampai dua tahun! Tinggalkan dia di
sini, setelah selesai pelajarannya, kelak pin-ni akan
mengantarkan dia pulang ke rumah kalian."
Suami isteri itu s aling pandang, kemudian Cian
Bu bertanya kepada Thian Ki. "Thian Ki, Ketemulagi.com
bagaimana pendapatmu" Maukah engkau kami
tinggalkan di sini seperti yang dikehendaki
nenekmu?" Thian Ki mengangguk. "Tentu saja aku mau,
ayah. Aku ingin te rbebas dari siksaan ini."
"Nenek, akupun ingin dijadikan tok-li (perempuan beracun)! Jadikan aku anak beracun
seperti toako!" Tiba-tiba Kui Eng berlari mendekati
nenek itu dan memegang tangannya.
Lo Nikouw memandang anak perempuan itu.
"Hemm, inikah anakmu dengan suamimu yang
sekarang, Lan Ci?" Lalu ia mengerutkan alisnya.
"Tapi, kalian baru menikah tujuh tahun dan anak
ini sedikitnya berusia sepuluh tahun."
"Nek, usiaku sudah sebelas tahun. Aku pasti
bukan ana k mereka, entah anak siapa aku ini,"
kata Kui Eng dan tiba-tiba saja ia menangis seperti
air yang membanjir karena tanggulnya bobol.
"Kui Eng. jangan bicara tidak karuan.!" bentak
Cian Bu. "Engkau masih
kecil ketika ibu kandungmu te rbunuh, dan sejak itu engkau
menjadi anak ibumu yang sekarang. Apakah
ibumu ini kurang menyayangmu?"
Kui Eng menoleh ke arah ibunya dan melihat
betapa Sim Lan Ci memandangnya dengan sinar
mata sedih, iapun lari menghampiri dan merangkul
ibunya. Ibu dan anak itu saling berangkulan
karena terasa benar dalam hati mereka betapa
mereka sejak dahulu saling mencinta.
"Omitohud......, dua orang dengan anak masing
masing telah menjadi satu keluarga yang rukun
Ketemulagi.com
dan saling menyayang. Pin-ni ikut merasa girang.
Dan seperti yang pin-ni katakan tadi tinggalkan
Thian Ki di sini dan kalau sudah selesai
pelajarannya, pin-ni akan antarkan dia pulang."
"Aku ikut kakak Thian Ki!" Kui Eng merengek
kepada ibunya. "Tidak, Kui Eng. Kalau engkau tinggal pula di
sini, lalu bagaimana ayah dan ibumu." Tentu akan


By:Saepul rohman pandeglang

amat kesepian di rumah."
"Aku ingin ikut toako!" anak perempuan itu
membantah. "Kui Eng, engkau bukan anak kecil lagi! Engkau
telah menjadi seorang gadis cilik dan pelajaranmu
belum selesai. Masih banyak yang harus kaupelajari dariku. Pula, tidak baik seorang gadis
hidup menyendiri jauh orang tua," kata ayahnya.
"Ayah, aku tidak menyendiri, akan tetapi
bersama kakakku! Apa salahnya?"
"Hemm, engkau sudah hampir dewasa, tentu
engkau tahu bahwa biarpun kalian saling menyayang sebagai kakak dan adik, akan tetapi
tidak ada hubungan darah di antara kalian.
Bagamana akan kata orang kalau tahu akan hal
itu" Engkau harus pulang bersama kami. Kakakmu tinggal di sini untuk mempelajari ilmu
mengendalikan racun, berarti sama dengan berobat
agar dia dapat hidup normal."
Diingatkan demikian, Kui Eng memandang pada
Thian Ki dan sekarang pandangannya berubah.!
Thian Ki bukan kakaknya! Bahkan kakak tiripun
bukan, berlainan ayah berlainan ibu. Orang lain!
Ketemulagi.com
"Eng-moi (adik Eng), kau pulanglah bersama
ayah dan ibu. Kelak akupun akan pulang setelah
latihanku di sini selesai," kata Thian Ki membantu
ayah ibunya membujuk. Kui Eng cemberut dan tidak menangis lagi. Ia
membanting kakinya ketika bangkit berdiri. "Baiklah, baiklah! Engkau tidak senang kalau aku
ikut denganmu, ya" Aku memang bukan adikmu,
bukan apa-apa........."
"Kui Eng, bagaimanapun ju ga, Thian Ki adalah
suhengmu!" ayahnya memperingatkan. Setelah
dibujuk-bujuk dan dihibur-hibur barulah Kui Eng
mengalah. Keluarga itu tinggal di kuil Thian-hotang selama tiga hari dan kesempatan itu
dipergunakan oleh Lan Ci untuk menjual rumah
dan tanahnya, mengangkut prabot rumah yang
dikehendaki ibunya ke kuil itu. Ketika suami isteri
itu dan Kui Eng hendak pergi meninggalkan kuil
dan pulang, Lan Ci dan Cian Bu meninggalkan
uang yang cukup untuk keperluan Lo Nikouw dan
Thian Ki yang akan tinggal di situ selama kurang
le bih dua tahun. Kemudian mereka bertiga
berangkat pergi, diantar oleh Lo Nikouw dan Thian
Ki sampai di kaki bukit. -ooo0dw0ooo- Dari pute rinya, Lo Nikouw sudah mendengar
semua tentang pengalaman pute rinya dan cucunya
semenjak meninggalkan dusun Mo-kin-cung. Ia
juga sudah mendengar betapa cucunya membunuh
beberapa orang tanpa disengaja, karena racun di
Ketemulagi.com
tubuhnya bekerja ketika orang-orang itu menyerangnya. Setelah tiba di rumah, ia memeriksa tubuh
cucunya, bukan saja memeriksa jalan darah,
menggigit sedikit rambut kepalanya, juga mengeluarkan sedikit darah dengan tusukan
jarum. Setelah memeriksa, ia mengangguk-angguk.
"Bagus, engkau telah benar-benar menjadi
seorang tok-tong. Ayah ibumu memberi juluk Tokliong (Naga Beracun), memang tepat sekali. Kalau
engkau kelak memiliki kepandaian tinggi, engkau
menjadi gagah perkasa seperti seekor naga, dan
engkau menjadi semakin hebat karena naga itu
beracun.! Akan te rkabul idaman hatiku, terkabul
pula cita-cita ayahmu Cian Bu yang gagah perkasa
itu, karena engkau akan menjadi seorang gagah
yang tidak terkalahkan!"
"Akan tetapi aku tidak ingin membunuh orang,
nek.! Lebih baik bersihkan saja tubuhku dari
racun itu. Singkirkan semua hawa beracun karena
aku tidak suka menjadi tok-tong, tidak suka jadi
naga beracun." Dia menatap wajah neneknya dan
melanjutkan, "Aku tidak suka menjadi seorang
jahat, nek. Apakah nenek yang te lah menjadi
pendeta ini menghendaki aku kelak menjadi
seorang pembunuh yang jahat?"
"Omitohud......te ntu s aja tidak, Thian Ki. Dahulu
di waktu muda, memang pin-ni seorang pembunuh
yang tiada duanya lagi, heh-heh. Pin-ni dijuluki
Ban-tok Mo-li dan tidak ada seorangpun tokoh
kangouw yang tidak mengenal nama pin-ni! Akan
tetapi, pin-ni juga sudah merasakan akibatnya.
Ketemulagi.com
Perbuatan jahat, lambat atau cepat, pasti akan
menghasilkan buahnya yang te ramat pahit. Pin-ni
telah menyadari semua itu, pin-ni telah bertobat
dan mohon ampun dari Yang Maha Pengampun.
Kalau pin-ni sengaja membuat tubuhmu menjadi
beracun, hal itu pin-ni lakukan bukan dengan
maksud agar engkau menjadi jahat, melainkan
agar engkau menjadi seorang pendekar yang tak
te rkalahkan. Di dunia ini terdapat banyak sekali
orang jahat yang pandai dan amat berbahaya,
Thian Ki." "Aih, nenekku yang baik. Hampir aku tidak
percaya bahwa engkau dahulu adalah seorang
datuk sesat yang berjuluk Ban-tok Mo-li! Jahat
sekalikah engkau ketika muda, ne k?"
"Omitohud, semoga Tuhan mengampuniku. Bukan jahat lagi, cucuku. Lebih daripada yang
jahat. Tidak ada kejahatan yang tidak pernah
kulakukan! Thian Ki menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. Tentu saja sukar baginya membayangkan neneknya yang kini
demikian penuh kelembutan dan keramahan,
pernah menjadi seorang iblis betina yang kejam.
Bukankah ayah dan ibunya dahulu juga mendidiknya menjadi orang yang baik dan menjauhi kekerasan" Baru setelah ibunya menikah
dengan ayah tirinya yang sekarang ini dia
mengenal ilmu silat di bawah gemblengan ayah
tirinya. "Nek, kalau nenek dahulu menjadi tokoh sesat,
kalau begitu.......tentu musuh nenek terdiri dari
Ketemulagi.com
para pendekar dan tokoh persilatan yang baik"
Begitukah?" "Omitohud........tentu saja........ tentu saja begitu.
Kalau pin-ni dulu jahat, tentu saja musuh-musuh
pin-ni adalah tokoh tokoh yang baik. Itu sudah
sewajarnya, bukan" Akan te tapi pin-ni dulu, tidak
mengenal apa itu baik atau buruk. Pendeknya
siapa saja yang tidak sependapat dengan pin-ni,
te ntu menjadi musuh pin-ni tidak perduli dia itu
pendekar budiman ataukah perampok jahat!
Musuh pin-ni sudah tak te rhitung banyaknya.
Terima kasih Tuhan bahwa pin-ni sekarang telah
menjadi nikouw, sehingga tidak ada bekas musuh
yang masih ingat dan mengenal pin-ni, sudahlah.
Thian Ki. Pendeknya, engkau tidak boleh menjadi
orang jahat. Engkau harus menjadi seorang
pendekar yang tak te rkalahkan, menjadi jagoan
nomor satu yang selain menjunjung tinggi nama
keluarga, juga dengan perbuatan gagah dan benar
akan dapat sedikitnya mengurangi kekotoran yang
menempel pada nama nenekmu ini. N ah, sekarang
engkau harus bekerja keras, berlatih untuk dapat
menguasai hawa beracun yang berada di dalam
tubuhmu." "Akan tetapi, nek. Kalau mungkin, aku ingin
sekali agar aku tidak lagi menjadi tok-tong, agar
darahku tidak beracun, agar hawa beracun yang
berada dalam tubuhku le nyap, karena aku tidak
ingin orang lain menjadi korban karena racun yang
berada dalam tubuhku."
Nenek itu menghela napas panjang dan menggelengkan kepala. "Omitohud, dengan susah
Ketemulagi.com
payah pin-ni membuat engkau menjadi tok-tong
dengan maksud agar engkau menjadi jagoan nomor
satu di dunia, menjadi seorang pendekar tak
te rkalahkan, dan engkau minta agar engkau pulih
kembali menjadi anak biasa" Tidak mungkin,
Thian Ki, kecuali kalau ada sedikitnya sepuluh
orang yang menyedot racun itu dari tubuhmu.
Akan tetapi itu berarti bahwa engkau akan
mengorbankan nyawa sepuluh orang."
"Aku tidak mau kalau begitu, nek! Lebih baik
racun itu membunuhku dari pada harus membunuh sepuluh orang!"
"Akupun tidak menghendaki demikian, cucuku.
Oleh karena itu, aku akan mengajarkan cara agar
engkau menguasai racun itu di tubuhmu, sehingga
engkau dapat membuat racun itu mengendap dan
tidak membahayakan orang lain. Setelah engkau
dapat menguasainya, racun itu baru bekerja
setelah engkau mengerahkan tenagamu. Akan
tetapi engkau tidak boleh menikah, Thian Ki,
karena setiap kali engkau menikah, isterimu itu
akan mati keracunan dan merupakan orang
pertama yang akan menyedot racun dari tubuhmu." "Nek, apakah tidak ada jalan lain untuk
membebaskan aku dari racun ini?"
"Hanya dengan bantuan orang yang sakti,
cucuku. Yang memiliki sin-kang yang sudah
sempurna bahkan yang le bih kuat daripada ayah
tirimu yang tangguh itu. Dan di dunia ini, orang
seperti yang kumaksudkan itu jarang dapat
dijumpai. Seingatku hanya ada dua orang saja
Ketemulagi.com
yang mungkin sekali dapat membantumu. Mereka
adalah Pek I Tojin, tosu pertapa dari Thaisan dan
ke dua adalah Hek Bin Hwesio, hwesio perantau di
pegunungan Himalaya. Akan te tapi, siapa yang
dapat mencari dua orang sakti seperti itu" Mereka
seperti dewa dan andaikata dapat jumpa sekalipun,
belum te ntu mereka mau mencampuri urusan
dunia." "Wah, susah benar kalau begitu mencari mereka,
nek. Akan tetapi kelak aku akan mencari mereka.
Apakah mereka tidak mempunyai murid-murid


By:Saepul rohman pandeglang

yang sekiranya telah mewarisi ilmu-ilmu mereka,
nek?" "Setahuku, murid paling baik dan te rkenal dari
Pek I Tojin adalah Huangho Sin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) Si Han Beng. sedangkan murid
te rbaik dari He k Bin Hwesio adalah isteri pendekar
itu, yang bernama Bu Giok Cu. Nama suami isteri
ini terkenal sekali, terutama di sepanjang le mbah
sungai Huang-ho. Dan mereka tinggal pula di te pi
sungai Huang-ho, di sebuah dusun yang disebut
Hong-cun. Akan tetapi, pin-ni tidak yakin apakah
mereka berdua itu akan dapat menolongmu, atau
akan mau melakukannya. Pin-ni kira hanya Pek I
Tojin atau Hek Bin Hwesio saja yang akan mampu
melakukannya." Diam-diam Thian Ki mencatat nama orang-orang
yang disebut oleh neneknya. Mulai hari itu diapun
berlatih dengan te kun di bawah bimbingan
neneknya, berlatih untuk menguasai hawa beracun
yang menguasai tubuhnya. Setelah berlatih yang
sebagian besar adalah latihan samadhi dan
Ketemulagi.com
pernapasan, barulah Thian Ki mengerti mengapa
neneknya minta dia tinggal satu dua tahun di situ.
Ternyata latihan menguasai hawa beracun itu
tidaklah mudah.! Dan salah sedikit saja akan
membahayakan dirinya sendiri. Racun di tubuhnya
itu akan dapat mendatangkan akibat sampingan
yang hebat, seperti rusaknya jantungnya atau
bahkan rusaknya is i kepalanya. Dia dapat menjadi
gila, lemah atau bahkan tewas. Hawa beracun yang
berada di tubuhnya, bahkan yang sudah mengalir
di darahnya, yang membuat rambut dan kukunya,
bahkan ludahnya, mengandung racun yang dapat
mematikan orang lain, bagaikan ular berbisa yang
liar dan yang tidak dapat keluar dari tubuhnya.
Karena neneknya tidak mampu mengeluarkan
racun itu, maka ular liar itu harus dapat
ditundukkan dan dijinakkan, sehingga biarpun
berada di dalam tubuhnya, namun dia dapat
mengatur agar kalau tidak diperlukan, ular liar
berupa racun itu dapat "tidur" di dalam pusarnya.
Thian Ki yang ingin membuat dirinya tidak
"berbahaya" seperti yang sudah, berlatih dengan
te kun sekali, sehingga le wat satu setengah tahun
dia sudah berhasil dan mampu menguasai hawa
beracun di dalam tubuhnya. Hawa beracun itu
sudah jinak dan berdiam di pusarnya. Dalam
keadaan hawa itu tertidur, dia dapat melakukan
apa saja tanpa mengusik hawa beracun itu, kecuali
te ntu saja menggunakan sin-kang. Kalau dia
mengerahkan te naga dalam, maka otomatis hawa
beracun tidur itu akan bangkit dan menerobos
keluar melalui gerakannya yang mengandung
te naga dalam, te ntu saja akibatnya akan 
membahayakan 
nyawa lawan. Kalau dia mengerahkan tenaga sin-kang untuk menggugah
hawa beracun itu, maka hawa beracun itu akan
menyebar di seluruh tubuhnya dan jangankan
pukulannya, baru rambut, kuku, dan ludahnya
saja mengandung racun yang cukup untuk
membunuh orang. Sekali gores dengan kukunya
saja, kalau kulit orang terluka dan berdarah, maka
racun dari kukunya akan membunuh orang itu.
"Sudah cukup, cucuku," nenek itu terkekeh
gembira. "Omitohud......betapa senangnya hatiku.
Engkau memang berbakat sekali, Thian Ki. Belum
dua tahun engkau telah mampu menguasai hawa
beracun di tubuhmu. Engkau sekarang baru te pat
berjuluk Tok-liong (Naga Beracun). Besok kuantar
engkau pulang, aku ingin mengunjungi ibumu dan
mantuku yang gagah perkasa."
Tentu saja Thian Ki juga girang mendengar ini.
Dia sudah merasa rindu kepada ibunya, kepada
ayah tirinya dan terutama kepada Cian Kui Eng.
"Aku juga senang sekali, nek dan te rima kasih
atas bimbinganmu. Aku senang sekali bahwa kini
aku tidak takut lagi bergaul dengan sumoi, dan
tidak takut pula untuk melayaninya berlatih silat."
Nikouw tua itu mengangguk-angguk dan merangkap kedua tangan di depan dada, menarik
napas panjang dan matanya dipejamkan, mukanya
dite ngeadahkan. "Omitohud, semoga Sang Buddha
akan memberi bimbingan kepada cucuku sehingga
kelak dia akan dapat mencuci bersih nama
neneknya.Thian Ki, ingat! Jangan sekali-kali engkau mempergunakan hawa beracun di Ketemulagi.com
tubuhmu untuk perbuatan jahat! Biarpun tubuhmu beracun, namun hatimu haruslah bersih
dari pada segala kejahatan."
"Aku mengerti, nek."
Nenek dan cucunya ini berkemas, siap untuk
berangkat besok pagi-pagi meninggalkan Mo-kincung menuju ke te mpat tinggal Cian Bu Ong atau
sekarang sekarang kita kenal dengan nama baru,
yaitu Cian Bu yang tinggal sebagai hartawan,
dermawan dan kepala dusun Ke -cung di kaki Bukit
Emas. Sore hari itu Thian Ki membantu neneknya
membersihkan kuil. Nenek itu ingin agar kuil itu
bersih sebelum ditinggalkan,
karena selama beberapa hari kuil itu akan ditinggalkan dan tidak
ada yang akan membersihkannya. Selagi mereka
asyik membersihkan kuil, tiba-tiba mereka mendengar suara banyak orang di luar kuil.
"Omitohud, siapa yang berkunjung ke kuil soresore begini?" kata Lo Nikouw lirih. Ia hampir tidak
pernah kedatangan tamu kecuali orang-orang
dusun yang datang untuk minta obat atau minta
berkah atau mau sembahyang.
Akan tetapi, pada saat itu, terdengar teriakan
dari luar yang amat mengejutkan hati Thian Ki.
"I blis betina, keluarlah untuk menerima hukuman.!" De ngan mata terbelalak Thian Ki memandang
kepada neneknya. Nikouw tua itupun terkejut,
namun sikapnya te nang saja, bahkan bibirnya
te rsenyum. "Omitohud, agaknya serapat-rapatnya
Ketemulagi.com
bungkusan barang busuk, akhirnya akan te rcium
juga baunya. Thian Ki, engkau tinggallah saja di
sini dan jangan keluar, biar pin-ni yang menghadapi mereka. Ingat, apapun yang te rjadi,
engkau harus pulang ke rumah orang tuamu.
Mengerti?" De ngan jantung masih berdebar te gang Thian Ki
mengangguk. Nenek itupun melangkah keluar dan
sikapnya sungguh te nang, senyumnya tak pernah
meninggalkan wajahnya yang nampak jauh le bih
muda daripada usia sebenarnya. Nenek berusia
enampuluh enam tahun itu nampak seperti
berusia empat puluh tahun saja,dan kepalanya
yang gundul itu nampak kulitnya putih bersih dan
mengkilap. Dahulu, ketika ia masih muda dan
bernama Phang Bi Cu berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis
Betina Selaksa Racun), selain tubuhnya beracun
dan ia memiliki banyak macam pukulan beracun,
juga ia selalu membawa kipas dan kebutan yang
menyembunyikan pedang. Akan te tapi sekarang,
semenjak menjadi nikouw, ia tidak pernah lagi
membawa senjata apapun. De ngan jantung berdebar tegang, Thian Ki cepat
menyelinap ke depan dan dia mengintai dari balik
je ndela depan. Dia melihat neneknya keluar
dengan langkah tenang dan wajah berseri, dan
dengan hati khawatir dia melihat bahwa di luar
telah berdiri sepuluh orang laki-laki yang rata-rata
nampak gagah dan marah. Mereka te rdiri dari
orang-orang yang usianya empatpuluh tahun ke
atas, ada yang berpakaian seperti seorang tosu ada
pula hwes io dan ada yang berpakaian seperti orang
Ketemulagi.com
dari dunia persilatan. Rata-rata mereka membawa
senjata. Ketika Lo Nikouw keluar dan berte mu dengan
sepuluh orang itu, mereka nampak terkejut dan
juga meragu. Akan te tapi hwesio yang bermuka
merah dan usianya kurang le bih limapuluh tahun,
sudah melintangkan sebatang toya hitam di depan
dada lalu memutar toya dan menancapkan toya di
depan kakinya. "Omitohud, biar engkau sudah menyamar sebagai nikouw sekalipun tidak ada gunanya. Bantok Mo-li. Kami akhirnya dapat menemukan
te mpat persembunyianmu dan dapat menuntut
balas atas kejahatanmu.!"
"Siancai.....! Ban-tok Mo-li sudah menumpuk
dosa terlampau banyak. Biar menjadi nikouw
sampai seribu kali, bagaimana mungkin dapat
mencuci bersih dosa-dosanya?" kata tosu yang
usianya juga sekitar limapuluh tahun.
Ada dua orang hwes io dan dua orang tosu di
situ, mereka ini sudah siap menyerang dan sinar
mata mereka memandang penuh kebencian kepada
Lo Nikouw. Adapun enam orang yang lain, yang
berpakaian sebagai orang-orang kang-ouw, juga
tidak kalah galaknya. Mereka te rbagi menjadi dua
golongan, masing-masing tiga orang. Yang tiga
orang berpakaian serba hijau, sedangkan tiga
orang yang lain, yang mengenakan baju putih
dengan celana bermacam warna, mempunyai
gambar seekor naga melingkar di dada mereka.
Ketemulagi.com
"Ban-tok Mo-li, kami dari Pulau Hiu datang
untuk mencabut nyawamu!" kata seorang dari
mereka yang berpakaian hijau.
"Ban-tok Mo-li, le bih baik engkau menyerah
kepada kami untuk kami seret ke hadapan majikan
kami di Bukit Naga!" kata seorang di antara mereka
yang memakai tanda gambar naga di dada.
Menghadapi sepuluh orang yang kelihatan
marah dan penuh kebencian itu, Lo Nikouw
te rsenyum ramah dan sikapnya masih tetap
te nang. Hal ini membuat Thian Ki yang mengintai
dari dalam merasa heran. Kalau neneknya bekas
seorang datuk yang amat jahat, bagaimana
mungkin dapat bersikap se sabar dan setenang itu"
Dia sendiri yang sejak kecil digembleng orang
tuanya agar tidak suka akan kekerasan, kini
hampir tidak dapat menahan kemarahannya
melihat dan mendengar sikap sepuluh orang itu
yang memaki-maki neneknya dan mengancam
hendak membunuhnya. "Omitohud, kalau kalian berenam haus darah,
pin-ni masih dapat mengerti. Akan tetapi mengapa
dua orang hwes io dan dua orang tosu juga dapat
haus darah seperti kalian berempat?" tanyanya
sambil memandang kepada empat orang pendeta
itu. "Ban-tok Mo-li, ketahuilah bahwa pin-to berdua
adalah tokoh-tokoh dari Kun-lun-pai yang datang
untuk membasmimu," kata seorang tosu.
"Omitohud, biarpun kepalamu gundul dan
engkau mengenakan jubah nikouw, tidak akan
dapat mengelabui pin-ceng berdua. Pinceng adalah
Ketemulagi.com
murid Siauw-lim-pai dari daerah selatan. Mendengar akan kejahatanmu, pin-ceng merasa
berkewajiban untuk ikut membasmi."
Lo Nikouw tersenyum. "Hemm, kalian berempat
bukanlah pendeta-pendeta yang baik.! Kalian
hanya budak-budak nafsu amarah dan dendam
kebencian seperti yang lain, sehingga percuma saja
kalian mengenakan jubah pendeta. Ketahuilah oleh
kalian bersama bahwa Ban-tok Mo-li sudah tidak
ada lagi, s udah mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw."
"Ha-ha-ha. Ban-tok Mo-li, engkau seperti seekor
harimau yang mengenakan bulu domba.! Kami
sudah menyelidiki dan yakin bahwa engkau adalah
Ban-tok Mo-li. Apakah engkau yang dahulu
te rkenal jahat dan keji, sekarang te lah berubah
menjadi seorang pengecut yang tidak berani
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya?"
"Omitohud..... " Lo Nikouw merangkap kedua
le ngan di depan dada, memejamkan kedua matanya. "Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu sudah lama
mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw dan kalau kematian
pin-ni dapat meringankan dosa Ban tok Mo-li, pinni siap untuk berkorban," setelah berkata demikian, Nikouw tua itu lalu duduk bersila di atas
tanah pekarangan kuil itu dengan kedua tangan
masih dirangkap di depan dada, tubuh te gak dan
mata terpejam seperti sebuah arca.
Sepuluh orang itu kini mengepung dan mereka
sudah mencabut senjata masing-masing. Thian Ki
yang mengintai di dalam, te rbelalak dan mukanya
berubah pucat. Apa yang harus dia lakukan"
Membela neneknya" Bukankah neneknya te lah
Ketemulagi.com
menceritakan bahwa neneknya dahulu seorang
yang te ramat jahat, yang te lah membunuh banyak
orang tak berdosa, yang te lah melakukan kejahatan apapun saja. Dan kalau sepuluh orang
itu datang membalas dendam atau menghukum


By:Saepul rohman pandeglang

kejahatannya, perlukah neneknya dibela" Ibunya
berulang kali mengatakan bahwa membela orang
jahat sama saja dengan membela kejahatannya
dan menjadi penjahat pula! Dan tanpa menggunakan hawa beracun di tubuhnya, diapun
belum tentu akan mampu melawan dan menandingi orang itu. Menggunakan hawa beracun
berarti membunuh mereka! Tidak, dia tidak mau
menjadi pembunuh, apalagi sepuluh orang yang
memusuhi neneknya itu tentu saja orang-orang
dari golongan bersih yang menentang neneknya
sebagai sumber kejahatan. Tidak, dia tidak boleh
membela. Akan tetapi, neneknya seorang sakti,
tidak mungkin dapat dibunuh begitu saja! Biarpun
kelihatan duduk bersila dan memejamkan mata,
dia tahu benar bahwa sekali neneknya bergerak,
te ntu akan ada lawan yang roboh dan te was
keracunan! De mikianlah pula pendapat sepuluh orang itu.
Mereka adalah orang-orang kang-ouw yang sudah
berpengalaman dan rata-rata memiliki ilmu kepandaian tinggi. Di antara mereka ada yang
pernah mengenal Ban-tok Mo-li dan tahu benar
akan kelihaian iblis betina itu, dan yang belum
pernah bertemu juga sudah banyak mendengar
akan kelihaian Iblis Betina Selaksa Racun ini.
Maka, mereka tidak berani turun tangan dengan
lancang. Ketemulagi.com
"Hati-hati, kalau ia menyebar racun, kita dapat
celaka semua." kata seorang di antara mereka.
Sampai lama, sepuluh orang itu hanya melangkah dengan hati-hati, mengelilingi Lo Nikouw yang masih duduk bersila tak bergerak
sedikitpun. Wajahnya masih cerah dihias senyum
dan ia nampak sabar dan te nang, sedikitpun tidak
nampak bayangan rasa takut di wajahnya.
Setelah belasan kali mengelilingi nikouw itu dan
tidak ada reaksi apapun, timbul keberanian di hati
seorang di antara anak buah Pulau Hiu. Dia
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun yang
bertubuh tinggi besar dan nampak kokoh kuat, di
tangannya nampak sebatang tombak pengait yang
biasa dipergunakan nelayan untuk menangkap
ikan besar. "Biar kucoba dulu dengan ini, baru kita semua
turun tangan," katanya sambil mengangkat tombaknya ke atas kepala. Semua orang memandang dan mengangguk, yang berada di
bagian belakang Lo Nikouw segera lari ke samping
agar tidak menjadi sasaran tombak berkait. Anak
buah Pulau Hiu itu lalu mengerahkan tenaganya
dan dari jarak tidak le bih dari enam meter dia
melontarkan tombaknya ke arah dada Lo N ikouw.!
Bias anya, kalau dia menombak ikan besar, jarak
antara dia dan sasarannya sampai belasan meter,
dan tombak itu gagangnya diikat dengan tali pula.
Sekarang, jaraknya hanya enam meter dan tidak
ada tali, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya
luncuran tombak yang dilontarkannya.
Ketemulagi.com
"Singgg........cappppp......!" Tombak itu menancap
dan mene mbus dada Lo Nikouw.!
"Omitohud........!" Dari mulut Lo Nikouw keluar
seruan le mah dan tubuhnya yang bersila te rjengkang, akan te tapi tidak te rus telentang
karena tubuh itu te rtahan ujung tombak yang
sompai menembus punggungnya!
Melihat ini, sembilan orang yang lain tercengang,
akan te tapi juga timbul keberanian di hati mereka
dan sembilan macam senjata turun bagaikan
hujan menimpa tubuh yang sudah sekarat itu.
Dalam sekejap mata, tubuh Lo Nikouw yang sama
sekali tidak melawan itu telah menjadi onggokan
daging dan tulang yang berle potan
darah.! Lehernya putus dan kepalanya menggelinding tak
jauh dari onggokan daging itu. Lo Nikouw te was
te rcincang tanpa melakukan perlawanan sedikitpun juga. Thian Ki terbelalak dan tak dapat bertahan lagi.
Dia mengeluh dan te rkulai pingsan di belakang
je ndela. Dia tidak tahu betapa sepuluh orang
kangouw itu memasuki kuil, mencari-cari dan
melihat dia te rkulai pingsan,
mereka tidak mengganggunya. Juga kuil itu tidak dirusak.
Agaknya mereka mencari kalau-kalau te rdapat
te man atau anak buah Ban-tok Mo-li yang kini
menjadi Lo Nikouw itu. Akan tetapi mereka tidak
menemukan siapapun kecuali seorang anak lakilaki yang pingsan. Mereka lalu pergi dengan hati
bertanya-tanya dan mulai merasa ragu dan
menyesal. Benarkah yang mereka bunuh tadi Bantok Mo-li" Bagaimana kalau nikouw itu bukan
Ketemulagi.com
Ban-tok Mo-li melainkan seorang pendeta wanita
yang le mah dan suci" Meremang bulu tengkuk
mereka kalau mereka membayangkan kemungkinan ini.! Senja telah lewat dan malam mulai tiba ketika
Thian Ki siuman dari pingsannya. Begitu siuman,
dia te ringat akan peristiwa tadi. Bukan mimpi,
pikirnya dan dia tidak sedang tidur. Dia menggeletak di atas lantai di balik jendela.! Dia
cepat melompat berdiri dan melihat keluar remangremang di luar, hampir gelap, akan tetapi ia masih
dapat melihat onggokan daging dan kepala
neneknya tak jauh dari situ!
"Nenek.......!" Dia berteriak dan melompat keluar
dari je ndela, lari ke pekarangan.
"Nenek.......!" Dia berteriak lagi dan menubruk
kepala itu, kepala neneknya yang matanya masih
te rpejam dan mulutnya masih tersenyum! Dia
mengambll kepala itu memegang dengan kedua
tangan, dilihatnya baik-baik. Kepala neneknya!
De ngan leher putus dan berlepotan
darah. Neneknya.! "Nenek.........!" Dia mendekap kepala itu dan
menangis, membawa kepala itu ke depan onggokan
daging bekas tubuh neneknya, mendekap kepala
sambil berlutut dan menangis terisak-isak. Terbayang semua peristiwa tadi, betapa neneknya
dihujani senjata, dicincang tanpa melawan sedikitpun. Dia tidak perduli akan dinginnya hawa
malam yang mulai tiba bersama semilirnya angin
dan munculnya bintang-bintang di langit. Dia
berlutut sambil menangis dan setelah lebih dari
Ketemulagi.com
sejam menangis sehingga air matanya kering, dia
masih berlutut mendekap kepala neneknya dan
te rmenung teringat akan kehidupan bersama
neneknya selama satu setengah tahun ini. Dan
te ringatlah dia akan pesan neneknya beberapa
bulan yang lalu, seolah-olah neneknya sudah
mendapat firasat ia akan meninggal dunia tak lama
lagi. "Cucuku yang pin-ni sayang, engkaulah satusatunya orang yang kucinta, Thian Ki. Dan
kepadamulah pin-ni meninggalkan pesan ini. Kalau
kelak pin-ni meninggal dunia, bakarlah jasma pinni menjadi abu, kemudian bagi menjadi empat
abuku. Seperempat bagian kuburlah di dalam
tanah, seperempat lagi hanyutkan ke lautan,
seperempat lagi taburkan dari puncak bukit biar
te rbawa angin, dan yang seperempat lagi le mparkan ke unggun besar biar ditelan api lagi
sampai habis. Ketika itu, dia merasa heran dan bertanya
mengapa neneknya meninggalkan pesan seperti itu
dan apa maksudnya. Neneknya lalu menjelaskan maksud dan pesannya itu. Ia mengatakan bahwa tubuh
manusia te rdiri dari empat unsur dan ia ingin
tubuhnya dikembalikan ke asalnya, yaitu kepada
api, air, angin dan tanah. Dan agar pelaksanaannya mudah, maka ia minta jenazahnya
agar dibakar menjadi abu sehingga akan mudah
bagi Thian Ki mengembalikan abu itu kepada api,
air, angin dan tanah. Ketemulagi.com
Teringat akan pesan neneknya itu, Thian Ki
menghentikan renungannya dan diapun dengan
penuh hormat dan hati-hati meletakkan kepala
neneknya di atas onggokan daging. Dia masuk ke
kuil, mengambil sehelai selimut neneknya, dan
kembali ke pekarangan sambil membawa obor.
Setelah menancapkan gagang obor di tanah
sehingga pekarangan itu cukup te rang, dia lalu
mengumpulkan onggo kan dating dan tulang
bersama kepala itu ke atas selimut dan dibungkusnya baik-baik. Kemudian dia mengumpulkan kayu kering, ditumpuknya kayukayu kering itu menjadi tumpukan setinggi hampir


By:Saepul rohman pandeglang

sama dengan tinggi tubuhnya, menyiramnya
dengan minyak, kemudian mengambil sebuah
kotak dari kuil, memasukkan buntalan daging dan
kepala ke dalam kotak dan dibakarnyalah tumpukan kayu itu. Thian Ki berlutut menghadap api unggun
membakar sis a jenazah neneknya. Kemudian dia
duduk bersila, menanti sampai tumpukan kayu,
peti dan isinya te rbakar habis. Pembakaran
je nazah itu memakan waktu sampai setengah
malam. Lewat tengah malam barulah api padam.
Thian Ki tetap duk bersila di pekarangan itu, di
dekat tumpukan abu, sampai pagi. Dia ingin
mengumpulkan abu neneknya setelah malam
le wat, karena pekerjaan itu harus dilakukan di
waktu terang cuaca. Setelah matahari pagi muncul, barulah Thian Ki
mengambil sehelai selimut lain, dan mulailah dia
membongkar tumpukan abu. Mudah saja membedakan abu je nazah neneknya dengan abu
Ketemulagi.com
kayu dan petinya, karena abu je nazah itu lembut,
putih dan berat. Dikumpulkannya abu itu dan
dibuntalnya dalam selimut dengan mata merah
karena dia tidak dapat menahan keharuan hatinya.
"Nek, orang sedunia boleh menganggap nenek
jahat, akan tetapi aku yakin bahwa nenek tidak
jahat atau setidaknya nenek sudah menebus
semua kesesatan nenek. Mereka itulah yang jahat,
mereka yang menganggap diri mereka bersih dan
baik, yang menjatuhkan hukuman kepada mereka
yang dianggap jahat, tidak memperdulikan niat
baik mereka yang ingin kembali ke jalan benar.
Nek, engkau akan selalu kukenang sebagai seorang
manusia baik, gagah perkasa dan menghadapi
kematian dengan senyum pasrah kepada Tuhan."
Thian Ki tidak pernah dapat melupakan senyum
di wajah kepala neneknya yang te rpis ah dari
badannya itu. Senyum pasrah! Setelah semua abu
je nazah terkumpul di selimut, diapun pergi
meninggalkan kuil, membawa buntalan pakaian
dan untaian terisi abu jenazah. Dia harus
memenuhi pesan neneknya. Akan te tapi dia
te ringat kepada ibunya. Bagaimanapun juga dia
harus membawa abu je nazah itu kepada ibunya
le bih dahulu. Kasihan ibunya yang tidak tahu akan
nasib neneknya. Setelah mendapat perkenan
ibunya, baru dia akan memenuhi pesan neneknya.
De ngan hati penuh duka dia lalu berangkat
meninggalkan tempat itu, menuju ke dusun Kecung. Tentu saja kedatangan Thian Ki yang membawa
cerita menyedihkan te ntang kematian Lo Nikouw
Ketemulagi.com
disambut tangis ole h Sim Lan Ci. Wanita ini
mendekap buntalan abu je nazah dan menangis
te rsedu-sedu. Bagaimanapun juga, Lo Nikouw
adalah ibu kandungnya. Cian Bu yang amat mencinta isterinya. menepuk-nepuk pundak is terinya dan berkata
dengan suaranya yang tenang dan dalam. "Sudahlah, isteriku. Ibumu sudah meninggal dunia
sebagai seorang pendeta tulen, penuh kesabaran,
penuh kepasrahan. Engkau sepatutnya bangga
karena ibumu, walaupun dahulu pernah menjadi
datuk sesat, kini telah meninggal sebagai seorang
yang tidak lagi diperhamba nafsunya. Kita sembahyangi saja dengan khidmat, mendoakan
agar arwahnya dite rima dan ampuni Tuhan,
sebelum abu itu dikembalikan ke asalnya seperti
yang dipes annya kepada Thian Ki."
Mereka mengatur meja sembahyang, menaruh
abu di atas meja, lalu mengadakan upacara
sembahyang. Sementara itu Kui Eng mendekati
Thian Ki dan minta kepada suhengnya ini untuk
menceritakan kembali sejelasnya tentang kematian
Lo N ikouw. Kini gadis cilik itu telah berusia hampir
sebelas tahun, dan sikapnya te rhadap Thian Ki
masih manis dan ramah seperti dahulu, hanya
bedanya, ada sikap malu-malu bahkan kadang
canggung kalau Thian Ki kebetulan menatap agak
te rlalu lama. Thian Ki sendiri sudah berusia
empatbelas tahun dan dia memang amat menyayang adiknya ini, yang sejak kecil dia tahu
bukan adiknya sendiri, bukan pula adik tiri,
melainkan orang lain atau kalau adikpun, adik
seperguruan. Ketemulagi.com
"Suheng, apakah engkau sudah berhasil melenyapkan racun dari tubuhmu" Apakah sekarang kukumu masih mengandung racun?"
setelah mendengar cerita ulang tentang Lo N ikouw,
Kui Eng bertanya mememandang ke arah tangan
Thian Ki. Thian Ki te rsenyum dan tahu bahwa ibunya,
juga ayah tirinya juga memperhatikan, agaknya
menanti jawaban darinya. Tadi dia belum sempat
bercerita tentang dirinya sendiri karena sibuk
menceritakan peristiwa yang menimpa neneknya.
Dia memandang kepada ibunya, ayah tirinya
kemudian kepada sumoinya dan berkata sambil
te rsenyum. "Nenek telah menggemblengku setiap
hari dan akhirnya aku dapat menguasai hawa
beracun di tubuhku, sumoi. Akan te tapi, nenek
tidak dapat mengusahakan le nyapnya hawa
beracun dari tubuhku, apa lagi ia memang tidak
menghendaki hal itu te rjadi."
Sepasang mata yang tajam dan je li itu te rbuka
le bar, bibir yang merah dan berbentuk indah itu
merekah dalam senyum setelah sejak tadi tak
pernah senyum untuk ikut berkabung atas
kematian Lo Nikouw. "Aihh, kalau begitu, mulai
sekarang kita dapat berlatih silat tanpa khawatir
aku akan menjadi korban keracunan tubuhmu?"
Thian Ki mengangguk sambil tersenyum. " Kalau
sekedar berlatih saja tidak mengapa, sumoi. Akan
tetapi tidak boleh mempergunakan sin-kang
karena kalau aku mengerahkan te naga dalam,
hawa beracun itu dapat bekerja dan te ntu akan
membahayakan dirimu."
Ketemulagi.com
"Bagus, ha ha ha, bagus sekali!" Kata Cian Bu
sambil tertawa gembira. "Kalau mulai sekarang
engkau memperdalam latihanmu sehingga engkau
dapat menguasai semua ilmu simpananku, maka
beberapa tahun lagi saja, tidak akan mudah
mencari orang di dunia ini yang akan mampu
mengalahkanmu, Thian Ki! Ha-ha, aku akan
merasa bangga sekali.!"
Akan te tapi Sim Lan Ci tidak kelihatan
segembira suaminya. Alisnya berkerut dan ia
berkata dengan suara yang terdengar menegur
suaminya. "Apakah dalam hidup ini, hanya nama
besar saja yang terutama" Apakah Thian Ki selama
hidupnya harus menjadi seorang manusia beracun,
hanya mencari nama besar di dunia persilatan dan
dia tidak berhak untuk membentuk rumah tangga,
tidak berhak untuk menikah dan mendapat
keturunan?" Suaminya tidak mampu menjawab, akan te tapi
Kui Eng yang lincah itu cepat berseru "Aihhh,
kenapa tidak boleh, ibu" Apa salahnya kalau
suheng menikah" Bukankah dia kini sudah
mampu menguasai hawa beracun di tubuhnya?"
Lan Ci menghela napas panjang. Ia tadi lupa
bahwa di situ te rdapat pute ri tirinya. Akan tetapi
mengingat bahwa Kui Eng sudah menje lang
dewasa, iapun berkata dengan hati-hati.
"Kui Eng, kakakmu ini hanya mampu menguasai
hawa beracun sehingga kalau dia tidak mempergunakan sin-kang, racun itu dapat mengendap dan tidak bekerja. Akan tetapi, dia
sama sekali tidak boleh menikah sebelum hawa

beracun itu bersih dari tubuhnya, karena kalau dia
melakukan hal itu isterinya akan keracunan dan
lambat laun akan mati keracunan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

NAGA SAKTI SUNGAI KUNING

NAGA BERACUN